🌼 21

1.1K 91 16
                                    

Rutinitas keluarga kecil itu kembali seperti sedia kala seolah tidak pernah terjadi apapun di dalamnya.

Jungkook yang bersiap untuk bekerja, Sienna yang bersiap untuk pergi ke sekolah dan Lisa yang sibuk menyiapkan semua keperluan Jungkook dan Sienna--termasuk menyiapkan menu untuk sarapan mereka.

Tapi bedanya sekarang keluarga kecil itu bertambah anggota baru. Anggota yang sangat tidak diharapkan kehadirannya oleh Lisa.

Semula Lisa, Jungkook, dan Sienna, memang mengharapkan bertambahnya anggota baru dikeluarga kecil mereka. Tapi yang Lisa harapkan itu adalah seorang bayi yang akan lahir dari rahimnya untuk menjadi adik Sienna. Bukan malah seorang gadis muda yang menjadi adik madunya seperti ini!

Namun sudahlah, mungkin ini memang sudah menjadi garis takdirnya. Meski begitu berat, perlahan-lahan Lisa akan mencoba untuk menerimanya. Dan lagi-lagi semua ini, Lisa lakukan untuk Sienna, untuk cintanya yang masih sangat besar pada Jungkook, juga demi keutuhan rumah tangganya. Masalah wanita itu? Hah, Lisa cukup mengabaikannya saja, dan menganggap wanita itu tidak pernah ada.

Seperti yang tengah terjadi sekarang, Lisa sama sekali tidak memerdulikan gadis itu, yang dengan tidak tahu malunya menduduki salah satu kursi meja makan--hendak ikut serta menyantap masakan yang Lisa buat. Meski Lisa sempat melirik sekilas pada gadis itu, tapi Lisa kembali memfokuskan pandangan pada kegiatannya yang tengah menata makanan ke atas meja.

"Ayah ..." Sienna memekik ketika melihat Jungkook yang baru saja ke luar dari kamar utama. Gadis kecil itu turun dari kursi meja makan yang didudukinya dan berlari menghampiri sang Ayah.

"Sayangnya Ayah." Jungkook mengangkat tubuh Sienna, menggendongnnya. Ia membawa dan mendudukkan sang putri dipangkuannya ketika ia mendaratkan bokong di kursi meja makan yang biasa ia tempati. 

Sienna memeluk leher Jungkook dan bersandar di pundaknya. "Senna masih kangen Ayah." Ujarnya begitu manja. 

Satu minggu lebih tidak bertemu membuat kerinduan itu begitu menumpuk. Walau kemarin sudah tersalurkan tapi tetap saja rasanya masih sangat kurang. 

"Ayah juga, sayang." Balas Jungkook sembari mengelus-elus surai sang putri membuat gadis kecil itu merasa nyaman berada dalam dekapannya. Sienna semakin menyerukan wajahnya di perpotongan leher sang ayah.

Lisa memandang interaksi itu dengan perasaan haru. Ia semakin yakin bahwa keputusannya untuk bertahan memang yang paling tepat. 

Namun tiba-tiba saja, pandangan Sienna tertuju pada sesuatu yang terdapat pada leher sang ayah--dibagian agak belakang. Sebenarnya tertutup oleh kemeja yang dikenakan Jungkook, tapi karena kemejanya tidak sengaja tersingkap oleh tangan Sienna, membuat sesuatu itu jadi terlihat.

Sienna lalu berujar panik. "Ayah, leher Ayah kenapa?"

Jungkook sontak melebarkan matanya, tangan kanan menyentuh bagian leher, merabanya. "Hah? leher Ayah? Ada apa dengan leher Ayah, sayang?"

"Leher Ayah merah-merah. Ayah kenapa? Ayah sakit?" Sienna menoleh ke belakang--ke arah Lisa. "Bun, leher Ayah merah-merah Bun. Ayah sakit.. Hiks.." Adunya, gadis kecil itu malah menangis sekarang. Ia memang sangat menyayangi kedua orang tuanya, apalagi pada Jungkook. Ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada keduanya.

Jungkook melirik Lisa, kemudian beralih melirik Aluna dengan canggung sebelum kembali menatap sang putri. "Ssttt udah sayang jangan nangis. Ayah gak apa-apa kok. Ayah gak sakit." Ucapnya pada Sienna. Berusaha menenangkan. "Ayah cuman--hhmmm," Ia tiba-tiba kehilangan kata-kata. Bingung juga ingin menjawab apa? Tidak mungkin 'kan ia mengatakan yang sesungguhnya kalau bekas merah pada lehernya itu adalah akibat ulah dari Bundanya Sienna? 

Garis Takdir | Lizkook ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang