3. Cewe tu suka gosip

5 4 3
                                    

-
"Hidup tanpa kebebasan seperti tubuh tanpa roh."
-Khalil Gibran
-

Ia mengetuk pintu kayu dari sebuah rumah. Dari dalam rumah sederhana tersebut terdengar tapak suara kaki menyisiri permukaan lantai, seseorang dengan tangan tuanya menggapai daun pintu sebelum menarik knopnya. Tubuh seorang remaja terlihat seperti siluet karena cahaya senja kini membelakanginya, remaja tersebut, belahan jiwanya telah pulang!

"Assalamualaikum Papa," Salamnya dengan senyum hangat. Chandra menggapai tangan Joni lalu menyalamnya.

Chandra mempersempit jarak antara dirinya dan ayahnya sebelum keduanya saling berdekapan. Joni merasa sedikit sesak kala tubuh putranya memeluknya, pelukannya cukup erat. Entah apa yang membuat tubuh Chandra besarnya seakan 2 kali lipat dari dirinya.

"Anak papa, kecepatan gedenya kamu." Joni mengelus permukaan punggung Chandra, menyadari permukaan tersebut kini terasa sangat lapang.

Chandra menggeleng singkat, dengan tawa renyah tertahan di mulutnya. Ia menarik tubuhnya dari dekapan tersebut tanpa menurunkan senyumnya.

"Papa juga kecepatan tua nya."

Ekspresi di wajah pria tersebut berubah total. Papanya atau biasa dipanggil Joni, akan marah jika diolok tua, meski kenyataan nya memang begitu. Chandra yang sudah mengetahui apa yang akan terjadi setelahnya memilih berlari dari Joni selagi amarahnya belum meledak.

"Punya anak kok kurang ajar."

---

Chandra menceritakan banyak hal mengenai sekolah baruanya, dan bagaimana dia berinteraksi dengan setiap temannya. Joni tersenyum bangga mendengar semua itu, putranya masih tetap berdiri tetap mempertahankan kepercayaan dirinya meski dia bukan berasal dari golongan keluarga yang setara dengan siswa-siswa sekolah tersebut.

"Papa ga perlu Khawatir, Chandra udah janji sama Mama buat jadi anak baik dan ga bikin masalah apapun."

Chandra menarik mangkuk yang berisikan sayur bohong, dan menuangkan sebagian kuahnya ke atas nasinya. Dengan lahap Chandra menyendok setiap nasi dan lauk yang ada dengan sendok lalu menjejalkannya ke dalam mulut.

"Tapi Pa, banyak teman Chandra, yang cerita soal siapa sosok orang tua mereka-

Chandra menjeda bicaranya.

"Ga sedikit teman Chandra orang tuanya itu pemilik bisnis besar, petinggi negara, orang orang besar." Chandra memainkan sendok yang ditangannya.

"Lah kamu jadi minder gitu aja? Papa kan dulu juga pemilik bisnis besar," Sargah joni. Chandra merespon perkataan tersebut dengan kekehan.

Joni mengangguk-nganggukan kepalanya. Chandra pasti merasa kurang percaya diri karena dirinya yang hanya anak dari seorang pedagang kue kecil.

"Wajar kok kamu merasa minder Chan. Yang penting, kamu terus bersaing dengan sehat, siapapun mereka dan orang tuanya."

Chandra tersenyum tulus, ia akan selalu mengingat perkataan itu.

---

Chandra mengintip seseorang dari sebuah bilik dinding. Gadis itu lagi-lagi berada disana, dengan earphone yang tersumpal di telinganya, gadis itu tampak sangat menikmati musik yang didengarnya sekarang. Senyuman mengembang di wajah Chandra, entah sejak kapan mengintip gadis itu menjadi sesuatu yang menarik untuknya.

Gadis itu bersenandung dan kini meleok kesana kemari. Langkah kecilnya menuntun kakinya menuju ke toilet perempuan, dimana searah dengan bilik dinding tempat Chandra bersembunyi sekarang. Chandra cepat menyadari hal itu dan menarik kepalanya untuk bersembunyi.

BEAST AND YOU (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang