Sekitar tiga puluh menit, Jungkook baru bisa kembali menyusul Lisa ke ruangan Jeniffer. Ada beberapa urusan yang harus ia tangani terlebih dulu sebelum menebus obatnya, salah satunya meminta izin pada kepala rumah sakit untuk telat melakukan visite pada pasien yang ditanganinya.
Begitu membuka pintu ruangan Jeniffer, pemandangan yang Jungkook lihat di sana adalah Jeniffer yang berdiri di samping Lisa yang terduduk sembari mengelus-elus punggung istrinya tersebut. Jungkook juga sempat melihat ada air mata yang menetes di pipi Lisa, sebelum buru-buru di hapus oleh wanita itu. Huh sudah Jungkook duga, pasti istrinya itu baru saja menceritakan masalah rumah tangga mereka pada sahabatnya.
Di sana tidak tampak sosok Theo, hanya ada Lisa dan Jeniffer saja. Ingin rasanya Jungkook marah-marah pada Theo karena tidak melaksanakan permintaannya dengan benar, namun Jungkook teringat bahwa yang dihadapi itu adalah jenis singa betina yang sangat ganas, akhirnya Jungkook mengurungkan niat tersebut. Jungkook yakin Theo pasti sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan permintaannya, tapi tidak kuasa untuk menghadapi istrinya yang galaknya sudah melebihi seekor singa.
Sebenarnya yang Jungkook khawatirkan bukanlah amukan dari Jeniffer, sebab sebelumnya Jungkook sudah mendapatkan amukan dari sahabatnya itu, lagi pula Jeniffer juga tidak akan berani mengamuk di depan istrinya. Tapi yang Jungkook khawatirkan itu, ia takut apabila Lisa bercerita, hal tersebut hanya akan membuat Lisa mengingat-ingat kembali kejadian yang sudah membuat hati istrinya itu sakit dan hancur. Jungkook hanya takut hal tersebut akan berpengaruh pada kandungannya, bagaimanapun Jungkook sangat tahu bahwa wanita hamil perasaannya sangat sensitif.
Jungkook menghela napasnya, sebelum menghampiri sang istri. Ia harus cepat-cepat membawa istrinya itu pergi. "Ayo kita pulang sayang, kamu harus banyak istirahat."
Lisa mengangguk pelan, menyetujui titah sang suami kemudian beralih pada presensi Jeniffer yang masih berdiri di sampingnya. "Kalau begitu aku pamit ya Kak Jen, makasih untuk semuanya."
Jeniffer tersenyum, wanita itu meremat pelan bahu sebelah kanan Lisa. "Iya. Sehat-sehat kamu sama dedek bayi, jangan banyak pikiran. Kalau butuh temen cerita, kamu bisa hubungi Kakak."
Lisa kembali mengangguk, ia lalu berdiri dan memeluk Jeniffer, keduanya lantas saling berpelukan. Lisa memang sudah menganggap Jeniffer seperti Kakak sendiri, pun begitu sebaliknya, maka tak heran kalau mereka berdua tampak sangat dekat.
"Ayo Bun jangan kelamaan, Ayah cuman izin sebentar soalnya." Ucap Jungkook menghentikan pelukan mereka.
Sekali lagi Lisa kembali berpamitan sebelum ia dan Jungkook benar-benar ke luar dari ruangan tersebut.
Sekarang keduanya berjalan beriringan menuju parkiran, rencananya Jungkook akan mengantarkan Lisa ke rumah, ia tidak ingin membiarkan istrinya tersebut pulang sendirian menggunakan taksi.
Namun ketika mereka baru saja masuk ke dalam mobil, Lisa malah bersuara, seusai melirik jam yang melingkar di tangannya. "Udah waktunya Senna pulang sekolah. Kita jemput Senna dulu bisa? Atau Bunda pulang sendiri aja pake taksi, takut Ayah jadi kelamaan. Lagian kayanya Bunda mau mampir dulu ke rumah Kak Soraya."
Jungkook mengecek jam ditangannya sendiri, ia menimbang-nimbang sebelum memutuskan. "Gak apa-apa Ayah anterin aja sekalian ke rumah Kak Soraya."
"Gak apa-apa emangnya?"
"Iya," jawab Jungkook. Dari pada ia membiarkan Lisa pergi sendirian lebih baik ia antarkan saja sekalian. Jungkook memang seposesif itu, apalagi sekarang Lisa juga sedang mengandung anaknya lagi.
