9. Beneran pikun!

3 3 1
                                    

-
Jiwa ini tak menduga.
Bila ku harus kehilanganmu.
(D'Bagindas)
-

"Aduh mbak, mbak makin cantik aja setelah beli kue saya. Terima kasih telah berbelanja di sini mbak cantik."

Chandra berdecak dan melemparkan tatapan sinis kepada papanya. "Pa, Chandra gamau mama tiri."

"Kamu kenapa ketus mulu ngomongnya, santai dong nak, papa juga bercanda kok. Tapi mbaknya beneran cantik." Joni tertawa cengengesan setelahnya namun tak mendapat respon dari Chandra.

Joni melirik sesaat ke arah Chandra, putranya tampak tak bergairah, bukan seperti Chandra yang dia kenal biasanya. Joni dengan penasaran, menyenggol bahu remaja laki-laki tersebut. Chandra mendesis pelan, merasa terganggu akan hal itu.

"Ga, gada yang lebih cantik dari mama, titik gapake koma." Ketus Chandra.

Joni semakin penasaran, sekali lagi joni melihat wajah putranya. Dengan jelas Joni melihat tak ada sedikitpun senyuman tergambar disana. Chandra yang sadar akan tatapan Papanya segera menampik wajah sang ayah, agar tak terus melihatnya.

"Mood Chandra lagi jelek pa, jangan ganggu dulu." Ujar Chandra.

Joni manggut-manggut mendengar pernyataan tersebut. Apa yang menjadi penyebab hanncurnya mood sang putra? Chandra memasukkan segumpal pulut putih ke dalam cetakan sebelum disusul oleh gula merah.

"Chandra badmood kenapa? Gara gara kadal waktu itu?"

Chandra berdecak sebal dan menatap sinis sang ayah, dia tak ingin mendengar nama itu beserta panggilan-panggilannya.

"Chandra kalau ada masalah cerita aja gapapa ke Papa, dijamin Chandra jadi better setelahnya. Insyaallah deh." Ucap sang papa dengan nada meyakinkan.

Chandar sama sekali tak terpancing. "Pa, Chandra ga pengen diganggu, udah fokus ayo," Pungkas Chandra.

"Cerita dulu kamu, biar bisa fokus kerjanya, itu kompornya lupa kamu hidupin daritadi."

Chandra tersentak dan segera mengecek kompor tersebut. Benar kata papanya, Chandra menepok jidatnya, merasa bodoh sendiri. Hari ini moodnya, fokusnya, semua benar-benar kacau balau.

"entar kalau Chandra cerita, papa janji deh traktirin Chandra bakso nek yuyu." Janji sang papa, tapi Chandra tetap tak tergoda akan janji tersebut.

Joni menghela nafas berat, sepertinya putranya mengalami masalah yang serius di sekolahnya. Melihat bukan hanya hari ini saja putranya tak terlihat bergairah. Joni terpikirkan ide jahil, matanya melirik pada tubuh Chandra. Disaat Chandra sibuk mencetak kue-kue tersebut, Joni mencoel perut putranya.

Chandra tersentak kaget dan nyaris melompat. Chandra ingin sekali menyentak sang papa, namun di saat yang bersamaan mereka kedatangan seorang pembeli, dan membuat sang papa harus melayani pembeli tersebut. Tak mungkin dia menyentak sang papa di saat seperti ini, sungguh tak sopan.

Selama menunggu, ia menyadari  papanya sengaja mengulur waktu dengan pembelinya, membahas hal yang sangat random.

Saat yang dinanti tiba, tapi lagi-lagi keberuntungan tak memihaknya. Sang papa mendapat telepon dan harus mengangkat telepon tersebut. Chandra jadi mengurungkan niatnya.

Joni berpamitan pada sang penelpon, dan menutup telepon tersebut. Joni melirik ke arah putranya yang bersikap seolah tak terganggu dengan apa yang dia lakukan sebelumnya. Sekali lagi Joni mencoel perut sang putra, dan Chandra berteriak kesal.

"PAPA CHANDRA LAG-

Sebelum putranya melanjutkan kalimatnya, Joni menyambar salah satu kue di dalam estalase tersebut dan menjejalkannya ke mulut putranya.

