🌼 31

908 98 42
                                    

Sakit. Mengapa sesakit ini?

Aluna baru pertama kali merasakan bagaimana manisnya jatuh cinta, namun mengapa harus merasakan pahitnya juga?

Aluna tahu dirinya salah, Aluna tahu bahwa apa yang tengah ia rasakan ini merupakan buah dari kesalahannya juga--yang dengan sengaja menyisipkan diri  ke dalam rumah tangga sepasang suami-istri yang saling mencintai. Namun apakah Aluna benar-benar tidak berhak dan sama sekali tidak pantas untuk merasakan kebahagian itu, walau hanya sekejap saja?

Setidaknya sekali saja Aluna ingin merasakan bagaimana rasanya dicintai, sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan dunia ini.

Hanya sekali dan sebentar saja, tidak mengapa. Aluna sudah sangat senang. Semoga Tuhan mendengar dan mengabulkan keinginan terakhirnya ini.

Aluna menghapus lelehan air mata di pipinya, yang sudah sejak pagi tadi tidak henti untuk mengalir. Gadis tersebut beranjak dari ranjangnya, setelah mendengar bunyi suara bel yang ditekan beberapa kali.

"Mas .." Ia mendapati presensi sang suami di balik pintu utama yang telah ia buka. "Mas pulang? Tapi mana Kak Lisa dan Senna?" Ia melongok ke belakang punggung Jungkook, namun tidak menemukan sosok kakak madu dan anak tirinya di sana. Hanya ada Jungkook saja.

"Lisa dan Senna menginap di rumah Kakak Soraya."

Aluna mengangguk, meski ia tidak tahu alasan apa yang membuat kakak madunya itu tidak pulang ke rumah, namun ia tidak ingin bertanya, biarkan saja. Lagi pula bukankah itu bagus? Jujur, Aluna masih sangat sakit hati atas apa yang terjadi pagi tadi. Dibentak, dituduh yang bukan-bukan, lalu mendapati fakta bahwa kakak madunya tengah mengandung. Aluna tidak mau menambah kadar kesakitan dalam hatinya jika harus melihat lagi suami dan istri pertamanya yang bersuka cita.

Aluna tidak sanggup.

Mungkin Tuhan mendengar doanya tadi, jadi pada malam ini suaminya pulang hanya sendirian. Syukurlah..

"Biar aku bawain tas sama jasnya, Mas."

Gadis tersebut langsung mengambil alih benda-benda yang ada di tangan suaminya, tanpa menunggu persetujuan.

Jungkook menatap lekat wajah istri keduanya itu, ia menyadari mata Aluna yang membengkak. Pasti istri keduanya tersebut terus menangis akibat ulahnya, terbesit rasa bersalah dalam ceruk hati Jungkook.

"Luna .." panggil Jungkook lirih, ia menahan pergelangan tangan Aluna, yang hendak berlalu dari hadapannya.

"Iya Mas?"

"Maaf." Kata Jungkook.

Aluna tertegun. Ah mengapa hanya diperlakukan seperti ini saja sudah membuat ia senang dan semakin jatuh cinta pada lelaki yang sudah menjadi suaminya ini? Hati Aluna selalu lemah jika menyangkut apapun tentang Jungkook.

Ia sakit hati, hatinya hancur karena perlakuan Jungkook tadi pagi, tapi sama sekali ia tidak bisa membencinya, apalagi mengenyahkan perasaan cinta itu begitu saja.

"Maaf karena tadi pagi saya sudah menuduhmu yang bukan-bukan." Lanjut Jungkook lagi.

Aluna tersenyum tipis. "Tidak apa-apa, Mas. Aku maklum. Aku tahu Mas pasti sangat khawatir sama keadaan Kak Lisa. Oh ya, selamat atas kehamilan Kak Lisa, aku doakan semoga kehamilannya lancar sampai nanti waktunya melahirkan."

Jungkook mengangguk. "Terima kasih."

"Kalau begitu aku taruh jas dan tasnya dulu ya, sekalian siapin air hangat untuk Mas mandi."

Selama tinggal di rumah ini, Aluna diam-diam selalu memerhatikan Kakak madunya dalam melayani suami mereka. Aluna iri, Aluna ingin melakukan hal yang sama, terlebih saat ia mendapati suaminya itu selalu mengulas senyum dan melontarkan kata cinta seraya mengecup dahi Lisa sebagai tanda terima kasih. Aluna ingin mendapatkan hal yang sama, tapi ia tidak pernah punya kesempatan karena Lisa selalu melakukannya lebih dulu.

