17. Taken

198 41 0
                                    





Perjalanan Hesa dan Winora menuju kantor terhenti ketika gadis itu menunjuk salah satu toko kue di perhentian terakhir, dengan alasan menagih janji Hesa tentang 'Sarapan bareng' merekapun masuk dan memesan beberapa pastry dan sandwich.

"Kamu ga bilang dari kemaren kalau mau jemput" kata Winora sembari berkaca di kamera dan membenahi rambutnya. Mereka duduk di salah satu meja dengan dua kursi.

"Emang kalo bilang mo apa ?"

"Gapapa sih, cuma ya lebih siap aja" Katanya agak bingung. Hesa tersenyum kecil melihatnya.

'Kan kalo dikasih tau bisa dandan yang lebih cantik lagi'

"Hhm," Hesa berdecak dengan senyum tidak percaya. Winora melihatnya sebal.

"Kenapa sih ? Rambut aku acak acakan ya ?"

"Ngga" Hesa pun membuka ponselnya untuk menghindari pertanyaan gadis itu. Winora berdecak malas, Hesa selalu singkat padat namun tidak jelas, seperti banyak yang ia sembunyikan daripada ia jelaskan.

Winora menikmati sarapan nya, sedangkan Hesa berdalih sudah sarapan dirumah dan hanya ingin mengantar gadis itu. Setelah menghabiskan sepotong pastry, tangan kecilnya meraih Sandwich dan menyantap nya lahap.

Hesa hanya memperhatikan gadis itu makan sembari sesekali melihat ke arah ponsel, sedangkan Winora asik bermain ponsel. Perhatiannya teralihkan ketika melihat Hesa menatapnya dalam.

"Aku makan kaya orang kelaparan ya ? Sampe kamu kasian gitu liatnya" celetuknya. Hesa tidak bereaksi, ia masih menatap lurus kedalam matanya.

Tatapan lelaki itu masih berbahaya bagi jantung Winora, sehingga ia hanya bisa diam dan sesekali membalasnya.

"Nora" panggilnya. Winora mengangguk dan membalas tatapannya.

"Kamu percaya ga ada makhluk bukan manusia yang berkeliaran di sekitar kamu" Winora ingin menanggapi Hesa dengan candaan namun sorot lelaki itu menatapnya dalam dan serius, seperti ini adalah pertanyaan hidup atau mati.

"Kaya Setan, Jin gitu ?"

"Iya sih, cuma ini lebih ke yang bisa membahayakan nyawa kamu"

"Kamu indigo Sa ?" tanggapnya.

"Anggap aja gitu"

"Jadi gimana, percaya ?"

"Yaa percaya aja sih tapi kita kan punya dunia yang berbeda, harusnya sih nggak mencampuri dunia yang gak seharusnya" Pernyataan gadis itu membuat Hesa tertegun. Kenyataannya memang benar, gadis itu akan mati sedangkan dirinya akan abadi entah sampai kapan.

"Tapi yang ngebahayain itu kaya gimana ?" Winora dan rasa penasarannya.

"Yang bisa bikin manusia mati, mereka pengen nyawa atau jiwa manusia, tergantung sumber kehidupan apa yang mereka butuhin"

"Kalau pun mereka ngebiarin manusia itu masih hidup setelah nya, dia bakal hidup dalam penderitaan"

"Wah gila gila kok kamu bisa tau sih ?" Winora bersidekap didepan nya, menatapnya antusias.

"Anggap aja aku bisa komunikasi sama mereka"

"Kereeen Hesa ! Ini alesan kenapa kamu pendiem ?" Karna yang Winora tahu anak anak dengan kemampuan lebih seperti ini biasanya pendiam dan penyendiri, orang orang sering menganggapnya Irasional atau berhalusinasi.

Hesa tersenyum tipis tanpa menjawab, ia masih menatap Winora lurus.

"Ra, makasih ya udah jadi temen aku dan, maaf juga"

Scarlett On You [Wintddeung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang