Hari demi hari terus berjalan, namun tidak ada yang spesial bagi gadis berwajah pucat itu. Kesehariannya hanya berputar pada aktifitas yang sama dan sangat membuatnya merasa bosan.
Dulu, Aluna memang sempat terbiasa dengan keadaan itu. Namun ketika ia bertemu dan mengenal Jungkook, kehidupnya seakan berubah. Jungkook mampu menarik Aluna dari belenggu kesepian yang mencekiknya selama bertahun-tahun. Laki-laki tersebut juga mampu mengubah hari-hari yang Aluna jalani menjadi lebih berwarna.
Gadis tersebut menjadi lebih bersemangat dan seakan tak lelah jika harus menyunggingkan senyuman sepanjang hari. Iya, memang sebesar itu pengaruh Jungkook dalam hidup Aluna.
Tapi sekarang semuanya kembali berubah. Secercah kebahagian yang sempat Aluna rasakan kini tidak bisa lagi ia harapkan, sebab cahaya itu yang telah pergi.
Ke luar dari dalam kamar, Aluna berjalan dengan gontai. Ia sungguh merasa bosan dan berniat untuk sekedar berjalan-jalan mencari udara segar di luar.
Namun ketika ia hendak membuka pintu utama yang menjulang tinggi, sebuah suara terdengar mengudara dan menginterupsi dirinya untuk berhenti bergerak.
"Non, mau ke mana?" Itu merupakan suara Lastri. Asisten rumah tangga yang sudah Aluna anggap seperti ibu keduannya sebab wanita paruh baya itulah yang merawat dan menjaga Aluna sejak kecil.
"Luna mau ke luar sebentar Bi, ingin berjalan-jalan saja." Jawab Aluna.
"Kalau begitu Bibi temani ya, Non?"
Aluna mengibas-ibaskan tangannya diudara. "Gak usah Bi. Luna sendiri saja." Tolaknya. Ia memang sedang ingin sendiri dan tidak ingin ditemani oleh siapapun.
"Tapi Non, jika nanti Tuan dan Nonya tahu, Bibi bisa dimarahi karena membiarkan Non Luna pergi sendirian."
Mengerti akan kekhawatiran si Bibi, Aluna memasang seutas senyum di sana. "Bibi tenang saja, Luna akan pulang lebih dulu sebelum Papi dan Mami."
"Tapi Non--"
"Sudah Bi," Aluna memotong. "Pokoknya aman, Bibi gak usah khawatir." Ujarnya lagi. "Luna pamit ya," Kemudian gadis itu pergi begitu saja.
Aluna terus melangkahkan tungkai kakinya hingga saat ini ia sudah berada cukup jauh dari kawasan rumah. Sebenarnya ia tidak punya tujuan pasti akan ke mana, gadis itu hanya mengikuti saja setiap langkah kaki yang membawanya pergi.
***
Jungkook terburu-buru menjalankan kendaraan roda empatnya. Hari ini merupakan hari ulang tahun putrinya dan ia tidak ingin sampai datang terlambat.
Seharusnya Jungkook tidak perlu panik dan tergesa-gesa seperti ini, jika saja tidak ada panggilan darurat dari rumah sakit yang memintanya untuk segera datang--karena ada pasien yang harus ditangani secepatnya.
Huh, padahal dari jauh-jauh hari Jungkook sudah izin dan meminta untuk mengosongkan jadwalnya pada hari kelahiran sang anak. Jungkook tidak ingin melewatkan sedetik saja momen acara bertambahnya umur anak tercintanya itu. Namun ya, sudah menjadi risikonya sebagai seorang dokter, jadi Jungkook tidak bisa mengabaikan begitu saja pasien yang memerlukan pertolongannya.
Tapi untung saja urusannya di rumah sakit cepat selesai sehingga kini ia sudah dalam perjalanan ke tempat di mana diadakannya perayaaan ulang tahun Sienna.
Sedang fokus menyetir, tiba-tiba saja fokus Jungkook teralihkan oleh suara bunyi panggilan pada ponselnya. Takut terjadi sesuatu yang penting, maka Ayah dari satu orang putri itu segera meraih ponsel yang ia letakkan di kursi sebelah kemudinya.
"Bunda.. " Gumamnya ternyata panggilan itu berasal dari sang istri. Dengan cepat ia mengangkatnya.
"Iya, halo Bun." Sapa Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir | Lizkook ✓
Romance[M] Manusia hanya mampu berencana--merancang sedemikian rupa agar hidupnya dapat berjalan dengan sempurna. Tapi kau tahu? Semua itu akan terkesan sia-sia jika Tuhan telah menetapkan garis takdirnya. Karena sejatinya rencana Tuhanlah yang lebih inda...