47. Penyembunyian Alga.

8 0 0
                                    

"Pak, maaf ye, Pak, aku bikinin lagi deh." Aletha berdiri  hendak pergi ke dapur.

"Gak usah, gak papa, aku suka, kok." Alga mengambil mug di tangan Aletha kemudian menenggaknya habis.

***

Ezra tertawa melihat Alga takut padanya, ia merasa menang. "Kalo enak, mau nambah?" tawar Ezra antusias.

"Ah, gak usah, makasih banyak," tolaknya sambil melambaikan tangan.

"Al ambilin sisanya Al sekalian gue juga pen minum, dah lama gak gas." Ezra duduk di samping Alga.

"Gaskeun." Aletha dengan kemeja longgarnya melangkah ke dapur mengambil dua botol tersisa.

"Beudeuuuuh, mantap ini mah Pajiiii!" jerit Ezra senang. Ia menuangkannya ke dalam gelas dan menyodorkan pada Alga.

Aletha dan dirinya pun memegang gelas masing-masing. Alga sebenarnya tidak begitu kuat mabuk, makanya ia agak kaku, tapi karena tak ada pilihan ia pun mengikuti keinginan Ezra dari pada diusir.

"Kurang enak nih, nyalain TV mantap kali, ya?" Ezra menyalakan TV, bukan film, tapi DJ santuy yang enak dijogedin santai.

Kepala Alga mulai terasa berat, pandangannya pun blur, padahal ia baru minum 4 gelas ukuran sedang. Berbeda dengan Aletha dan Ezra yang masih kuat karena sudah terbiasa.

Ting tong.

Bel berbunyi, membuat Aletha kewalahan. "I-itu siapa, Njing?" tanyanya pada Ezra.

"Mana gue tau." Ezra asik saja joged bersama Alga juga.

"Siapa jam segini ke mari?" pikir Aletha yang sudah membaik, efek alkoholnya sudah tak begitu menyebar, karena ia sudah dari tadi.

Matanya noong di lubang kecil.

*Noong = ngintip.

"Aduh, anjir si Luann ngapain dia ke mari? Mampus gue." Aletha segera balik ke ruang tengah.

Bak bak bak.

Tangannya memukul punggul Ezra. "Apaan sih anjing, sakit," rengek Ezra kesal.

Aletha mengambil remot dan mematikannya. "Di luar ada Luann," bisiknya dengan wajah kebingungan.

"Terus kalo ada dia kenapa?" tanya balik Ezra.

"Gue pernah berantem ama dia gegara gue deket ama dia," bisik Aletha sambil menunjuk Alga yang tepar di sofa.

"Seriusan lo?" Mata Ezra membulat.

"Gue takut kalo dia udah liat gue deket ama cowo, pasti dia bakal sakitin gue," adunya manja.

"Tenang, ada gue." Ezra menepuk dadanya.

"Alah, tai lo, waktu itu aja lo gak masuk ke kamar pas gue dianuin ama si Najis Luann." Aletha manyun sekali.

Ting tong ting tong.

Bel terdengar lagi. "Aduh, gimana ini anjrot?!" Aletha ketar-ketir.

"Aysh, ngerepton aja tuh orang setiap dateng, kagak bisa bikin tuan rumah adem, hah siaaaal sial," gerutu Ezra sambil menarik Alga ke dalam kamar.

Ezra membuka pintu, memasukkan Alga ke dalam. "Denger ya, lo jangan pernah keluar dari sini, kalo lo masih mau idup," bisik Ezra penuh peringatan.

"Emang ada apa, kok aku dimasukin ke lemari?" Alga masih oon karena efek alkohol.

"Di luar ada manusia menyeramkan, jadi gue harap lo ngerti." Ezra menutup pintu lemari, tapi Alga mendorongnya.

"Kasih tau dulu, ada apa?" paksa Alga.

That Night (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang