Alga merasa heran dengan sikap Aletha dan Luann, nampak tengah dalam masalah saja. Tapi ia juga tak bisa mengeluarkan Aletha dalam genggaman Luann yang teuas hulu. Ia menelepon Aletha tapi tak mendapat jawaban, ia pun menelepon ke ponselnya.
*Teuas hulu = keras kepala.
“Halo, Aletha kamu di mana?”
“Maaf Pak, tiba-tiba saya sakit kepala, jadi pulang, deh.”
“Oh begitu? Sudah ke rumah sakit belum?”
“Belum, Pak, tapi ini cuma harus istirahat sebentar, besok sembuh.”
“Kalau begitu kirim lokasi rumah kamu, biar saya bawakan obat, saya tunggu dan akan pergi sekarang.”
Tut tut tut.
Alga mematikan sambungan.
"Aduh, anjing gimana, nih?” desis Aletha kebingungan, ditambah ia sudah sedikit kehilangan kesadaran.
Dengan tingkat kesadaran yang minim, Aletha mengirimkan lokasi apartement-nya.Lumayan lama di perjalanan, ditambah Alga harus ke apotek membeli beberapa obat yang mungkin bisa membantu Aletha. Sampai di depan pintu, ia memencet bel.
Ezra melihat panggilan dan pesan dari Aletha lumayan banyak, merasa khawatir ia menyusul ke rumahnya. Tidak mementingkan keselamatannya sendiri, yang penting ia segera tiba di kediaman Aletha.
Memencet lift tapi lift-nya berada di paling atas, ia merasa menghabiskan waktu sia-sia jika menunggu, ia pun memutuskan untuk berlari menaiki anak tangga ke lantai 6. Sampai di sana ia ngos-ngosan, tak pandang kiri kanan yang penting segera sampai di depan pintu apartement-nya.
Ting tong ting tong.
Ezra menekan bel berkali-kali. “Aduh anjing ke mana sih nih orang?” gerutunya sambil menekan pin di pintu kemudian masuk.
Tanpa terlihat oleh Ezra, Alga yang kebingunan pun masuk ke dalam. Ia mengedarkan pandangan memeriksa setiap inci dari rumah ini. “Apartement-nya enak, adem, nyaman, rapi lagi. Waw, koleksinya keren juga,” batin Alga yang melihat isi di lemari kaca dipenuhi dengan heml full face. Tanpa sadar ia melangkah ke dapur.
“Ale lo di mana, Bego? Katanya lo balik?!” teriak Ezra yang masih mengedarkan pandang.
“Eh, lo siape?” tanya Ezra takut-takut.
“Aku, temennya Aletha, katanya dia sakit, jadi aku ke sini,” jawab Alga sedikit terputus-putus.
“Oh, gue kira maling.” Ezra berjalan ke dapur bersama Alga.
“Ale, lo ngapain di situ, Pea?” Ezra segera menubruknya.
“Aletha, kamu kena- emhhh, bau alkohol,” ucap Alga menutup hidungnya.
Ezra melirik pada Alga. “Ngape, lo kagak suka bau alkohol, hah? Pergi sono temen macam apa lo, keliatannya lo gak suka alkohol, ya? Gak usah jadi temen sahabat gue, dah,” tandas Ezra kesal.
“Bu-bukan gitu, aku gaket aja, soalnya dia bilang lagi kurang sehat,” bela Alga sambil berusaha membangunkan Aletha.
“Pergi sono, ngapain di mari. Gak suka gue ama lo,” usir Ezra tanpa memandang fisik.
“Ta-tapi?”
“Gak usah tapi-tapi,” sela Ezra dengan wajah sinis, ia membopong Aletha ke kamarnya dan direbahkan di atas kasur.
“Ya ampun, Aleee, cuma karena pen curhat ama gue lo jadi mabok begini?” Ezra merasa bersalah karena tidak langsung mengangkat telponnya tadi.
Alga masih senantiasa berdiri di belakang dan Ezra menyadari bebenguk Alga. “Ngapain lo masih di mari?”
KAMU SEDANG MEMBACA
That Night (Tamat)
RomanceSeorang perempuan yang kehilangan harta berharganya setelah kehilangan kesadaran. Beranggapan bahwa itu hanyalah mimpi belaka. Namun anehnya mimpi itu selalu berkeliaran di benaknya. Entah siapa lelaki yang ada dalam mimpi itu. Tidak ada yang tahu s...