My Lovely Uncle - Bab 53

3.4K 204 7
                                    

Happy Reading!!!

***

Namun nyatanya Salvia memang tidak perlu repot-repot melawan Anton, karena benar apa yang Shamanta katakan bahwa Anton bisa di tangani oleh Tyaga. Pria tua haus kekuasaan seperti Anton akan mudah di taklukan dengan seseorang yang lebih unggul dari pilihannya. Dan beruntungnya Shamanta jatuh cinta pada sosok yang bisa menyaingi segala hal yang dimiliki Devan, hingga penolakan yang semula kukuh Anton lontarkan, tidak berani lagi paruh baya itu pertahankan.

Tak langsung menyetujui memang, Anton lebih dulu berlakon dalam drama, memerankan sosok ayah baik hati yang tidak tega memaksakan kehendak pada putrinya. Berekspresi seakan menyesal karena tidak bisa memenuhi janji dengan mendiang orang tua Devan, padahal aslinya pria paruh baya itu senang karena mendapat menantu yang lebih potensial. Devan tidak lagi berarti sebab Tyaga lebih besar memberi Anton keuntungan.

Andai Tyaga tidak mencintai anaknya, Salvia yakin pria itu akan muak memiliki calon mertua seperti Anton. Namun karena saling jatuh cinta, Tyaga jadi bersyukur dengan apa yang dimilikinya.

“Coba kalau dari awal lo bilang siapa laki-laki yang menjadi pacar lo, gue yakin tuh aki-aki gak akan repot-repot ngejar-ngejar Uncle Devan,” Salvia berucap seraya melirik sinis Shamanta setelah mereka di tinggalkan para orang tua. Sungguh, Salvia merutuki Shamanta dengan semua drama yang tercipta belakangan ini.

“Awalnya saya tidak begitu yakin pada Tyaga. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaan, hingga saya berpikir Tyaga tidak seserius itu pada hubungan kami,”

“Dan lo menjadikan Uncle Devan cadangan?” tebak Salvia dengan delikan tak suka. Terlebih ketika dengan ringannya Shamanta menganggukkan kepala, membenarkan analisanya.

“Siapa tahu lambat laun saya bisa menggantikan posisi Tyaga dengan Devan. Terlebih saya ingat Devan adalah sosok pria yang penyayang,” katanya seraya menatap Devan yang berada di depannya, bersampingan dengan Salvia. “Saya rasa tidak akan sulit jatuh cinta pada dia, terlebih jika saya benar-benar patah hati karena Tyaga. Bersama Devan mungkin saya bisa memiliki kesempatan untuk berbangga diri di depan Tyaga, mengatakan bahwa saya tidak menyesal telah dia buang,” lanjutnya, kali ini tatapannya tertuju pada pria tampan di sampingnya. Terlihat begitu memuja. Membuat Salvia yakin bahwa secinta itulah Shamanta pada Tyaga.

“Aku tidak mungkin membuangmu, Honey,” bantah Tyaga dengan tatap serupa. Dan remasan di jemari Shamanta yang ada di meja seakan meyakinkan sang kekasih bahwa apa yang dikatakannya bukan sekadar bualan saja. “Aku begitu mencintaimu. Kamu tahu itu ‘kan?”

“Tapi nyatanya aku belum menjadi prioritas dibandingkan pekerjaan kamu. Iya ‘kan?”

Honey—”

Stop!” seru Salvia meminta Tyaga menghentikan rengekannya yang menurut Salvia terdengar menggelikan. Membuat keterpesonaannya semenjak pria itu tiba di bandara satu minggu lalu luruh begitu saja karena sikapnya yang menggelikan itu. Tapi tak pelak Salvia mengakui kecocokan Shamanta dan Tyaga. Laki-laki itu bisa mengimbangi Shamanta yang dingin dan tidak banyak bicara. Suasana tetap akan terasa hidup. Beda jika Devan dan Shamanta bersatu. Kutub utara akan kalah dingin oleh dua sosok itu. Karena nyatanya Devan hangat pun karena ada dirinya yang aktif.

“Kami akan pulang sekarang,” kata Salvia bangkit dari duduknya. “Silahkan lanjutkan perdebatan kalian setelah kami keluar dari sini,” tambahnya seraya mengajak Devan pergi. Enggan lebih banyak melihat sisi lain Tyaga yang berhasil menghancurkan keterpesonaannya. Padahal ketika ada diantara orang tua Shamanta pria itu terlihat begitu wibawa. Semakin membuat Salvia kagum saja. Sayangnya kekagumannya harus hancur karena rengekan pria itu yang menggelikan. Terlihat layak di sebut bucin sejati. Dan Salvia tidak suka pria seperti itu.

“Kalian serius mau pulang?” Tyaga bertanya, menghentikan langkah Devan dan Salvia yang hendak menuju pintu. “Ini masih siang,” liriknya pada jam di pergelangan tangan. “Kenapa kita tidak merayakan keberhasilan ini dulu?” maksudnya pertunangan yang berhasil di batalkan. Bukankah itu pantas untuk di rayakan?

“Tidak, terima kasih. Aku ingin merayakan ini berdua dengan calon suamiku,” tolak Salvia seraya melempar kedipan penuh arti pada Tyaga yang kontan tertawa.

“Kamu gadis nakal Salvia,” katanya menyambut baik candaan Salvia. Dan mendengar tanggapan Tyaga, Salvia bukannya tersinggung apa lagi marah, karena yang ada Salvia justru ikut tertawa. Merasa bahwa sepertinya mereka akan cocok menjadi teman. Candaan mereka sejalan. Padahal mereka baru saja bertemu satu minggu lalu, itu pun tidak banyak berinteraksi karena ternyata kedatangan Tyaga bukan hanya untuk menggagalkan perjodohan kekasihnya, tapi juga untuk pekerjaan, salah satunya membicarakan kerja sama dengan ayah Shamanta. Sebuah peluang yang Shamanta dan Tyaga punya untuk memperlancar restu Anton. Karena ternyata sudah lama Anton berharap dapat bekerja sama dengan perusahaan keluarga Tyaga, tapi tidak sedikit pun di lirik. Sebuah kebahagiaan ketika akhirnya mengetahui Tyaga dan Shamanta memiliki hubungan asmara. Mata anton seketika bersinar terang melihat peluang besar. Tapi ya sudahlah itu biarkan menjadi urusan mereka, terpenting bagi Salvia, perjodohan Shamanta dan Devan sudah selesai, alias batal.

“Ya udah ah, see you next time,” Salvia melambaikan tangan ke arah Tyaga dan Shamanta, lalu melanjutkan langkah keluar dari privat room yang menjadi tempat pertemuan keluarga tadi bersama Devan yang masih setia di gandengannya.

“Jadi, di mana kita akan merayakannya?” tanya Devan sedetik setelah menutup pintu mobilnya. Membuat Salvia menoleh dan mengernyitkan kening menatap sang paman dengan sorot tak paham. Namun seketika Salvia tertawa, lalu menggelengkan kepala.

“Tidak sekarang Uncle, kita harus segera pulang. Papi sama Mama Dri nunggu kita di rumah.” Alasan lain selain karena tidak ingin semakin menyaksikan rengekan Tyaga. Darian mengiriminya pesan, meminta segera pulang.

“Untuk apa?”

Salvia mengedikkan bahu, tanda bahwa dirinya pun tidak tahu, sebab Darian tidak mengatakan alasan menyuruh mereka pulang.

Devan berdecak pelan sebelum menyalakan mesin mobilnya. “Jadi kita pulang nih?” tanyanya memastikan. Dan Salvia yang melihat wajah bete sang paman segera terkekeh geli. Tahu sangat pria itu tidak ingin segera pulang. Dan jika boleh jujur Salvia pun tidak beda jauh.

Meskipun setiap hari bertemu, nyatanya itu tidak membuat mereka bosan, yang ada justru semakin ingin berdekatan. Terlebih sekarang tidak ada lagi kendala apa pun dalam hubungam mereka. Urusan Sagitta telah selesai. Sudah terbukti bahwa bayi yang wanita itu kandung bukan miliki Devan. Dan perjodohan yang semula menjadi masalah terbesar diantara mereka, telah menemukan kata sepakat untuk tidak  di lanjutkan, yang mana artinya restu Drizella turun sepenuhnya. Bahkan izin menikah sudah mereka kantongi. Tinggal menunggu kapan mereka akan melangsungkan pernikahan.

Sejujurnya itulah yang membuat Devan tidak sabar dan enggan berjauhan dengan sang ponakan, karena Devan takut Salvia akan kembali berpikir ulang. Devan sudah senang dengan jawaban Salvia satu minggu lalu mengenai kesetujuannya menikah muda, dan Devan tidak ingin jika nanti pada akhirnya gadisnya itu berubah pikiran. Maka dari itu Devan enggan berjauhan. Tidak ingin memberi celah untuk Salvia mengubah keputusannya.

“Iya kita pulang,” jawab Salvia masih dengan kekehannya.

“Yakin? Gak mau mampir hotel dulu?”

Mendengar itu Salvia semakin melepaskan tawanya. Devan benar-benar menyebalkan dengan penawarannya yang menggiurkan itu. Namun sekarang Salvia tidak akan terpengaruh. Lagi pula Devan sendiri yang selalu menghindari tempat itu selama ini. Mengatakan bahwa hotel terlalu berbahaya. Mengiyakan tawaran Devan sekarang hanya akan membuat pertahanan mereka kacau. Tidak, tidak. Salvia tidak ingin gairah menenggelemkan mereka sekarang. Di saat pernikahan tinggal menyepakati tanggal.

“Kita pulang, oke?”

Devan akhirnya mengela napas pasrah dan melajukan mobilnya menuju kompleks perumahan Darian.

****
Sabar Dev. Nanti juga kesampean kok 🤭🤭

See you next part!!!

My Lovely UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang