My Lovely Uncle - Bab 50

5.2K 221 11
                                    

Happy Reading!!!

****

Sudah tiga hari Salvia memikirkan ajakan Devan. Dan sebenarnya sejak kemarin jawaban sudah dirinya dapatkan, tapi belum benar-benar yakin seratus persen. Ada banyak hal yang Salvia pikirkan dan perlu dirinya pertimbangkan. Salah satunya adalah sang ayah. Karena alasan itu jugalah akhirnya Salvia berada di sini sekarang, di ruangan Darian.

Sekembalinya dari sekolah, Salvia sengaja mengunjungi kantor ayahnya karena jika menunggu pria itu pulang ke rumah Salvia tidak yakin dirinya bisa sabar menunggu sang ayah. Bukan karena Devan mendesaknya, tapi memang karena dirinyalah yang merasa tidak tenang. Apa alasannya Salvia tidak tahu. Yang jelas Salvia tidak ingin membuat Devan menunggu terlalu lama soal keputusannya. Maka dari itu Salvia datang untuk membicarakan ajakan Devan tempo hari bersama sang ayah. Dan keputusan Darian akan menjadi jawaban yang akan diberikannya pada Devan.

“Pulang sekolah tuh harusnya ke rumah. Ganti baju, baru keluyuran. Bukan malah langsung keluyuran,” delik Darian menyambut kedatangan putrinya. “Dan lagi, ini baru jam sebelas, kamu kok udah pulang? Bolos, ya?” tambahnya dengan mata memicing curiga.

Salvia memutar bola mata, sudah biasa dengan sindiran dan tuduhan ayahnya tersebut. Darian memang sejulid itu. Salvia cukup bersyukur karena Drizella mau dengan pria seperti Darian yang meski kaya dan tampan, tapi menyebalkan. Kalau dirinya yang ada di posisi Drizella, Salvia tidak akan berpikir dua kali untuk menolak Darian menjadi suami. Ah, menjadi anaknya saja Salvia sudah menyesali. Sayangnya tidak bisa minta ganti. Jadi terpaksa diterima saja.

“Kayak yang gak pernah bolos aja, Pi. Bagus aku bolosnya ke kantor Papi bukan ke tongkrongan balap liar,” balas Salvia santai, seraya menyamankan diri duduk di sofa yang ada di ruangan Darian. Menatap sang ayah lurus, sedikit ragu untuk menyampaikan apa tujuannya datang. Beberapa waktu lalu Darian pernah menolaknya mencintai sang paman, sekarang Salvia ragu Darian akan mengizinkan dirinya menikah dengan Devan dalam waktu dekat ini.

“Siapa juga yang suruh kamu datang ke sini,” sahut Darian seraya bangkit dari kursi kebesarannya, menghampiri sang putri yang Darian yakini memiliki hal yang ingin di bicarakan. Sebab Darian tahu, Salvia tidak mungkin repot-repot datang jika tidak ada hal mendesak. Terlebih tatapannya yang seakan berbicara meski tidak bisa Darian artikan.

“Gak ada yang nyuruh. Aku aja yang inisiatif. Karena nunggu Papi pulang pasti lama.”

“Jadi hal mendesak apa yang bawa kamu nemuin Papi di kantor?” Darian tidak ingin lagi basa-basi. Selain pekerjaannya yang banyak, Darian juga tidak ingin jika harus menabak-nebak. Meski sepertinya sedikit banyaknya Darian tahu apa yang akan putrinya itu bahas. Tapi Darian tidak akan mendahului, ia akan memberi kesempatan Salvia mengatakan semuanya.

Uncle Devan ngajakin aku nikah. Menurut Papi gimana?” Salvia berucap hati-hati seraya menatap Darian dengan sorot meminta saran. “Beberapa hari lalu Uncle Devan tanya tentang kesediaan aku menikah muda. Aku bingung mau jawab apa,”

“Kenapa bingung? Bukannya kamu cinta Uncle kamu itu?”

Salvia mengangguk membenarkan. “Tapi bukannya menikah tidak bisa hanya mengandalkan cinta?” karena nyatanya banyak yang mengaku saling jatuh cinta tapi menolak untuk menikah. Dan banyak pula yang mengaku saling cinta tapi kehidupan pernikahannya tidak bahagia. Semua perlu kesiapan. Bukan hanya materi, tapi juga batin. Dan Salvia belum merasa siap sepenuhnya mengenai itu. Salvia takut kelak tidak menjadi istri yang Devan harapkan, dan berakhir membuat pria itu menyesal. Sementara dirinya tidak siap pria itu tinggalkan.

“Jadi maksudnya kamu gak mau nikah sama Uncle Devan?” Darian mengambil kesimpulan, yang dengan segera Salvia bantah melalui gelengan kepala juga tatapan sinisnya, membuat Darian tertawa. “Terus gimana? Kamu gak mau nikah muda?” tebaknya lagi.

My Lovely UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang