"Adek gue iniii, harta berharga gue lo tendang!" sarkasnya sambil menahan rasa sakit.
Seketika Aletha terdiam mendengar kata lo gue dari mulut Luann.
"Maaf, aku gak sengaja." Aletha jongkok di samping dan menatapnya lekat.
***
Wajahnya menunjukan penyesalan. "Maaf," lirihnya sambil menunduk dan menyentuh lengan Luann.
Tarikan napas Luann terdengar olehnya. "Ya udah, keujanan aku," ucap Luann yang sudah tak merasakan sakit.
Aletha mengangguk, tangannya menarik Luann agar berdiri. Ia membawanya ke dalam apartemen di lantai 6.
Pintu dibuka, Aletha mendudukkannya di sofa. Kakinya membawa Aletha ke dapur untuk memanaskan air di katel pemanas. Tangannya membuka lemari yang menembel di dinding bagai cicak, mengambil coklat bubuk untuk dituang ke gelas.
Tubuh keduanya basah, hujan di luar seketika membasahi. Aletha kembali ke ruang tengah membawa dua gelas coklat panas dan menaruhnya di meja depan Luann.
"Aku gak tau kamu suka apa, arak, AM, wine, minyak babi atau terserah, tapi di sini adanya kopi dan coklat, dikarenakan kopinnya abis, jadi aku biki--"
"Iya, apa aja," potong Luann sambil menutup bibir Aletha dengan telunjuk dan menatap lekat, membuatnya mampu terdiam seketika.
"Ternyata kamu bawel juga ya?" sindir Luann sambil mengambil coklat panas terssebut. Tak langsung meminumnya, ia hanya menahan untuk menerima kehangatan dari mug itu.
"Karena kamu anak presdir, setidaknya aku jaga sikap dan melayani sebagaimana prilaku aku ke presdir," ujarnya menurunkan pandangan.
"Hahaha, di mana-mana gue diperlakukan kaya gitu, gue males bersikap formal, sesekali gue pengen dianggap manusia biasa tanpa ada embel-embel anak presdir, bisa gak?" pintanya sekalian curhat.
"Emang gitu?" Aletha bertanya.
"Hem, bosen idup kaya gitu. Kalo boleh mah, gue pengen jadi OB aja dari pada jadi wakil bokap gue," ungkapnya sambil mencicip coklat di tangannya.
"Kenapa?" Wajah Aletha memang ramah.
"Aaaah, udahlah, jangan bersikap begitu, ngomongnya santai aja, ya?" harap Luann mendongak pada Aletha yang mesih berseri.
Matanya menatap baguan bawah Luann yang duduk di sofa, perlahan bibirnya membentuk huruf u dan nampak akan menangis.
"Kenapa lo? Gak suka ngomong santai ya?" Luaan membulatkan matanya.
"Bukan." Aletha menggeleng, masih menatap sofa yang diduduki Luann.
"Terus apa, ngomong?" desak Luann.
"Badan lo kan basah, sofa gue jadi basah juga, huwaaa!" Aletah mendongak sambil meraung.
"Oh, sofa, kirain apaan." Luann berdiri. "Ya udah, mana kamar mandinya, gue mau sekalian mandi aja?" tanya Luann santai.
"Di sono, cepet pergi jangan ngejogrog di mari aja," dorongnya ke pintu sebelah sana.
Aletha langsung mengeringkan sofa kesayangannya dengan hair dryer.
Weeeng, weeeeeng, weeeeng.
"Tha, ada baju gak?" Suara Luann terdengar, usai mandi. Ia hanya mengenakan handuk milik Aletha yang ada di dalam kamar mandi.
Aletah mendongak menatapnya.
Glek.
Terlihat gelombang leher Aletha yang menelan salivanya. "Emp, anu , emp di, ahh, ngapa jadi gugup gini sih gue!" bentaknya pada diri sendiri sambil berdiri mencarikan baju untuk Luann di kamarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/318410041-288-k63579.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
That Night (Tamat)
Roman d'amourSeorang perempuan yang kehilangan harta berharganya setelah kehilangan kesadaran. Beranggapan bahwa itu hanyalah mimpi belaka. Namun anehnya mimpi itu selalu berkeliaran di benaknya. Entah siapa lelaki yang ada dalam mimpi itu. Tidak ada yang tahu s...