27. Rising Moon

200 45 12
                                    

ritual sebelum baca cerita ! : pencet bintang nya dulu sheyenk ✨



























23 Oktober 2025 - Hari Kematian Rachel


Content Warning : Blood, Violence, Murder


"Iya gue udah di lantai empat"

"Lo dateng sendirian kan Sa ?" Suara Rachel disebrang sana terdengar gemetar.

"Gue bareng Winora, dia mau ke ruang dokumen juga"

"Pastiin dia ga ngikutin Lo"

"Iya, gue masuk sekarang" Hesa pun mematikan telepon dan berjalan kembali ke ruang yang dituju. Sebenarnya ia sudah berfirasat buruk semenjak menginjak lantai ini, aura nya begitu gelap dan hampa.

Ia membuka pintu perlahan dan menemukan Winora yang sedang mencari dokumen, mereka sempat bertemu tatap. Hesa berharap gadis itu cepat pergi, karena ini bukan tempat yang bagus untuknya.

Ia pun melanjutkan langkahnya menyusuri rak rak besar itu. Langkahnya terhenti ketika melihat gelombang tidak biasa yang terlihat seperti menutupi salah satu sudut ruangan.

Ketika ia melangkah memasuki nya, disanalah Rachel berdiri gemetar.

"Hesa . ." cicitnya sembari menangis.

"Bukan main Lo, langsung ambil setengah nya . ." Alvaren muncul dari balik rak dan berdiri di sebelah Rachel merangkul gadis itu. Ia menatap Hesa dengan senyum sarkas.

"Gue bisa apa kalau Winora masih di incer iblis kaya lo" balas Hesa.

"Jangan salah paham Rachel, gue bukan iblis sendirian disini" katanya pada Rachel yang bergetar ketakutan di rangkulan nya, ia menatap Hesa sesekali.

"Gue gapeduli ada apa diantara kalian, tapi please jangan libatin gue" katanya susah payah.

"Oh gabisa, Lo udah liat gue yang sebenarnya, dan gapernah ada orang yang hidup setelah ngeliat nya" Alvaren berkata dengan nada manis, sungguh bertolak belakang dengan kalimat di dalamnya.

"Lo mau ngacau di tempat Lo sendiri ?"

"Gue emang suka buat onar, gue bahagia ngelakuinnya" Alvaren menatap Hesa santai.

"Rachel ga tau apa apa, lepasin dia" Rachel mengangguk angguk cepat dan menatap Alvaren dan Hesa bergantian.

"Gue lepasin dia, tapi lo serahin Winora gimana ?"

"Lo berharap gue iyain ?" Hesa mengernyit.

"Lo bisa memulai segala hal baru sama Rachel, asal dia tutup mulut" Alvaren tersenyum pada Rachel yang masih ketakutan.

"Jadi gini cara Lo ngancem gue ? Ternyata lo masih tetep sampah kaya dulu, Al"

"Lo yang sampah brengsek !" Alvaren meraih kerah baju lelaki dihadapannya. Rachel menggunakan kesempatan ini untuk menghindar dari nya dan hendak bersembunyi di balik Hesa.


"Rachel jangan-"

"Aaa-akhh . ."


Sebuah pisau dari balik tangan Alvaren menghadang tepat di perpotongan leher dan bahu gadis itu. Luka yang besar dan langsung mengeluarkan banyak darah membuat Hesa dan Rachel membelalak.

"Lo gila Alvaren !" Hesa menghempas tubuh Alvaren dan hendak meraih Rachel. Namun bau darah yang terlalu mendominasi membuatnya memejam menahan insting nya.

"He-hesa . . T-to-" Tangan Rachel yang sudah bersimbah darah terulur menggapai lelaki yang sudah setengah membungkuk itu, hingga membuat kartu absen yang sedari tadi menggantung di leher lelaki itu lepas dan terjatuh karena tak sengaja di tarik olehnya.

Scarlett On You [Wintddeung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang