Matahari kembali masuk ke dalam kamar Aletha yang gordengnya selalu tidak ditutup ketika malam tiba. Hazan terbangun dari tidurnya, mendapati Aletha masih memeluknya, ia tersenyum bahagia.
Mata Aletha bergerak lalu terbuka. "Kamu udah bangun, Sayang?" tanyanya sambil berusaha duduk.
Hazan membantunya duduk. "Udah, kamu mau sarapan apa?"
"Emang ini jam berapa?"
"Masih belum telat kok, tapi kamu beneran mau berangkat kerja?"
"Iya, Yang."
Hazan menunduk mendengar itu, ia takut sesuatu akan mengalihkan pikiran Aletha yang telah dicucinya.
Tangan Aletha menyentuh pipinya. "Sayang, mungkin kemarin kita ngalamin hal buruk, tetapi ayo kita buat hari baik mulai dari hari ini." Tatapan matanya begitu meyakinkan, membuat Hazan terhanyut dan mengindahkan keinginannya.
"Kamu janji gak ajak pergi lagi, kan?"
"Iya, aku gak akan pergi."
Keduanya turun dari kasur dan pergi ke dapur. "Kamu mandi aja, biar aku siapin sarapan," kata Hazan.
"Tapi?"
"Gak papa, udah sana." Mendorong Aletha ke kamar mandi.
Usai mandi ia mengenakan pakaian kerjanya. Ia juga mencarikan pakaian yang cocok untuk Hazan, tenang saja, hampir semua pakaian Aletha diperuntukan laki-laki dan perempuan, termasuk pakaian kerjanya. Ia menyiapkan dan menyimpan pakaian untuk Hazan di atas kasur.
"Sayang, emang ada baju buat aku?" tanya Hazan setelah mandi.
"Nih," tunjuknya ke baju itu dengan wajah imut.
"Uuuuuh, imutnya pacar akuuuuu." Hazan gemes, ia mencubitnya.
"Ayaaaaaang, sakiiiit." Aletha memukul pelan tangan Hazan yang masih mencubitnya.
Pruk.
Tubuh Hazan seketika menjadi es batu. "Kamu kenapa?" tanya Aletha polos.
"Jangan liat ke bawah," titahnya kaku.
"Kenapa? Kamu kei---aaaaah!" segera Aletha menutup wajahnya.
"Ayaaang, kenapa kamu gak pake handuuuuuk," rengeknya masih menutup wajah.
"Melorot Sayang, bukan gak pake," koreksinya santai sambil memakai pakaian yang telah disiapkan Aletha.
"Udah belum?" tanya Aletha.
Hazan membuka tangan Aletha. "Kalo gini udah aman?" tanya Hazan menunjukan tubuhnya yang telah mengenakan celana panjang, hanya saja dadanya masih kelihatan.
"I-ini?" Aletha meraba dada hingga perut Hazan dengan ceria, sedang yang diraba juga suka.
"U-ma-maaf," sesal Aletha setelah sadar, ia berlari ke dapur untuk sarapan, wajahnya terlihat merah sekali.
"Kok kamu malu, hm?" goda Hazan.
"E-enggak, malu kenapa?" gagap Aletha.
Hazan tersenyum. "Suka ya?"
"Enggak!"
"Ya udah, aku bakal pake baju teba-"
"Iya, suka!" sela Aletha cepat.
Seketika keduanya terdiam, Aletha melanjutkan makan sebagai pengalihan.
**
Di kantor terlihat seperti biasa, tidak ada masalah. Aletha sudah mulai beradaptasi dengan pekerjaannya, hanya saja ia lebih banyak bertanya nama dan posisi setiap orang yang mengajaknya bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Night (Tamat)
RomanceSeorang perempuan yang kehilangan harta berharganya setelah kehilangan kesadaran. Beranggapan bahwa itu hanyalah mimpi belaka. Namun anehnya mimpi itu selalu berkeliaran di benaknya. Entah siapa lelaki yang ada dalam mimpi itu. Tidak ada yang tahu s...