42. Siapa yang salah?

1 2 0
                                    

"Putus lagi sama Eliza ya? "

Chandra berdecak sebal, siapa yang putus?

"Itu kadalmu, ga pernah datang lagi. Pasti ada masalah lagi. Yang cuma kalian berdua yang tau."

Setelah apa yang yang terjadi pagi itu, Eliza tak pernah menampakkan dirinya lagi di sekolah. Semua orang mulai menanyakan keberadaaan Eliza. Guru - guru menghujani Chandra mengenai Eliza, karena hanya Chandra yang dekat dengan gadis itu.

"Chandra kamu yakin? Pasti ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari ibu."

Chandra menggeleng kuat, "Ga bu, saya benar-benar gatau kondisi Eliza sekarang." Kali ini dia jujur apa adanya.

Chandra dipersilahkan keluar dari ruang guru, lagi dan lagi panggilan guru. Chandra menapak kakinya dengan malas di sepanjang koridor sekolah.

Helaan nafas pasrah keluar begitu saja dari nya. Langkahnya berhenti di depan pintu kelasnya.

Chandra mencuri pandang ke sudut kelas, entah mengapa setiap kali ia masuk ke kelas. Pojok kelas menjadi target pandangannya tertembak pertama kali.

Eliza menghilang tanpa kabar. Lagi. Kali ini bukan berminggu - minggu lagi. Tapi nyaris satu semester.

Sebenarnya dalam absen kelas, status kehadiran Eliza tertulis sakit dengan sebuah surat dokter yang bahkan misterius. Sekretaris kelasnya tak tahu apa isi diagnosa surat dokter tersebut.

Ujian kenaikan kelas hanya tinggal satu hari lagi saja. Entahlah, rasanya pikiran buruk menumpuk semua di otaknya. Chandra ingin sekali menemui gadis itu, tapi dengan apa?

Dan dia pun sudah berjanji pada Andre.

Chandra dengan malas duduk di mejanya, lalu menutupi wajahnya dengan buku. Terima saja kenyatan, bahwa ia adalah orang yang menyakitkan bagi Eliza.

“Woy!”

Tepat di telinganya seseorang berteriak, hal tersebut membuat Chandra nyaris melompat karena terkejut, ia mengelus telinganya yang berdengung. Chandra berdecak sebal dan menatap Julio dengan tajam.

“Masih pagi, udah bete aja.” Omel Julio lalu duduk di samping Chandra.

"Anda benar-benar tidak tahu apa-apa tentang nona kadal?" Tanya Julio untuk memastikan Chandra. Chandra ragu haruskah ia menggeleng atau mengangguk.

“Oke, kalau gitu kamu harus tau ini,” Ucap Julio. Chandra terpancing untuk penasaran dengan apa yang akan ditunjukkan oleh Julio.

Loh? Chandra merampas ponsel Julio. Disana terdapat sebuah foto dari sebuah surat. “Kamu kok bisa tahu soal ini? ”

Julio mengangkat kedua bahunya, “Aku foto tadi pas bantuin Sir Keddy, dan ada surat ini di mejanya.”

Dilihat dari tanggal, sepertinya ia masih sempat. Chandra merasa tak adil jika Eliza mendapat perlakuan seperti ini dari ayahnya. Eliza berhak melakukan apapun dalam hidupnya di tengah keterbatasannya. Ia berhak hidup normal seperti anak lainnya.

Chandra merogoh ponselnya, ah sudah lama sekali ia tak terlibat apapun dengan keluarga itu. Baiklah ia coba saja, semoga keberuntungan melihatnya.

"Halo,"

"Waalaikumsalam, iya Halo Chandra?"

-

“Mas, mas bisa kan bantu Chandra buat ngeyakinin om Andre?” tanya Chandra memelas. Irwan menggeleng, dia benar benar tidak bisa membantu Chandra kali ini.

“Chandra, mas Irwan disembur habis-habisan karena kamu pagi itu. Bukannya mas gamau bantu kamu, tapi mas gamau ngorbankan persahabatan mas sama om Andre.” Tutur Irwan dengan datar.

BEAST AND YOU (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang