"Masuk."
Aletha masuk dengan sedikit membungkuk. "Ada apa, Pak?"
"Duduk sini kamu," titahnya dengan suara sangat dingin sekali.
Aletha melirik dengan matanya saja. "Gak ada kursi, duduk di mana gue?" batinnya, yang berdiri di samping kasur.
"Karena gak ada kursi, jadi duduk di sini aja." Luann menepuk kasur.
"Gak papa, Pak?" Aletha mendongak.
"Saya gak bakal ngapa-ngapain kamu, toh saya juga masih pake jas."
Luann duduk berhadapan dengan pujaan hatinya. "Saya tahu kamu temenan sama Ezra yang kerja di perusahaan Yaz, dan kamu juga buat berkas ini salah." Luann menunjukkan berkas yang tadi diberikan Aggie.
"Dan itu gak masalah bagi saya selama kamu masih bisa diatur," sambungnya sedang Aletha mangguk saja.
"Oh, kalo gitu biar berkasnya saya perbaiki." Aletha mengulurkan tangan untuk mengambil berkas, tetapi Luann menahannya.
"Gak ada waktu, kamu perbaiki di laptop saja, biar nanti kita minta layar untuk nunjukin berkasnya." Suara Luann terdengar nyaman di telinga Aletha, mungkin itu karena Luann terkontaminasi alkohol.
"Oh, iya, Pak," angguk Aletha no debat.
Luann memberikan laptopnya pada Aletha. "Selesein di sini aja, biar sekalian dikoreksi."
"Baik, Pak."
Aletha mulai memperbaiki kata-kata yang typo dan hal-hal yang salah. Luann mengambil botol wine yang diberikan bos tadi padanya.
"Nih, biar kamu gak ngantuk." Ia menyodorkan wine itu pada Aletha.
"Serius, Pak?" Mata Aletha berbinar.
"Seneng banget kamu kayanya?"
"Jelas, Pak aku semenjak sama Hazan jarang minum, jadi seneng banget, makasih Pak," sahutnya senang sambil memeluk botol wine dan jingkrak-jingkrak.
"Ya sudah, ini sekaligus hadiah saja buat kamu yang rela lembur demi perusahaan kami," sanjungnya sambil mengelus pangkal rambut Aletha, membuat pipinya seketika merona.
"Kenapa, hm?" Luann menurunkan wajahnya agar saling menatap dengan Aletha yang menunduk.
"Gak papa, kalo gitu saya mau ambil gelas." Aletha berdiri.
"Itu udah ada," tunjuknya ke meja kecil samping kasur.
Aletha mulai menikmati wine tersebut sambil memperbaiki filenya. Terus minum hingga ia tak sadar bahwa wine-nya telah habis dan kepalanya terasa kebas.
"Ah, udah selesai, Pak." Aletha memberikan laptopnya.
"Oh, makasih." Mengambil kemudian menyimpannya di meja. Satu tangan lainnya menarik Aletha.
"Pak, ngapain, lepasin?!" jeritnya sambil mendorong Luann yang memeluknya.
"Gak, aku gak bakal lepasin kamu," bisiknya menggoda.
"Pak, jangan begini, nanti ada Aggie," cicitnya masih berusaha berontak.
"Aggie gak bakalan ke sini. Heuh, bahkan telingamu kurang tajam ketika aku mengunci pintu." Wajah Luann semakin dekat.
"Pak, lepasin!" terika Aletha.
"Gak, malam ini kamu milikku, dan malam-malam setelahnya."
"Gak, aku gak mau! Hazan, tolong!" jeritnya meminta tolong pada sesuatu yang tak akan datang.
"Hazan? Dia cuma memanfaatkan ingatanmu yang hilang, sebenarnya dia bukan siapa-siapa," ungkap Luann semakin panas.
"Gak, Hazan itu tulus sama saya!"
"Heuh, okay, aku akan pastikan setelah ini kamu tidak ada berniat menemui kekasih tersayangmu lagi." Luann membanting keduanya ke kasur.
"Lepasiiiin!"
"Jangan, kumohoooooon!"
"Hiks, kumohon, jangan." Teriakannya kini menjari lirih.
Luann bangkit dari kasur, membuka jas, rompi, dasi dan celana, menyisakan kemeja over size-nya. Ia kembali menindih tubuh Aletha yang lemah karena alkoholnya kebanyakan.
"Pak, jangan, kumohon," mohonnya hingga air mata mengalir bebas.
"Tidak ada ampun bagi kamu yang sudah berlama-lama bersama si f*cking Hazan. Kamu akan menerima hukuman atas kamu yang berani mencintai lelaki sialan itu," bisiknya penuh tekanan.
Luann mulai melumat bibir Aletha, tangannya tidak bisa diam, membuka kancing kemeja yang dikenakannya, kemudian celana tanpa sabuk.
Selesai dengan bibir, Luann beralih ke leher, turun ke dada, kemudian menikmati daging gemoy. Aletha meronta-ronta tetapi itu sia-sia, ia sudah dinikmati oleh atasannya sendiri. Setelah selesai mengeluarkan napsu birahinya, Luann tidur menindih Aletha dengan wajahnya yang basah karena keringat.
Teriakan dan jetiran tadi tidak terdengar lagi, kini hanya isakan yang membuat Aletha sesak. Luann menurunkan tubuhnya, mengambil selimut, kemudian memeluk Aletha di dalam selimut.
Tuk tuk tuk.
Suara ketukan pintu mampu membangunkan Aletha yang masih di dalam selimut. Ia tidak mengenakan kemeja ataupun celana, hanya bra dan selimut yang menutupi dirinya. Ia kaget melihat ini, kemudian teringat kejadian semalam.
"Hazan, maafin aku, aku sudah ternodai," lirihnya yang mulai menangis, ia tidak beranjak, hanya ingin menangis hingga bola matanya copot.
Luann sudah rapi dengan pakaian kantornya, ia membuka pintu.
"Pak, udah siap?" tanya Aggie di depan pintu.
"Kamu tunggu di depan saja, nanti saya nyusul."
"Gak ada yang mau dibantu?" tawarnya dengan sebuah kode.
"Gak ada." Luann menutup pintu dan menguncinya.
"Sayang, kamu gak bangun?" Luan duduk di tepi kasur.
Aletha membelakanginya, ia masih terisak enggan membalas ucapan Luann.
"Gak papa, gak bangun juga, kan kamu tidak harus ikut meeting lagi."
Luann berdiri sambil merapikan dasinya. "Sebenarnya aku ngajak kamu ke sini hanya untuk semalam, tidak ada hal lain. Jadi tidurlah yang banyak sebelum aku kembali, karena nanti akan ada hukuman susulan."
Aletha masih benci untuk mengeluarkan suaranya, air matanya semakin membasahi kasur, bahkan ia tidak mengenakan bantal.
"Sayang?" Luann menyentuh tangannya.
Aletha dengan cepat menepisnya. "Jangan sentuh aku," titahnya dingin.
"Kenapa hm? Gak mau kutinggal, tapi kan aku kerja, nanti pulang kerja kita main lagi ya. Kamu pasti cape karena semalam." Luann merapikan rambut panjang Aletha yang berantakan.
"Jangan sentuh aku!" bentaknya dengan sekuat tenaga.
Luann hanya tersenyum. "Baiklah Sayang, tapi setelah ini kamu tidak akan pernah menjadi milik lelaki manapun selain aku," bisiknya, kemudian mengecup kepala Aletha lalu keluar.
Meeting kali ini tidak ada Aletha, Aggie sudah senang karena Luann tidak mengikut sertakan Aletha, mungkin Luann menganggap bahwa Aletha tidak berguna, begitu pikir Aggie.
Memang sejak awal kepergian Aletha bersamanya hanya untuk menikmatinya agar tidak bisa berlama-lama dengan Hazan. Makanya hari kedua Aletha tidak diajak.
Pulang meeting, Luann tidak langsung pulang, ia pergi ke toko guna membelikan sesuatu untuk Aletha tercinta. Aggie sudah sampai di vila, segera membersihkan diri secantik mungkin dan nanti ia akan masuk ke kamar Luann dan menikmati malam terakhir di vila indah ini.
**
Bersambung ....
946 words.
Hai, para pembaca setiaku, jangan ke mana-mana ya, kita akan ketemu lagi di part selanjutnya.
Annyeong.Riyadh, 16 Juni 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Night (Tamat)
RomanceSeorang perempuan yang kehilangan harta berharganya setelah kehilangan kesadaran. Beranggapan bahwa itu hanyalah mimpi belaka. Namun anehnya mimpi itu selalu berkeliaran di benaknya. Entah siapa lelaki yang ada dalam mimpi itu. Tidak ada yang tahu s...