Ia lantas tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, untuk pertama kalinya ia ingin melakukan hal tersebut, meski ia tidak yakin bahwa Jungkook akan memberikan hal yang sama seperti yang laki-laki itu berikan pada istri pertamanya.

Tapi tidak mengapa, lagi pula tidak ada salahnya untuk mencoba 'kan?

Namun ada satu kendala lagi yang membuat gadis itu ragu, apakah ia harus menawari Jungkook untuk makan juga? Seperti apa yang selalu Lisa lakukan? Tapi ia tidak bisa memasak. Satu-satunya masakan yang bisa ia buat hanya nasi goreng yang tadi pagi Lisa ajarkan. Namun mengingat gara-gara nasi goreng itu ia jadi mendapat bentakan dari Jungkook, Aluna jadi enggan untuk membuat masakan itu lagi. Ia trauma.

Apa tidak usah saja? Batin Aluna menimbang keras.

Setelah beberapa saat berpikir, Aluna memutuskan untuk menawarkan dulu saja. Syukur-syukur Jungkook mau mencicipi masakannya lagi. Lagi pula ia juga sangat lapar karena ia belum makan apa-apa pasca kejadian tadi. Ia sibuk menangis seraya meratapi nasibnya.

Namun belum sempat mulutnya melontarkan tanya, perutnya sudah lebih dulu bersuara.

Krukkk~

Pipi Aluna bersemu merah karena malu. Duh kenapa harus bunyi sih! Bikin malu aja! Rutuknya pada diri sendiri.

"Luna, kamu--"

"Maaf Mas."

"Kamu belum makan?"

Aluna hanya mengangguk sambil menunduk.

"Dari pagi, kamu belum makan lagi?" Jungkook kembali memastikan

Aluna mengangguk lagi.

"Berarti kamu juga belum minum obat?"

Lagi dan lagi Aluna memberikan anggukkan.

Berbeda dengan Aluna yang merasa malu karena mendengar suara perutnya berbunyi, lapar. Jungkook justru semakin merasa bersalah. Istri keduanya itu pasti tidak makan karena ulahnya bahkan sampai melupakan obat yang harus rutin gadis itu minum.

Jungkook menghela napas. Demi menebus rasa bersalahnya, pria itu lalu bertutur--yang sontak membuat bola mata Aluna seketika melebar sekaligus berbinar. "Saya akan memasak makanan untukmu. Kamu harus makan dan minum obatmu, Luna."

***

"Hhmm enak. Aku tidak menyangka ternyata Mas bisa masak." Ucap Aluna setelah merasakan masakan yang dibuat oleh sang suami. Meski hanya masakan sederhana, berupa roti panggang dengan telur dadar yang diberi isian keju slice dan saus tomat tapi entah mengapa rasanya begitu sangat nikmat. Aluna bahkan menobatkan makanan tersebut sebagai makanan paling enak yang pernah ia makan. Mungkin saja karena yang membuatnya adalah sang suami yang sangat ia cintai.

Aluna jadi semakin mencintai Jungkook, apalagi tadi ia melihat betapa tampannya Jungkook ketika memasak makanan tersebut.

Penampilan Jungkook yang masih mengenakan kemeja kerja, dengan lengan yang dilinting sebatas siku, lalu bagaimana pria itu dengan lugas mengolah bahan-bahan tersebut. Ah sungguh Aluna sangat terpana dan kagum pada suaminya itu.

"Hanya masakan tertentu dan mudah saja." Balas Jungkook atas ucapan Aluna. Kemudian laki-laki itu beranjak dari duduknya. "Saya mandi dulu ya, kamu habiskan makanannya terus minum obat."

Lalu kembali melanjutkan, sebelum benar-benar pergi dari sana. "Jangan pernah melewatkan makan apalagi sampai melupakan minum obat lagi. Saya tidak mau sesuatu yang buruk terjadi padamu."

Letupan kebahagiqn dalam hati Aluna semakin kencang. Ah ternyata sebahagia ini ya di perhatikan dan dipedulikan oleh suami sendiri?

Aluna suka..

Aluna suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Garis Takdir | Lizkook ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang