50. An Endless Abyss

155 19 0
                                    

halooo ! aku udh janji setidaknya di tahun ini harus dapet 50 part 😁
btw aku juga bikin extended ver 🔞 buat part 42 ! untuk yang tertarik baca boleh tap profilku yaa linknya aku simpen di sana atau bisa ke Twitter @minteufairy 🥰
sooooo ini part terakhir tahun ini ! see you taun depannn 💚✨






















"Ayah emang udah lama nyuruh anak anaknya belajar buat kontrol rasa haus, terutama sama darah manusia . . Karna kita harus bisa berbaur" Hesa mengusap rambut gadis yang sedang tertidur di pangkuannya.

Winora selalu berhasil membuatnya bercerita sedikit demi sedikit, tentang apapun.

Sesekali Winora menatap lelaki diatasnya sekali kemudian mengalihkan pandangannya pada cahaya matahari di celah celah ranting pohon.

Karena terus terusan menatap Hesa tidak terlalu baik untuknya, ia masih sering salah tingkah.

"Makanya kita lebih sering berburu ke hutan, meski emang kadang Jendra masih suka manusia" Winora masih menyimak Hesa.

Satu hari normal bagi pasangan itu, duduk dibawah pohon sembari bertukar cerita satu sama lain. Tentunya di bukit yang menjadi tempat wajib bagi mereka.

"Kak Hanta gimana ?" tanya gadis itu.

"Dia kalem sih bisa mengendalikan diri dengan baik, tapi ya kalau ada yang nantangin sih sikat aja" jelas Hesa membuat Winora sedikit mengernyit.

"Serem ya"

"Kamu . . Gimana ?" Gadis itu terdengar ragu, mata bulatnya menatap Hesa.

"Aku keliatannya kaya gimana ?" Hesa tersenyum sembari mengikis jarak antara mereka, Winora sempat menahan nafas karenanya.

"Galak, suka gigit gigit" jawaban spontan Winora mendapat tawa dari lelaki itu.

Hesa mengangkat kepalanya dan kembali bersandar ke pohon.

"Baik gini juga," katanya membela diri namun Winora malah meledeknya.

"Dulu aku sering di ledek Jendra karena sukanya sama darah cewe muda" Hesa mengungkapkan lagi satu ingatannya, membuat Winora menyimaknya lagi.

"Yaa kaya cewe cewe di kantor, belum terlalu dewasa tapi udah bukan remaja lagi" jelasnya karena Winora terlihat bingung.

"Mereka tuh penuh semangat, karena lagi pencarian jati diri, dan di beberapa kejadian darah mereka manis"

"Manis ?" Winora mengulangnya merasa salah dengar.

"Bukan rasa kaya gitu . . beda pokoknya" Hesa terlihat bingung untuk menjelaskan, ia rasa Winora juga tidak akan mengerti dan mungkin merasa jijik.

Winora mengangguk, bersyukur Hesa tidak menjelaskannya karena itu mungkin membuatnya lemas tak berdaya seketika.

Namun rasanya ada satu pertanyaan lagi yang ingin ia utarakan.

"Kamu suka ?"

Hesa mengangguk-angguk pelan, instingnya tidak bisa berbohong. Ia sempat menatap kosong ke depan kemudian kembali menatap Winora di bawahnya.

"Aku terlalu banyak kasih tau ya ?" tangannya mengusap pipi gadis itu, Winora tersenyum dan menggeleng.

"It's okay"

Hesa tersenyum, merasakan ketulusan yang Winora beri dari hati. Gadis itu benar benar tidak keberatan bahkan di dalam hatinya.

"Dan . . kamu beda Ra," jemari lelaki itu kini mengelus pipinya, membuat Winora kembali menatapnya.

"From the first time we met, your scent was different"

"And it's from your blood, or something in your blood" Hesa menjelaskannya dengan hati hati, rasa takut tetap ada pada benaknya.

Scarlett On You [Wintddeung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang