34. An Epiphany

159 36 6
                                    

hai reader-nim 💚✨ pencet bintang nya biar jadi oren yuk 🌟








Winora cepat meminum obatnya setelah memilih obat pusing dan juga sakit perut yang menyiksanya. Berharap dirinya membaik dan tidak menyusahkan orang-orang.

Sedari dulu ia memang kesal dengan dirinya yang terkesan begitu lemah dan gampangan, Winora sadar bahwa ia sering membuat khawatir orang-orang di sekitarnya dan itu membuatnya sungkan.

Ia sedang duduk di ruang tengah apartemennya dengan pikiran yang begitu berisik memikirkan ini itu, tangannya kemudian terulur untuk mengambil ponsel dan membuka ruang obrolannya dengan Hesa.

Akan lebih baik jika di saat seperti ini lelaki itu bersamanya, memberikan kenyamanan dan rasa aman yang tidak pernah Winora dapatkan dari orang lain. Ah, ia jadi merindukan Hesa di sela sela agenda perselisihan mereka ini.

"Chat ? Jangan ? . . Chat ? Jangan ?"

Jemari gadis itu menekan tombol kembali dan ruang obrolan secara bergantian, bimbang diantara menghubungi lelaki itu duluan atau menunggu nya sampai Hesa menjelaskan semuanya.

Winora pun menyimpan kembali ponselnya di meja dan menidurkan badannya di sofa, tangannya masih mengelus dan meraba perutnya yang dirasanya mulai membaik.

Ia memilih untuk tidak menghubungi lelaki itu, mungkin Hesa butuh waktu dan begitu juga dirinya. Ia ingin menjadikan ini waktu untuk berpikir dan menjadikan diri mereka lebih baik lagi.

Kesadarannya terenggut setelah beberapa saat hanya melamun. Ia tertidur di sofa dengan tenang sebelum rasa sakit kembali menggerayangi perutnya, benar benar sakit hingga membuat gadis itu langsung terbangun dan terduduk kesakitan.

"Hiks . . Sakit"

Duduknya semakin tidak tenang, badannya berguling ke sana sini dengan tangan yang reflek mencengkram perutnya.

Sembari menangis dan berusaha tetap sadar ia meraih ponselnya dan melihat jajaran kontak nya. Sakra sedang berada jauh, kalau saja lelaki itu sedang ada disini.

Ia pun mengirimi pesan pada Willy, meskipun kakaknya itu akan sangat panik, tapi yang Winora butuhkan sekarang hanyalah pertolongan.

"Kak Will kemana sih . ."

Chat dan telepon Winora pada kakaknya itu tidak membuahkan hasil, entah kemana Willy yang biasanya sedang bekerja saja selalu sempat mengangkat telepon Winora. Otaknya pun kembali berpikir cepat kepada siapa ia harus meminta bantuan.

Ia pun memilih Karina dan mengiriminya pesan terlebih dahulu.

Ia pun memilih Karina dan mengiriminya pesan terlebih dahulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Scarlett On You [Wintddeung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang