2. Adek Gue?

207 6 44
                                    

Kembali ke ruang kerjanya.

"Sialan, Aaaah!" umpatnya sambil melepar i-pad ke meja kerja. Ia membanting tubuhnya ke kursi sambil mencengkram rambut.

"Aaah, pala gue pusing, argh. Sebenernya malem tadi gue mimpi ato apa sih, argh," gerutunya sambil terus menekan kening dengan her palm.

*Palm = telapak tangan.

Tuuut, tuuut, tuuut.

Telepon berdering nyaring menghentikan Aletha yang tengah frustasi. Ia harus menghentikan pikiran buruk dan  mulai fokus bekerja lagi, waktu belum menunjukan waktunya pulang.

"Ya, Pak?"

"Buatkan jadwal meeting dengan PT. Atma Jaya. Kalau bisa minggu depan."

"Baik, Pak. Jika sudah ada jadwal kosong akan saya isi untuk PT. Atma Jaya."

"Okay, makasih."

Sambungan ditutup, Aletha langsung memeriksa jadwal meeting manager bulan ini.

"Aduh, anjir, padet banget. Ini mah libur 2 hari juga kurèng," keluhnya sambil terus mengklik tanggal yang mungkin free.

"Huft, akhirnya ada juga. Aduh, tapi ini?" Aletha menompo monitor dekat sekali.

"Ini kan ulang tahun temen gue? Aduuuh, gue harus hadir nih, tapi ... yah, semoga aja meeting-nya gak ampe malem," harapnya sambil menandai tanggal 11 juni.

Bibirnya menyentuh permukaan mug, tapi tak menyentuh kopi. Ia pun melihat mug-nya dan kosong.

"Astogeh, gak kerasa abisnya," ucapnya pelan, lalu keluar untuk membuat kopi lagi.

Di luar ia melihat para karyawati sibuk membicarakan anak presdir yang akan bekerja di sini sebagai wakilnya. Ternyata presdir sudah mengenalkannya ke kantor.

"Eh-eh, lo tau berita terkini gak?" tanya teman sekantorrnya.

"Gak," sahut Aletha tak acuh.

"Katanya pak presdir bawa anaknya. Terus dia ganteng banget anjiiiiiir, gue gak bohong, dia ganteng parrrahhh." Bahkan hembusan napasnya terhirup Aletha.

"Emh, anjir," batin Aletha yang tak sengaja menghirupnya.

"Kalo itu gue udah tau," sahut Aletha datar.

"Lo udah ketemu? Di mana? Pas dikenalin di kantor gue kagak liat lo." Pertanyaannya banyak sekali.

"Kopi gue dah jadi, gua balik ke ruangan dulu ya?" pamitnya sekalian menghindari manusia biang gosip.

Sejenak ia beristirahat dari layar monitor maupun ponsel, dengan menikmati rintiknya hujan sore ini.

Berdiri di depan jendela yang menunjukkan ketinggian dan luasnya kota Jakarta. Senyuman terbentuk di bibirnya, tak membutuhkan hal besar untuk membuatnya tersenyum, hanya dengan air hujan jua ia mampu tersenyum manis.

Kembali menatap komputer, ia masih penat, bahkan hanya menatapnya saja. Ia memilih duduk dan tak sengaja terlelap.

7. 00 pm.

Aletha terbangun, merapatkan mata untuk melawan kantuk, sambil bangun.

"Aduh, jam berapa nih?" lirihnya sambil melihat jam di tangan kirinya.

"Ha, serius ini? Aduuuuuh." Ia berlari ke meja dan menyelesaikan berkas yang harus dibawa ke meeting besok.

9.00 pm.

Tuk tuk tuk.

Ceklek.

"Permisi?" ucap penjaga kantor.

That Night (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang