49. Dia bisa, dan dia buktikan.

1 2 0
                                    

Bola matanya tertuju pada suatu titik. Sebuah ketidaksengajaan yang membawanya menuju jurang rasa penasaran. Gadis itu, dikelilingi oleh teman-teman perempuannya.

Chandra hanya merasa familiar dengan kondisi seperti itu, mengingatkannya pada dia yang dulu yang dijauhi oleh Eliza karena gadis itu mendekati teman-teman perempuannya. 

"Jangan biasakan dikit-dikit cemburu." Perkataan Julio membuyarkan lamunannya.

"Ga jul, kali ini beda, rasanya-

Chandra menggantungkan kalimatnya membuat Julio berdecak sebal. " Iya beda, karena sekarang kamu khawatir Eliza bakal jadi objek bullying lagi. Bukan cemburu karena Eliza dekat sama sejenisnya, kan Eliza bahagianya kan cuma sama kamu."

Julio menaik turunkan alisnya, "Benar kan? Kalau salah traktir mie ayam nek yuyu."

Chandra membersihkan wajahnya, "ga salah sih, tapi kata - kata terakhirnya."

"Gini Chan, aku punya teori menarik."

Chandra mengambil ancang-ancang untuk pergi tanpa menghabiskan baksonya.

"Sini dulu denger." Julio menarik Chandra untuk kembali.

"Manusia itu Chan, punya 2 motif untuk berhubungan dengan orang lain."

"Yang pertama karena berduit, yang kedua karena goodlooking."

Chandra menatap Julio dengan kesal, kalau itu pun dia sudah tau. "Kamu mau apa Jul?"

Julio menarik Chandra kembali. "Ga bercanda, bukan itu jawaban sebenarnya! Tunggu dulu, denger dulu mbah ini ngomong."

"Jawabannya, empati dan simpati."

Mendadak Julio menjadi Guru IPS, tapi tak apa, kali ini Chandra mendengarkannya dengan serius.

"Simpelnya gini, kalau kita adalah orang yang menarik perhatian, maka kita akan dihargai tergantung berapa besar nilai atas diri kita. Dan orang-orang akan mendekati kita rasa tertarik, itu simpati."

"Terus empati, kalau kita orang yang lemah dan tak memiliki kekuatan apapun. Bahkan di mata orang kita gapunya nilai sama sekali. Orang - orang hanya akan mendekati karena rasa kasihan. Mereka akan memandang kita lebih rendah darinya, nah."

Chandra memutar otaknya selama mencerna perkataan Julio."Jul, pas SMP nilai IPS-mu berapa?"

"Anjlok sih hehe." Chandra merasa kepalanya jadi memanas mendengar hal tadi.

"Lagipula itu cuma teori doang kok, jangan dianggap serius.itu semua tentang asimilasi, akulturasi, akomodasi dan faktor interaksi sosial lain. Aku hanya membuatnya lebih simpel."

"Teorinya jadi ngawur, memang."

Chandra tak mengerti, Orang-orang di sekitarnya jadi banyak yang aneh. Chandra tanpa sengaja berjumpa tatap dengan Eliza, gadis itu tersenyum manis padanya.

Kenapa gadis itu mendekatinya ya? Apakah karena Eliza kasihan padanya? Atau jangan - jangan yang terjadi justru sebaliknya. Ia yang mendekati Eliza karena kasihan?

Setiap orang yang ada di sekitar mereka, selalu memandang mereka dengan tatapan kasihan bahkan merendahkan. Karena mereka punya kelemahan. Kelemahan yang lalu dijadikan sebagai pijakan untuk orang lain untuk merasa lebih hebat.

Chandra benci dianggap remeh oleh orang sekitarnya. ia benci tatapan merendahkan, kasihan, atau apapun itu.

Hidup memang sulit, tapi akan jauh lebih sulit saat kau jalani tanpa empati dan simpati di dalam dirimu.

Eliza meminta salah satu temannya untuk membawakan piringnya ke suatu meja. Chandra tertegun saat ia menatapi Eliza bersama teman-temannya menghampiri mejanya. Julio tampak kegirangan saat adik - adik kelasnya berjalan ke arah meja mereka.

Chandra menarik kedua sisi bibirnya dan melemparkan sebuah senyuman kepada mereka.

“Aku sama mereka duduk di sini boleh kan?”Tanya Eliza meminta izin kepada chandra. Belum sempat Chandra menjawab pertanyaan tersebut, Julio terlebih dahulu memotongnya.

“Boleh banget kok dek, siapa lagi coba yang nolak buat duduk sama adek kelas yang cantik - cantik dan menggemaskan seperti kalian.” Sahut Julio memainkan nada bicaranya. Kedua alisnya dia naik turunkan lalu satu matanya sengaja dia kedipkan.

Telapak sepatu Chandra mengenai sepatu Julio, dan dengan sekuat tenaga Chandra menginjaknya. Julio terperanjat kaget mendapati tingkah Chandra, Chandra menatap Julio dengan tatapan yang tidak bisa ditejemahkan olehnya. Julio pun hanya mengangkat kedua bahunya.

-

Hal yang tak diduganya kembali terjadi.

Bukan.

Ini bukan hal yang buruk, percayalah.

"‘Lo ngapain masih disini? Gamau liat cewe lo berulah dilapangan?’"

Chandra langsung berlari disusul oleh Julio menuju lapangan. Apa yang dimaksud Yuan?  Chandra menyambar barisan terdepan agar melihat apa yang sedang terjadi.

Gadis itu menyanyikan lirik pertama dari lagu yang dia nyanyikan. Ah Chandra langsung bernafas lega.

"Itu kadal mu lepas." Chandra menyentil dahi Julio.

Akhir semester tak terasa semakin dekat, class meeting di adakan untuk menghibur siswa sehabis ujian. Di class meeting, para murid akan bebas menunjukkan kemampuan mereka dalam menghibur terkadang lomba kecil-kecilan juga terkadang akan diadakan.

"Duduk dulu, terpesonanya nanti." Julio menarik Chandra untuk duduk. Eliza sedang menyanyikan sebuah lagu, entahlah Chandra harus senang atau tidak, tapi ia tak pernah tau jika Eliza bisa bernyanyi.

Meski ia memegang mic untuk memperjelas suaranya, Eliza merasa kesulitan untuk menyeimbangkan tubuhnya dengan kedua tongkat jalan. Tapi itu tak menghalanginya.

Eliza telah sadar betapa berharganya sebuah kepercayaan diri.

Dan dia harus memilikinya, karena itu dia ingin menunjukkan ke semua orang.

Naif, Memang, tapi dia tak lagi ingin peduli pada pandangan orang lain. Untuk pertama kalinya dia tampil di muka umum untuk unjuk suara.

Ia pikir dulu, hanya orang orang yang ‘Sempurna’ saja yang berhak untuk tampil di muka umum. Namun hari ini dia memutuskan untuk mematahkan persepsi tersebut. siapa saja berhak, untuk mengekspresikan siapa diri mereka. Chandra tak berhenti tersenyum menyaksikan penampilan tersebut.

Lagu dinyanyikan oleh Eliza dengan suara yang sangat merdu dan stabil. Membuat penonton yang berada di lapangan tersebut bersorak kagum tidak terkecuali Chandra. Disisi Chandra, Julio merekam penampilan Eliza.

Lagu diakhiri dengan sangat sempurna. Kemudian gemuruh tepuk tangan terdengar dari segala penjuru sekolah.

Chandra tidak tahu tentang sisi Eliza kali ini.

Eliza, Aziza memiliki sisi yang tak terduga. Sama seperti manusia lainnya.

Karena itu Chandra selalu ingin menggali sisi - sisi tersebut.

Sama halnya dengan Eliza, ia jadi sangat penasaran bagaimana sisi lainnya seorang Chandra?

Eliza menemukan Chandra berada di barisan terdepan, Eliza tersipu malu. Ah,.

Dia juga bisa.

Dan sudah dia buktikan.

Eliza melangkah kakinya menghampiri Chandra, meski kaki-kakinya menyeret lantai di bawahnya, Eliza terus berjalan, disaat itu juga kedua tongkatnya terlepas.

Eliza jadi kesulitan untuk melangkah. Chandra segera menghampirinya untuk membantu. Namun Eliza memberi sinyal untuk tidak melakukannya, dia bisa dan dia akan lakukan. Eliza memaksakan kaki-kaki untuk berlari menyambar tubuh Chandra dengan sebuah pelukan.

Chandra membalas pelukan tersebut dengan lembut. Air mata rasanya segera menitik, namun keduanya menahannya untuk tidak terjatuh.

Gemuruh tepuk tangan terdengar kembali, semua menyoraki Chandra dan Eliza.                    

Dia berjanji, dia tidak akan membiarkan orang - orang meremehkannya lagi, dia tidak akan jatuh lalu tenggelam dalam lautan kegelapan yang sangat dalam.

Dia akan bersinar.

Dan disaat itu keajaiban yang sesungguhnya terjadi.                     

BEAST AND YOU (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang