11. Bukan Urusanmu

45 3 0
                                    

Halo gais, apa kabar?
Jangan lupa makan ya.
Tolong vote-nya jangan lupa ya.
Arigatou gozaimasu.
Selamat membaca.

ㅂㅂㅂㅂㅂ

Aletha memesan beberapa makanan yang diantaranya hanya ada 1 makanan yang manis, yakni pudding. Saat makanan tiba, Aletha langsung saja memakannya, karena Manager Tara tak mau makan walau sudah ditawari.

Manager Tara pergi ke toilet sebentar, ia menelepon klien yang penting, tidak bisa menerima telpon di tempat ramai, ditambah Aletha bilang 'enak-enak' mulu pada makanan yang dimakannya.

Manager Tara kembali, ia melotot melihat makanan di meja telah habis. "Emang rakus kamu ya, bahkan saya gak disisain sama sekali," komen Manager Tara, kaget.

"Ini, Pak sisa pudding, mau?" sodornya ke wajah Manager Tara.

"Gak usah, liat kamu abisin ini saya udah kenyang. Ayo balik kantor," ajaknya sedikit kesal.

"Bayar dulu, Pak," tahan Aletha sambil menunjukkan giginya.

"Iya." Dengan baik hati ia meminta bill dan membayar setelah pelayan datang.

***

Aletha merasa ada yang kurang pada produk yang akan dikirim ke resotan A, ia pergi ke gudang untuk memeriksa. Sampai di sana, ia ditemani pihak pengiriman, barang tak langsung dikirim, karena sekarang ada pengiriman ke luar negeri dan beberapa kota lain.

"Jadi gak bisa kirim sekarang?" tanya Aletha.

"Gak bisalah, kan barangnya juga kurang, ini juga lagi bikin," sahut orang yang menemaninya ke gudang.

"Ya udah, makasih." Aletha berbalik badan, tubuhnya seketika merasa gemetar, ia tidak bisa menyeimbangkan diri.

Hap!

Baguslah ada Fidan---pengurus masalah produk, wajah keduanya bertemu, Aletha selamat di pelukannya.

"Makasih," ucap Aletha sambil memejamkan mata, ia merasa pusing.

"Kamu gak papa?" tanya Fidan khawatir.

"Emp, tadi baik-baik aja sih, tapi kok sekarang pusing ya?"

"Mau kuantar ke rumah sakit?" tawarnya baik hati.

"Kayanya gak usah deh, aku harus ngurus hal lain. Besok ada meeting sama acara kantor juga, jadi gak bisa santai-santai. Makasih ya, aku pergi dulu," ungkapnya lalu pergi sambil meraba dinding di setap langkahnya.

Fidan tak sampai hati membiarkan seorang perempuan yang tengah lemah, ia membopong Aletha ke ruangannya.

"Terima kasih lagi ya, udah anter ke sini, jadi gak enak, ngerepotin."

"Gak papa santai aja. Tapi, ngomon-ngomong ruangan kamu enak juga ya, ada sofa dan ruangannya luas, beda sama ruagan asisten lain," sanjungnya sambil mengedarkan pandang.

"Ah, biasa aja, Fidan."

"Kamu mau kuambilkan obat?"

"Gak usah, makasih."

"Kalo gitu aku balik kerja deh, cepet sembuh ya?" Ia pun berlalu.

Fidan berjalan di lorong menuju ruang kerjanya, sebuah mata terlihat mengintainya sejak ia memeluk Aletha. Sosok itu bahkan mengikuti hingga Fidan kembali.

Melangkah perlahan di belakang, lalu membekapnya.

Bak, bik, bek, buk!

Fidan babak belur.

That Night (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang