Setiap orang tua di bumi ini pasti menginginkan anaknya bahagia, bukan? Begitu juga dengan Tania, menurutnya membahagikan Aluna merupakan hal wajib yang harus ia lakukan.
Tidak peduli dengan cara apa ia dapat memberikan kebahagiaan itu. Entah itu dengan cara benar atau salah, yang penting baginya keinginan Aluna harus terpenuhi.
Sebenarnya bukan hanya faktor itu saja yang mendasari Tania selalu menomorsatukan keinginan Aluna di atas segala-galanya. Tapi ada satu hal lagi, yaitu rasa bersalah Tania.
Iya, rasa bersalah Tania sebagai orang tua yang tidak bisa selalu ada di sisi sang putri sepanjang waktu. Apalagi dengan keadaan Aluna yang sangat memerlukan dukungan darinya. Maka sebagai penebus rasa bersalahnya itu, Tania selalu ingin mewujudkan semua yang diinginkan Aluna.
Hal tersebut juga yang mendasari kedua tungkai kaki Tania menyusuri koridor salah satu rumah sakit besar di kota ini.
Aluna sudah menceritakan secara terperinci padanya. Tentang perasaan cinta gadis itu pada sosok laki-laki tampan yang merupakan dokter yang selama ini merawat dirinya.
Tania cukup terkesiap saat mendengar ungkapkan perasaan sang putri, sebab baru kali ini putrinya tersebut mengutarakan ketertarikannya pada seseorang. Tapi lebih dari pada itu, Tania lebih-lebih dibuat terkejut bukan kepalang saat kedua rungunya menangkap pernyataan Aluna setelahnya, gadis itu mengatakan bahwa laki-laki yang disukai olehnya merupakan laki-laki yang sudah berkeluarga.
Aluna memang tidak secara langsung mengatakan pada Tania, bahwa Aluna ingin mendapat balasan cinta dari laki-laki pujaannya itu. Tapi walau begitu, hanya dengan melihat air wajah Aluna dan caranya berbicara, sudah cukup membuat Tania paham dengan apa yang diinginkan oleh sang putri.
Tok.. Tok..
Dua kali ketukan yang Tania berikan sebelum tangan putihnya membuka kenop pintu yang bertuliskan 'dr. Jungkook Bramantyo, SpB(K)Onk (Spesialis Onkologi)'. Ia menyembulkan kepalanya seraya berujar. "Permisi dok."
Jungkook yang tengah sibuk dengan berkas pasien, lantas mendongak ke arah sumber suara, ia cukup terkejut melihat presensi seseorang yang saat ini tengah melangkah menghampirinya. Jungkook sudah mengenalnya, walau hanya beberapa kali saja mereka bertemu.
Menetralkan keterkejutannya, Jungkook lantas berujar. "Oh. Nyonya Tania, silakan duduk."
Tania tersenyum tipis, kemudian duduk di kursi--berhadapan dengan Jungkook.
Jungkook sedikit merapikan mejanya dari beberapa berkas pasien yang berserakan. Kemudian ia kembali berujar dengan sedikit canggung. "Emm.. Ada yang bisa saya bantu Nyonya Tania?"
Kembali mengulas senyum tipis, Tania menjawab. "Iya dok, ada yang ingin saya bicarakan dengan anda, ini mengenai anak saya, Luna. "
"Luna? Ada apa? Apa kesehatannya menurun lagi?" Sebagai seorang dokter yang sudah menangani Aluna cukup lama, sudah sewajarnya apabila Jungkook bertanya begitu.
Walau Aluna saat ini sudah tidak dirawat di rumah sakit ini lagi, tapi Aluna masih menjadi tanggung jawabnya, sebab penyakit yang diderita oleh gadis tersebut bukanlah penyakit yang bisa disembuhkan dalam waktu singkat. Gadis tersebut masih harus memeriksakan kesehatannya secara rutin.
"Bukan," Tania menukas cepat. "Ini bukan tentang penyakit yang diderita Luna."
Jungkook menautkan alisnya. "Lantas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir | Lizkook ✓
Romance[M] Manusia hanya mampu berencana--merancang sedemikian rupa agar hidupnya dapat berjalan dengan sempurna. Tapi kau tahu? Semua itu akan terkesan sia-sia jika Tuhan telah menetapkan garis takdirnya. Karena sejatinya rencana Tuhanlah yang lebih inda...