Pesawat tiba di bandara.
Aletha sudah siap turun, tetapi Luann masih belum bangkit juga dari kursi. Penumpang di sebelahnya telah turun, bahkan hampir semuanya, kini tinggal Luann dan Aletha.
"Yang lain udah pada turun, Pak," kata Aletha jengah pada Luann yang masih duduk dan memainkan ponselnya.
Luann mengedarkan pandangannya. "Oh, ya udah, kamu turun duluan," sahutnya tak acuh.
"Cih, udah nodain gue, dia malah bersikap dingin, emang gak ada otak lo, kalo bukan bos udah gue bunuh lo," batin Aletha geram.
"Bagaimana mau keluar jika Anda masih duduk, saya tak bisa lewat," kata Aletha dingin.
Luann menarik napas kemudian berdiri. Langkahnya pelan sekali, membuat Aletha mendahuluinya. Tangan Luann menariknya hingga Aletha terpental ke belakang, dan Luann menangkapnya, kedua mata itu bertemu.
"Saya tau kamu pasti kecewa, atau mungkin benci, tapi kamu harus menerimanya," ucapnya di depan bibir Aletha yang kaku, Luann mendirikannya setelah membuatnya hampir terjatuh.
Aletha menepis lalu melangkah cepat. Aggie sudah duduk di lobi menunggu Luann dan Aletha. Karena bosan, ia celingukan. Dari arah sana, terlihat Aletha berjalan cepat dengan air mata yang membendung.
"Lo kenapa?" tanya Aggie santai.
"Apa kamu temen Hazan?" tanya Aletha dalam.
"Bukan urusan lo," tepis Aggie enggan menjawab.
"Itu jadi urusan gue, Aggie." Suara Aletha sedikit mendayu.
"Oh, jadi dia nangis karena ini," batinnya, kemudian menjawab, "ya, gue emang temenan ama dia, kenapa, cemburu?"
"Enggak, aku cuma mau minta maaf sama kamu dan Hazan." Aletha mengelap air matanya.
"Kalo lo jauhin dia, gue bakal maafin lo, dan gak bakal bilang ke Hazan kalo lo di sini cuma tidur doang," tekan Aggie sinis.
"Aku gak yakin Hazan bakal maafin aku." Aletha tak kuasa menahan tangisnya, ia segera pergi ke depan penjemputan, terlihat mobil Hazan menunggu.
Aletha tidak masuk ke mobil Hazan, melainkan ke mobil yang ada Aggie dan Luann. "Loh, ngapain kamu ke sini, bukannya di depan Hazan?" tanya Aggie kesal.
"Aku gak berani temuin dia?"
"Emang lo punya salah apa ke dia?" tanya Aggie mulai kepo.
Aletha tidak menjawab.
"Udah kubilang, kamu gak bakal berani nunjukin diri kamu ke dia," cetus Luann tak acuh.
Mobil telah melaju, Hazan senantiasa mengikuti laju mobil hingga berhenti di perusahaan. Aletha turun dari mobil segera berlari ke ruangannya.
Di dalam ruangan, Aletha tak sedikit pun menunjukkan ketenangan, tubuhnya gemetar, apa yang harus ia katakan pada Hazan, ditambah sikap Aletha yang mengabaikannya.
Tuk tuk tuk.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, Hazan masuk ke dalam setelah mengetuk. "Sayang, kamu kenapa?" Hazan masuk ke dalam dengan paper bag di tangan kirinya.
Aletha duduk dan menunduk, hingga Hazan sampai di sampingnya. "Ada apa?" Hazan menatap kepala Aletha, dan perempuan ini hanya menggeleng.
"Nih, aku bawain hadiah buat kamu." Hazan menyodorkan paper bag itu.
"Makasih." Aletha mendorong paper bag-nya.
"Loh, kenapa? Aku kan udah janji mau kasih kamu hadiah kalo kamu cepat pulang, dan kamu melakukan itu, jadi sudah seharusnya aku menepati janji."
KAMU SEDANG MEMBACA
That Night (Tamat)
RomanceSeorang perempuan yang kehilangan harta berharganya setelah kehilangan kesadaran. Beranggapan bahwa itu hanyalah mimpi belaka. Namun anehnya mimpi itu selalu berkeliaran di benaknya. Entah siapa lelaki yang ada dalam mimpi itu. Tidak ada yang tahu s...