***
[Ayah. Gak usah jemput Bunda soalnya Bunda sama Senna mau nginep di rumah Kak Soraya malam ini. Gak apa-apa 'kan, Yah?]
Jungkook baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Dikarenakan tadi ia mengulur waktu cukup lama, alhasil pada pukul sepuluh malam ini ia baru bisa pulang.
Jungkook memang sudah berpesan pada sang istri agar pulang ke rumah bersama, dengan artian ia yang akan menjemput Lisa kembali di rumah Soraya, tapi saat waktunya Jungkook akan menjemput, istrinya itu malah mengiriminya pesan begitu. Jungkook lantas membuat panggilan pada sang istri.
"Iya Ayah?" Tidak lama panggilan Jungkook mendapat jawaban.
"Pulang aja, Bun. Ayah jemput sekarang." Tanpa basa-basi Jungkook melontarkan maksudnya. Ia keberatan dengan keinginan sang istri .
"Ayah please... izinin Bunda nginep. Lagian Senna juga masih asik maen sama Jisa, dia pasti ngamuk kalo di suruh pulang."
"Ini udah jam sepuluh malem loh, Bun. Kok anaknya dibiarin masih maen sih?"
Jungkook dan Lisa memang membiasakan Sienna untuk selalu tidur maksimal di jam sembilan malam. Suami-isteri itu ingin membiasakan hal-hal baik pada anaknya agar saat dewasa nanti Sienna menjadi anak yang disiplin. Maka hal wajar apabila Jungkook protes karena Lisa membiarkan anaknya masih bermain di waktu anak itu harus tidur.
"Gak apa-apa Yah, sekali-kali. Lagian udah lama Senna gak ketemu sama Jisa, apalagi besok juga hari libur." Jelas Lisa. Omong-omong Jisa itu anak kedua Soraya, umurnya hanya terpaut satu tahun dengan Sienna.
"Gak bisa kaya gitu, Bunda. Tetep gak boleh, nanti jadi kebiasaan. Pokoknya Ayah jemput sekarang, Bunda cepet siap-siap."
"Ayah please ih ... Kali ini aja. Bunda masih mau di sini, Senna juga. Adek juga masih mau di sini tauu.. Ayah tega emang, ini keinginan adek yang pertama loh, masa gak diturutin." Lisa memohon, bahkan sampai mengikut sertakan bayi dalam kandungannya--yang tidak tahu apa-apa, demi keinginannya itu dituruti oleh sang suami.
Jungkook mendecak, istrinya ini memang paling bisa kalau membuat alasan sampai Jungkook tidak bisa berkutik. "Alesan aja."
"Siapa yang alesan sih? Bunda beneran Ayah! Adek nyaman di sini, buktinya selama Bunda di sini, Bunda gak ngerasa mual-mual tuh. Beda kalau di rumah, Bunda mual terus, soalnya di sana ada sesuatu yang bikin Bunda ngerasa jadi eneg."
"Jangan mulai deh, Bun." Jungkook membalas malas. Ia sangat apal dengan apa yang dimaksud oleh istrinya itu.
"Pokoknya Bunda gak mau pulang!"
"Tapi Bun.. Ayah lagi pengen deket-deket Bunda, pengen deket-deket adek, 'kan hari ini hari pertama kita tau kalau ada adek di perut Bunda."
"Yaudah kalo gitu Ayah ke sini aja, ikut nginep." Kata Lisa yang sontak saja membuat Jungkook seketika terdiam.
Laki-laki itu jadi bingung, sejujurnya ia sangat ingin menyusul sang istri pertama dan menginap sesuai keinginannya. Tapi di satu sisi ia tidak bisa mengingkari janjinya yang ingin berlaku adil pada istrinya yang lain. Dan ... Oh astaga Jungkook lupa kalau dirinya sama sekali belum menanyakan kabar istri keduanya itu, ditambah lagi ia juga belum meminta maaf atas sikapnya tadi pagi yang sudah menuduh sembarangan.
Mendadak Jungkook menjadi merasa bersalah dan mencemaskan istrinya keduanya itu, maka keputusan yang Jungkook ambil setelahnya adalah. "Maaf Bun, Ayah gak bisa ikut nginep di sana karena sekarang masih jatah Luna."
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir | Lizkook ✓
Romansa[M] Manusia hanya mampu berencana--merancang sedemikian rupa agar hidupnya dapat berjalan dengan sempurna. Tapi kau tahu? Semua itu akan terkesan sia-sia jika Tuhan telah menetapkan garis takdirnya. Karena sejatinya rencana Tuhanlah yang lebih inda...