"Gabaik marah - marah, yang baik makan kue Papa. Dijamin ga diabetes."

Chandra harus mau tak mau melahap kue tersebut sampai habis. Ia tak habis pikir lagi akan kelakuan papanya. Ia kembali berfokus pada kue-kue yang sedang dicetaknya.

"Chan-

"Apa sih pa?" sahut Chandra ketus.

"Kamu tu kalau ada masalah mboknya cerita Chan, ga enak liat kamu ngomongnya ketus mulu dari pagi siang sore malam, kasian pembeli."

Chandra mulai mengendorkan hatinya, berusaha menerima perkataan sang papa. Nafas dia tarik sedalam-dalam nya sebelum dihembuskan dengan ketus. Chandra menatap sang papa pasrah, tak ada jalan lain lagi untuk memperbaiki moodnya.

"Liza berubah Pa, semenjak pulang dari rumah kita."

Joni mengernyitkan kedua alisnya, berubah? Mengapa? "Perasaan kamu aja kali Chandra."

Chandra menggeleng kuat, ia benar-benar mengatakan Liza berubah banyak. "Berubah gimana? Jadi makin cantik? Kayak mbak tadi? " tanya Joni dengan nada menggoda.

"jadi makin cantik iya mah, tapi bukan berubah kayak gitu." Jawab Chandra dengan santai.

Joni terkekeh mendengar jawaban tersebut, "berubah gimana?"

Chandra menghela nafas singkat menyiapkan jawaban untuk sang papa. "ya jadi makin cuek aja."

"ya berubah gimana, ceritain detail dong." Pinta sang papa yang semakin penasaran.

"Biasanya dia ga bakal kemana-mana kalau istirahat, selalu Chandra yang nemenin. Kali ini Liza baur sama teman cewenya, dan kelihatan lebih bahagia bareng mereka."

"ya bagus dong, dia belajar buat berteman dengan yang lain. kan ga mungkin terus menerus dia sama kamu nya terus, cemburu ya kamu?" Tukas Joni.

Chandra menghela nafas pasrah, ingin rasanya menjawab iya namun dimana harga dirinya nanti?

"ya ngga sih, tapi ga cuma itu kok. Chandra tadi pagi juga ngasih dianya bekal kue lagi buat dimakan, sama dianya dibuang gitu aja. Kan sia-sia, mana ngebuangnya di tempat sampah di depan meja Chandra."

Joni merasa kasihan pada putranya, kasihan sekali, tapi rasanya juga tak perlu dikasihani juga juga karena Chandra terlalu nekat mendekati gadis itu.

"Dia bener bener gamau interaksi sama Chandra lagi." Chandra tertunduk sedih membayangkan hubungan mereka akhir-akhir ini. "Apa dia malu punya temen yang ga sesultan mereka ya? "

"yo gitu toh, Chandra juga setau papa baru kali ini gencar-gencarnya ngejar lawan jenis, di smp dulu kamu fokusnya cuma ke nilai sama prestasi,"

Chandra tersenyum miris melihat diri nya semasa SMP. Dia adalah mesin pencetak nilai a dan pencetak piala juara.

"Ya gapapa toh, kalau Chandra ngerasa berlebihan sama apa yang Chandra alamin sama perasaan Chandra sekarang diterima aja, itu termaksud proses penerimaan diri. Yang penting sekarang Chandra udah curhat ke papa, dan gimana? Tenang kan kalau semua udah di ceritakan?"

Joni merangkul putra kesayangan nya tersebut. Andai dia bisa berada di sisi Chandra selama nya.

"kalau Chandra ngerasa ga pede deketin Liza, pede-pedein aja, siapa peduli dia bapaknya siapa dan kamu yang cuma anak pedagang. " Kata Joni setelahnya tertawa jahil.

"Yaudah mana janjinya sekarang? " Chandra mencolek perut sang Papa.

"Janji apa?"Joni tersentak dan melompat karena geli.

"Chandra do'ain Papa beneran pikun, mau?"

BEAST AND YOU (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang