Bersyukur Jungkook mampu meredam kekesalan dalam diri Lisa. Laki-laki tersebut melakukan banyak cara seperti; mengisahkan kembali kenangan manis mereka dahulu atau mengulang kembali beberapa momen tersebut.
Di taman ini memang merupakan salah satu tempat yang bisa dibilang saksi bisu untuk kisah cinta mereka. Karena di taman inilah Jungkook dan Lisa banyak menghabiskan waktu bersama. Dari sejak awal berpacaran sampai dengan memiliki satu orang putri cantik.
Maka tak heran apabila sebuah lengkungan senyum terus terukir manis di kedua sudut bibir Lisa. Suasana hatinya sudah mulai merangkak membaik sekarang. Tapi entah, jika Jungkook kembali membahas atau mengungkit soal perempuan itu lagi, bisa jadi mood Lisa memburuk kembali.
Melirik sekilas jam yang melingkar di tangan kirinya, Jungkook lantas menoleh pada presensi sang istri disebelahnya--di mana netra Lisa sedang fokus mengawasi putri mereka yang tengah bermain di playground yang ada di taman tersebut. "Bun udah jam setengah enam, pulang yuk?" Ajaknya pada sang istri.
Lisa mengangguk, tanpa membuang waktu wanita itu lantas menghampiri sang putri. "Sayang, sudah sore nak. Pulang yuk?"
Sienna yang duduk di atas perosotan dan siap untuk meluncur, seketika menoleh pada sang Bunda. Gadis kecil itu menunjukkan wajah murung, sebab tak rela kesenangannya berakhir. "Gak mau Bunda ... Senna masih mau main di sini." Tolaknya.
"Tapi ini sudah sore sayang. Pulang ya? Nanti kita ke sini lagi?"
"Kapan? Nanti tuh Bunda bohong."
Lisa mendengus. Hampir delapan puluh persen apa yang melekat dalam diri Sienna, mewarisi dari dirinya. Wajah yang bak pinang dibelah dua, kebiasaan, dan beberapa sifat yang sama persis. Lisa cukup senang akan hal itu, tapi ada satu yang kurang Lisa sukai dan seharusnya tidak ia wariskan pada Sienna. Yaitu sifat keras kepalanya.
Jujur saja, Lisa acapkali kesulitan untuk menghadapi watak keras kepala Sienna. Keduanya sama-sama keras kepala, jadi memerlukan seseorang yang lebih penyabar. Beruntung sifat tersebut ada pada diri Jungkook.
Maka menoleh pada presensi sang suami yang masih duduk di tempat semula--Lisa segera meminta bantuan untuk membujuk Sienna pulang. "Yah, anaknya gak mau pulang ini." Ucapnya agak berteriak agar suaranya dapat dijangkau oleh indra pendengar si suami.
Jungkook lantas mendekat, laki-laki tersebut mengulurkan tangan untuk membelai kepala sang putri. "Sayang pulang ya? Sudah sore nak. Nanti kita ke sini lagi."
"Kapan Ayah? Ayah 'kan sibuk terus." Wajah Sienna menyendu, pun dengan bibirnya yang menukik ke bawah. Barangkali tinggal menunggu beberapa saat saja air matanya akan jatuh menetes. Gadis kecil itu masih ingin berlama-lama di taman tersebut, Sebab, kapan lagi ia bisa menikmati waktu bermain di taman, lengkap dengan Ayah dan Bundanya?
Ayahnya adalah seseorang yang super sibuk sekali. Jadi, bisa jalan-jalan seperti ini merupakan hal yang cukup langka.
Jungkook mengerti akan keinginan sang putri. Terbesit rasa bersalah pada ceruk hatinya karena selama ini ia tidak pernah berusaha untuk lebih banyak meluangkan waktu untuk putri semata wayangnya.
Meski telat menyadari, tapi toh belum terlambat untuk memperbaiki. Maka yah, mulai hari ini, sebisa mungkin Jungkook akan berusaha memberikan waktu untuk kebersamaan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir | Lizkook ✓
Romance[M] Manusia hanya mampu berencana--merancang sedemikian rupa agar hidupnya dapat berjalan dengan sempurna. Tapi kau tahu? Semua itu akan terkesan sia-sia jika Tuhan telah menetapkan garis takdirnya. Karena sejatinya rencana Tuhanlah yang lebih inda...