58. You

98 22 16
                                    

alow ! rencananya cerita ini akan segera tamat hehe
tapi sepertinya aku mau open req narasi / scene / percakapan yang pengen kalian liat !
siapa tau ada yang mau req scene yang belum pernah aku bikin disini, bebas ! gak harus Hesa sama Winora kalau kalian kangen pair yang lain boleh banget 😋💚‼️
sOooOoo aku tunggu ya request kalian ! akan aku buat sebisaku, komen disini aja ♡
enjoy reading and see you !



























Kehidupan Alvaren sebagai manusia tidaklah mudah, keluarga berantakan, orang tua yang tidak menginginkannya, membuatnya berakhir berkeliaran di jalanan dengan dendam kuat pada mereka.

Alan menemukan tekad lelaki itu ketika Alvaren sekarat di pinggir jalan gelap karena dikeroyok habis habisan oleh para preman.

Menawarkan kehidupan lagi, yang tentu di angguki lelaki putus asa itu.

Kehidupan yang mungkin ia pikir membuatnya sedikit merasa diinginkan dan dianggap, bertemu orang baru yang mungkin akan menyayangi nya.

Kehidupan yang baik itu perlahan sirna ketika ia malah menjadi sumber ketakutan banyak orang, ketika kala itu ia masih belum bisa mengontrol diri nya.

"Kenapa kaya gini ? Aku gamau kehidupan yang kaya gini yah,"

Alvaren berkata sedih pada Alan, yang sudah beberapa tahun ini ia panggil Ayah.

"Kau memilih mati dan mengabaikan dendammu ? Aku bisa membuatmu mati sekarang juga"

Alan mengetuk-ngetuk meja kayu nya sembari terus menatap Alvaren dingin. Didikan Alan yang dingin, keras dan kejam membuat Alvaren semakin tega dan nir empati.

"Memang sudah seharusnya kau tidak merasa kasihan pada manusia ! Kau bukan manusia lagi ! Sadarlah !"

Tahun tahun berat Alvaren ketika beradaptasi dengan kehidupan barunya itu cukup memuakkan, hingga akhirnya ia mulai kembali pada tujuan dan keinginannya.

Balas dendam.

Dalam perencanaan balas dendamnya itu, Alvaren bertemu Lia dan Rahesa. Yang dalam ketidaksengajaan membuat mereka tahu satu sama lain bahwa mereka sama.

"Gue tau manusia itu mangsa kita, tapi gak baik kalo sering sering kan ?" Lia, manusia setengah vampir itu tampak bingung, membuat Alvaren berdecak sembari menyandarkan punggung pada tembok.

"Lo diajarin siapa ? Belum pernah nyoba membantai mereka ya ?"

"Gue belum se tega itu . ." cicit si gadis satu satunya itu. Membuat Rahesa menoleh, ia mulai tertarik untuk jatuh dalam percakapan.

"Ga harus kaya gitu, gue ga diajarin cara brutal dan kejam begitu kok . . Ayah ngajarin gue buat menjebak mangsa kita, pelan tapi pasti" jelas lelaki itu tenang, Lia pun mengangguk angguk setuju.

"Kalau kaya gitu terus, lo bisa kalah dari gue" kata Alvaren kemudian tertawa, Rahesa hanya membalas tawanya pelan.

"Jadi lo ga terlalu suka menampakkan diri ya ?" tanya Lia yang langsung diangguki Rahesa.

"Dia minder, soalnya gantengan gue"

"Ngarep lu" balas Rahesa tidak terima, mereka sedikit tertawa tawa.

"Tapi lu harus coba buat mangsa manusia Li, karena darah hewan doang gak bikin lu merasa menjadi diri lu seutuhnya"

Percakapan tiga makhluk di atas rooftop gedung tua sore itu adalah percakapan terakhir sebelum mereka terpecah belah.

"Gue tau kita temen, tapi gue ga bisa terima soal Selena !" Alvaren berbicara dengan dendam yang menggebu-gebu di hatinya.

Siapa sangka di tengah padang bunga ini akan terjadi pembunuhan tragis, beberapa bunga lily putih disana terciprat darah.

Scarlett On You [Wintddeung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang