27. Dasi?

15 0 0
                                    

Makanan sudah dihidangkan di depan keduanya. Memang banyak kelihatannya, tapi yang masuk ke perut tidak sampai 1 piring penuh. Taulah gimana kepiting yang mirip dengan Tuan Crab.

"Waaaah." Aletha bereaksi senang.

Tangan Aletha sudah hendak menyentuh si crab, tapi Hazan menahannya.

"Kenapa?" Aletha heran.

"Bentar." Hazan membuka jas Aletha, kemudian menggulung kemejanya. "Sebelah lagi," titahnya dan Aletha menyodorkan tangan satunya lagi.

"Dah, makan," titahnya masih menahan sakit di lengan.

Aletha menaril tangannya menggulung lengan kemeja Hazan, selesai itu keduanya tersenyum. "Makasih," ucap Hazan.

"Gak perlu makasih, sudah seharusnya aku perhatian sama kamu juga." Aletha semakin melebarkan senyumnya.

"Awh, so sweet banget!" jerit seorang perempuan dari sebelah kanan, jaraknya lumayan jauh tapi masih bisa terlihat.

Aletha dan Hazan hanya tersenyum malu, kemudian makan saja. Memotek tubuh crab untuk diberikan pada Aletha.

*Potek = patah.

*Memotek = mematahkan.

Hazan memberikan daging yang diambilnya dai bagiannya pada Aletha, bahkan menyuapkan padanya. Padahal sejak tadi Hazan yang merengek lapar, tetapi ia malah menyuapi Aletha berkali-kali. Ia juga menyuap, tapi lebih banyak diberikan pada Aletha.

Aletha menggigit kaki dari pada crab itu, mencongkel dengan jari kemudian memasukkannya ke mulutnya sendiri. Mengunyah sambil memejamkan mata adalah hal yang sering dilakukannya, karena termasuk menikmati makanan.

"Yang, jangan merem, nanti aku tinggal nangiiiiiis," ejek Hazan berbisik.

Aletha membuka matanya. "Tinggal aja, aku sedang menikmati betapa enaknya Tuan Crab ini," sambungnya yang sempat membuka mata kemudian menutupnya kembali.

"Sayang, pejaman matamu membuat aku tak kuasa," bisik Hazan lagi.

"Tak kuasa apa?" Aletha membuka matanya.

"Tak kuasan menahan betapa cintanya aku padamu," bisik Hazan sampai mengenai daun telinga Aletha.

"Ah, geli, hahah, apaan sih lebay." Aletha pun tak kuasa menahan betapa bahagianya ia saat ini.

Tapi sayang, yang berada dalam tubuh Aletha saat ini buka Aletha yang sesungguhnya, melainkan Aletha yang hilang ingatan. Walau begitu ia merasakan cinta untuk Hazan.

Makan sudah selesai Aletha mencuci tangan di tempat yang sudah disediakan si abang tukang sea food. Usai membayar keduanya pulang. Di perjalanan, Aletha terlelap hingga sampai di parkiran.

"Sayang, udah sampe apartment kamu nih," bisik Hazan lembut.

"Emh, bentar lagi," balasnya masih ngantuk.

"Mau bangun atau mau aku sun?"

*Sun = cium.

"Emh, iya." Aletha membuka matanya.

Doweng!

Di depannya sudah ada Hazan dengan wajah tampannya. "Emp." Aletha menutup rapat mulutnya, kemudian menarik tubuh agar menjauh darinya.

"Kenapa, hm?" tanyanya menggoda.

"Minum, minum," pinta Aletha.

Hazan memberinya dan Aletha langsung minum banyak sekali air, hingga menghabiskan setengah botol ukuran sedang.

"Kamu ngapain?" tanya Aletha takut.

"Apaan sih Yang, aku juga gak bakalan perkosa kamu, wajahnya takut banget," ucapnya agak sedikit kesal karena Aletha berpikiran seperti itu.

"Bu-bukan gitu, aku kaget aja, Sayang." Aletha membuka pintu. "Kalau gitu makasih ya, aku masuk."

Hazan menahan lengannya yang hendak mendorong pintu, menarik dan langsung mencium Aletha cepat. Setelah kurang lebih 1 menit, Hazan berhenti.

Matanya melihat Aletha yang terpejam. "Kenapa?" tanya Hazan.

"Kok nanya kenapa?"

"Matamu merem."

"Ah, itu, emh, apa ya?" Aletha gelagapan.

"Emh itu apa? Gak suka ya? Maaf de---"

"Suka! Aku suka kok," potongnya cepat.

"Eh, apaan sih, aku ngomong apa?" Aletha malu setengah mati, sedang Hazan tersenyum manis.

"Ya udah, good night honey," bisiknya lalu mencium daun telinga Aletha.

"I-iya, good night." Aletha segera keluar dan masuk ke gedung.

Di koridor, ia jingkrak kesenangan menerima ciuman tiba-tiba dari Hazan. Lompat dan berdansa santai membuatnya semakin menikmati kebahagiaan ini. Sampai di dalam, ia segera mengganti pakaian kerja dengan pajama kemudian terlelap di atas kasur, yang sebelumnya sudah sikat gigi, cuci muka, dan pipis juga.

Matahari senantiasa membangunkan Aletha di tengah tidur lelapnya. Aletha harus bangun lebih awal, guna menyiapkan pelengkapan untuk pergi meeting bersama anak dajal yang tampannya gak kira-kira.

Usai mandi ia mengenakan kemeja hitam dan celana bahan coklat susu, menata rambut dan memberi sedikit bedak di wajahnya, kemudian lipstick yang tak begitu merah.

Menyoren tas, ia sudah siap berangkat, tapi ia merasa ragu akan penampilannya saat ini, kembali ke cermin dan memperhatikan setiap inci di tubuhnya.

"Kurang apa, ya?" tanyanya pada cermin.

"Hem, kayanya pake dasi cocok?" Aletha membuka lemari, mecari dasi.

Pandangannya tersita oleh dasi berwarna hitam yang terdapat ukiran berbentu titik 4 yang berdempet, segitu seterusnya hingga memenuhi dasi dengan jarak tak begitu jauh.

"Dasi ini?" Ia mengangkat dasi itu ke hadapan wajahnya.

Bersambung....

699 words.

Part ini sedikit sekali, aku lupasoalnya, hehehe.
Waktu ngetik part ini mungkin aku lagi repot atau kelelahan. Jadi deh sedikit. Tapi ada lanjutannya kok di part selanjutnya.
Hayu atuh mampir kalau gak sibuk dan masih penasrain mah.
okeh. see you next part.

Riyadh, 13 Juni 2023.

That Night (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang