🌼 19

975 84 9
                                    

Menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah. Harus senantiasa, merawat, menjaga, mengasihi sepenuh hati makhluk yang telah Tuhan amanahkan tersebut.

Saat pertama kali seorang anak dititipkan dalam rahim seorang ibu—masih berwujud segumpal daging. Saat itu juga peran sebagai orang tua dimulai. Ikhlas dalam menjalani setiap fase dan drama semasa kehamilan sampai rela bertaruh nyawa pada waktunya melahirkan. Dan tentu saja, sebagai suami, yang berperan sebagai ayah, juga ikut andil dalam proses tersebut.

Membahagiakan serta mencukupi apapun kebutuhan seorang anak adalah beberapa contoh tugas dan kewajiban orang tua. Seperti halnya yang pernah dilakukan oleh kedua orang tua Aluna, yang rela melakukan apapun untuk kebahagian anaknya meski meraka tahu hal tersebut akan menyakiti manusia lainnya.

Begitu juga yang kini tengah di lakukan oleh Lisa, wanita itu rela meski harus mengorbankan perasaannya, membiarkan hatinya tersayat sampai berdarah-darah, membiarkan dadanya sesak sampai kesulitan untuk bernapas. Ya, semua itu ia rela lakukan demi putinyanya bahagia.

Lisa tidak peduli jika orang menganggap dirinya wanita bodoh, sebab mau memaafkan suami yang jelas-jelas sudah berkhianat, serta bersedia kembali pada rumah tangga yang sudah tidak lagi sehat. Ia juga tidak mengindahkan permintaan sang Ibu yang memintanya untuk memikirkan kembali keputusaannya—ketika ia meminta izin untuk kembali pulang, tadi pagi. Bagi Lisa tidak ada lagi yang harus ia pertimbangkan jika hal tersebut menyakut dengan kebahagiaan anaknya.

Ya kali ini ia begitu mantap dengan keputusan yang diambilnya.

Sampai dihalaman rumah keluarga kecilnya, Lisa tak ragu untuk segera turun dan melangkah menuju pintu utama dengan membawa Sienna yang tertidur dalam gendongannya. Wanita tersebut lantas menekan bel sebab ia tidak membawa kunci cadangan sewaktu pergi.

Tapi kening Lisa mengenyit seketika saat pintu itu terbuka. Wajar apabila Lisa bereaksi demikian sebab presensi yang ia lihat sekarang merupakan seseorang yang sangat asing untuknya. Ia lantas melemparkan tanya. “Siapa kamu? Mengapa kamu di rumahku?”

Seseorang itu tersenyum, ia nampak tidak terkejut dengan kedatangan Lisa, seolah ia sudah mengenal Lisa itu siapa. “Saya Lastri Bu, saya pembantu di rumah ini.”

Kembali kening Lisa dibuat mengenyit, namun sekarang ditambah dengan dada yang bergemuruh, menahan kesal. “Pembantu? Sejak kapan rumah ini pakai pembantu?”

“Beberapa hari yang lalu Den Jungkook meminta pada Tuan Tama agar saya menemani dan membantu Nona Luna, Bu.”

Penjelasan dari Lastri sontak saja membuat Lisa naik pitam. Apa maksud suaminya itu? Mengapa lagi-lagi suaminya membuat keputusan tanpa mendiskusikannya terlebih dulu dengan dirinya? Apa sudah tidak penting lagi ia dalam hidup laki-laki yang masih menyandang status sebagai suaminya itu? Tanpa berkata apapun lagi, Lisa lantas menerobos masuk dengan wajah yang memerah padam.

Namun lagi dan lagi Lisa dibuat terkejut dengan apa yang dilihat oleh mata kepalanya. Sebab kau tahu? Di sana, di ruang tamu itu, ia melihat suaminya tengah bersimpuh di bawah kaki istri mudanya. Tangan yang selalu dipakai untuk membelai, meraba, mengelus, bagian-bagian tubuhnya, kini juga tengah dipakai untuk memijat kaki putih milik wanita lain. Perlakuannya sangat lembut dan hati-hati sekali membuat senyuman terukir di bibir sang istri muda.

Lisa yakin sekali bahwa madunya itu saat ini tengah bahagia dan menikmati setiap perlakuan manis yang diberikan oleh suami mereka. Berbanding terbalik dengan apa yang Lisa rasakan.

Sungguh hati Lisa hancur melihat semua itu. Seharusnya … seharusnya yang ada diposisi itu dia dan hanya dia yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari suaminya.

“Ayah!” Geramnya tertahan sebab tidak ingin sampai membangunkan Sienna.

Sepasang suami-istri baru itu sontak menoleh dengan tatapan terkejut.

“B-bunda.” Jungkook berdiri dan langsung menghampiri Lisa.

Namun sebelum Jungkook kembali bersuara, Lisa sudah lebih dulu berucap. “Kita perlu bicara. Aku tunggu di kamar.”

***

“Bunda pulang kenapa gak bilang dulu? Ayah ‘kan bisa jemput.”

Lisa masuk ke dalam kamar utama setelah membaringkan Sienna di kamarnya. Ia langsung disambut kalimat tanya dari sang suami yang ternyata sudah lebih dulu menunggunya.

Lisa menatap malas. Sebenarnya banyak yang ingin ia bahas, termasuk ketidak-sukaannya pada apa yang baru saja ia lihat tadi. Tapi tidak. Rasanya hal tersebut tidak perlu untuk dibahas, sebab percuma saja. Itu sudah menjadi bagian dari risikonya yang memilih melanjutkan rumah tangga ini.

Ingin meminta sang suami untuk memisahkan ia dan madunya agar tidak tinggal dalam satu atap pun, rasanya percuma saja. Selain karena ia sudah pernah meminta dan berakhir dengan penolakan, juga karena ia tahu suaminya sangat sibuk, laki-laki itu tidak akan mampu untuk membagi waktu.

Maka dari itu Lisa memilih untuk membahas yang lainnya. “Gak usah banyak basa-basi! Kenapa kamu pakai sewa pembantu segala? Kamu ‘kan tahu aku paling tidak suka ada orang lain di rumahku.”

Salah satu alasan mengapa sampai detik ini Lisa tidak pernah mengunakan jasa asisten rumah tangga padahal finansial mereka sudah cukup baik, itu karena ia risih jika ada orang lain di rumahnya. Lisa sudah terbiasa mengurus semua keperluan keluarga kecilnya sendiri, lagipula rumah yang mereka tempati ini tidak begitu besar, Lisa masih mampu untuk mengurusnya.

Dulu, ketika Lisa tengah hamil Sienna memang pernah menggunakan jasa Mbok Nur, wanita paruh baya yang tinggal dibelakang kompleks rumahnya--yang biasa sering bantu-bantu warga kompleks ini. Tapi itu pun tidak sampai tinggal di rumah, hanya datang pukul delapan pagi dan pulang pukul empat sore ketika pekerjaannya sudah selesai.

Jungkook tahu akan hal itu, tapi ia juga tidak sampai hati jika harus meninggalkan Aluna sendirian, apalagi dengan keadaan gadis itu yang belum sepenuhnya sembuh pasca kecelakaan.

“Maaf Bun, Ayah gak izin dulu. Tapi Luna membutuhkan teman dan seseorang untuk membantunya.”

“Luna, Luna, Luna terus yang kamu pikirin. Apa isi kepala kamu sekarang tentang wanita itu saja, Ha?! Apa aku dan Senna sudah tidak penting lagi buat kamu?!”

“Gak gitu Bun. Bunda dan Senna selalu dan akan tetap menjadi nomor satu di hati dan pikiran Ayah.”

“Kalau begitu usir pembantu itu dari rumah ini sekarang juga. Kalau sampai malam aku masih lihat dia ada di sini. Aku dan Senna akan pergi dari rumah ini dan gak akan pernah kembali lagi!”

“Iya, iya, Bun. Ayah akan suruh dia pergi.” Putus Jungkook. Daripada ia harus ditinggalkan oleh istri dan anaknya lagi, lebih baik ia mengalah saja.

Untuk masalah Aluna, biarlah nanti akan Jungkook pikirkan lagi bagaimana baiknya.

Setelah itu, Lisa menyuruh Jungkook pergi dari kamar mereka. Meski Jungkook bersikeras menolak dengan alasan rindu, tapi pada akhirnya laki-laki itu mengalah juga dan pergi dari kamar mereka.

Ck sudahlah menampung istri mudanya. Sekarang harus menampung pula asistennya. Memangnya rumah ini tempat penampungan apa?! Lisa bersungut kesal dalam hati ketika presensi sang suami sudah tidak terlihat lagi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Garis Takdir | Lizkook ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang