43. Manager Alga

4 0 0
                                    

Luann sudah rapi mengenakan pakaian kantor, ketampanannya meningkat ketika mengenakan jas yang rapi.

“Aduuuh, anak mama rapi sekali. Pa, lihat anak kita, Pa.” Mama membanggakan anak keduanya.

“Bang, lihat adiknya, gak kalah ganteng sama kamu,” kata mama memecah keheningan pagi.

“Mama apa sih, berlebihan.” Luann nampak tak suka.

“Aduh, anak mama kesel ya kalo digituin, hahaha.” Mama tak henti menggodanya bahkan menciumi wajah Luann.

“Ma, aku udah dewasa, bukan anak kecil yang diciumi kaya gitu,” rengek Luann sebal.

“Aduh-aduh, anak Mama udah dewasa toh, tapi di mata Mama kalian masih kaya bayi aja, hihih.” Mama tak menghiraukannya.

“Ma, kapan pulang, kok tiba-tiba ada?” tanya Leonn---abang Luann.

“Tadi malam.”

“Wah, papa pasti seneng mama pulang?” sindir Leonn.

“Ya senenglah, masa enggak.” Papa mengindahkan ucapan Leonn.

“Oh ya, gimana perusahaan yang kamu pimpin?” tanya papa pada Leonn.

“Ya gitu, gak gimana-gimana,” sahutnya santai.

“Udah-udah, sarapan yang banyak. Oh ya, Luann, Leonn nanti pulang jangat telatnya, ada acara keluarga,” kata mama.

“Jadi mama ke sini kalo acara kekuarga aja?” tanya Luann kesal.

“Kan mama kerja, Nak?”

“Dah ah, aku berangkat dulu.” Luann pergi begitu saja.

“Lihat tuh, dia memang begitu kalau kesel. Gak kaya abangnya,” kata mama.

“Adik dan Abang sama saja, Ma gak jauh beda,” sindir papa yang melihat Leonn merajuk.

“Leonn kamu nurut ya, jangan kaya adikmu itu.”

Luann menancap gas menuju kantor, tidak begitu suka berlama-lama dengan mama, karena sudah biasa ditinggal jauh olehnya.

Luann sampai di kantor, ia membuka pintu ruangan Aletha, terlihat Aletha santai dengan pekerjaannya.

Aletha memeriksa siapa yang datang dengan matanya saja. “Idih, si Nanjis,” batinnya jijik.

Luann memberikan senyum manisnya. “Pagi,” sapanya ramah.

Aletha hanya menarik sudut bibir ke dalam tanpa menjawabnya. Luann mengabaikan Aletha yang cuek, ia kembali berjalan ke ruangannya.

Siang ini ada penyambutan untuk Alga yang akan bekerja di sini, ia harus menyiapkan segalanya. Bersama Aggie ia mengurus hal ini dan dibantu beberapa bawahan tanpa meminta bantuan Aletha yang sibuk mengerjakan tugas Manager Tara, ia tak tahu ke mana beliau pergi.

Alga datang disambut meriah oleh semua karyawan, Luann juga harus berlapang dada menerimanya, ini adalah keputusan presdir.

“Oh ya, asisten saya mana, ya?” tanya Alga di tengah kerumunan.

“Dia sibuk, Pak mengurusi pekerjaan Manager Tara sebelumnya,” sahut Luann santai.

“Ah, ya sudah kalau begitu,” sahut Alga santai.

“Mari saya antar ke ruangan Anda.” Luann mengantar Alga ke ruangannya.

Sampai di dalam.

“ini ruangan Manager Alga, maaf jika ruangannya kurang bagus atau kurang luas,” kata Luann merendah.

“Ahahah, ini luas dan bagus ,Pak terima kasih banyak.”

“Jika Anda butuh apa-apa telpon saja list nomor yang ada di samping telepon.”

“Baik, Pak Luann, terima kasih sudah menerima saya di sini.”

“Sama-sama, mohon bantuannya, Pak Alga.” Luann menyalaminya.

Greb!

Luann menarik tangan kemudian berbisik, “jangan berani-benari Anda mengganggu Aletha, dia milik saya.”

“Aletha? Ah, perempuan itu memang kucu dan menarik. Jadi wajar jika saya tertarik,” balas berbisik.

“Jangan salahkan saja jika sesuatu terjadi pada Anda. Saya hanya akan berbicara sekali.” Luann pergi dari ruangan Manager Alga.

“Hem, menarik,” desis Alga smirk.

Matanya melihat list nomot telepon. Terdapat nama asisten manager---Aletha, membuat Alga kembali tersenyum. “Oh, jadi dia asisten gue, oke, cukup mudah,” batinnya.

Ia menekan nomor telepon Aletha dan memintanya untuk datang ke ruangan.

Tak membutuhkan waktu lama, Aletha tiba.

“Masuk.”

Aletha masuk setelah mendengar suara dari dalam.

“Ada apa ya, Pak?” Aletha tersenyum kemudian wajahnya berubah menjadi datar lagi.

“Kamu?”

“Kamu Aletha, kan?” tebak Alga.

“I-iya, kok kamu ada di sini?”

“Hahah, kamu gak tau manager kamu sendiri?”

“Oh, Pak Tara, kabarnya sih di dipindah ke cabang lain, jadi aku sibuk beresin kerjaan yang tersisa dan kamu?”

“Ya, aku di sini gantiin posisi Manager Tara.”

“A-apa? Ja-jadi kamu manager baru?” Aletha mangap dan ditutup tangannya.

“Iya, aku manager baru dan kamu jadi asistenku, kabar bagus, kan?”

“Emmh, iya sih, Pak Alga, hahahah, ternyata kamu kerja di sini, baru tau aku.” Aletha tersenyum paksa.

“Karena kamu sibuk sama dunia kamu, jadi lupa sama orang lain,” sindir Alga dengan wajah datar.

“Ya, maaf, Pak. Jadi Bapak butuh apa?” tanya Aletha ramah kembali.

“Saya mau tau apa yang sedang kamu kerjakan, bisa kita ke ruangan kamu?”

“Bisa-bisa, mari, Pak.” Aletha menuntun Alga ke ruangannya.

Tiba di sana, ia langsung memberi tahu apa saja yang dikerjakan Aletha dan projek apa yang akan dan tengah dilakukan.

Alga sudah paham akan kerjanya dan ia hanya menatap Aletha yang menerangkan, perempuan ini memiliki auranya sendiri, berwibawa dalam menerangkan dan cekatan membuat siapa saja yang melihatnya tertarik.

“Gimana, Pak?” tanya Aletha di penghujung penjelasan.

Alga mengangguk. "YA, saya paham, kalau begitu kamu selesaikan bagian kamu dan saya akan bawa bagian saya.” Alga memilah map bagiannya dan akan membawa map tersebut ke ruangannya.

“Beneran, Pak. Tapi kan Bapak baru masuk?”

“Gak papa, saya sudah pengalaman dalam hal ini, terima kasih dan permisi.” Alga meninggalkan ruangan.

“Hm, jadi dia manager baru, kok gue baru tau sih? Kenapa kagak ada yang ngasih tau gue?” gerutunya sambil berjalan menuju ruang kerja staf, ruang banyak meja-meja.

Bersambung ....

Bagaimana part ini?
Komen ya, sedikit aja.
Terima kasih.

835 words.

Riyadh, 16 Jul 2024.

That Night (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang