Setalah benar-benar siuman, Aluna meminta orang-orang yang ia sebutkan namanya untuk berkumpul, dan sekarang semuanya sudah mengelilingi gadis itu.
Tama yang diselimuti amarah yang luar biasa pada menantunya, tidak bisa berbuat apa-apa, selain hanya memendam kekesalan dalam dada. Ia tidak ingin membuat kondisi sang putri memburuk apabila ia meluapkan emosinya saat ini.
Sebelumnya Jungkook sudah ingin memeriksa keadaan Aluna, namun istri keduanya itu menolak untuk di periksa. Ia malah menyuruh Jungkook untuk diam saja. Jungkook tidak bisa memaksa jika itu memang keinginannya.
Setelah memastikan semuanya sudah berkumpul didekatnya, tangan Aluna bergerak perlahan untuk membuka selang oksigen yang sudah membantunya untuk bernapas. Semua yang ada di sana sudah berusaha melarang namun tampaknya gadis itu tidak mengindahkan dan tetap melepasnya. Kendati ia menjadi kesusahan untuk bernapas, namun Aluna tetap bersikukuh karena ia tidak mau benda tersebut menghalanginya untuk berbicara.
"Mami, Papi," merupakan dua orang yang pertama kali Aluna sebutkan kembali.
Otomotis Tama dan Tania lantas menyahutnya bersamaan. "I-iya,"
"M-maafin Luna selama ini selalu menyusahkan kalian."
Tama menggelengkan kepalanya, ia sudah benar-benar tidak malu menjatuhkan air matanya di depan semua orang yang ada di sana. Sementara Tania, wanita itu juga ikut menggelengkan kepala, namun disertai dengan kalimat. "Gak, nak. Sedikitpun kamu tidak pernah menyusahkan kami."
Aluna tersenyum mendengarnya. "Terima kasih atas semua yang Mami, Papi lakukan dan berikan untuk Luna," Ia lalu melanjutkan meski dengan kesusahan, karena semakin lama napasnya semakin tercekat. "Luna beruntung mempunyai orang tua seperti kalian."
"Itu memang sudah menjadi tanggungjawab kami untuk selalu memenuhi keinginan kamu dan membahagiakan kamu, nak." Ucap Tania.
Aluna kembali berusaha untuk menampakkan senyumnya, ia sungguh-sungguh merasa beruntung karena memiliki orang tua yang begitu sangat menyayanginya, bahkan sampai rela melakukan apa saja demi membuatnya bahagia.
Kemudian sekarang mata Aluna bergulir pada presensi Jungkook dan Lisa. Ia memanggil, "Mas, Kak Lisa,"
Giliran Jungkook dan Lisa yang mendekat. Jungkook dan Lisa memang berada disebelah kiri ranjang Aluna, sementara kedua orang tua Aluna berada disebelah kanan ranjangnya.
Jungkook dan Lisa lantas mengangguk menanggapi panggilan Aluna.
"M-mungkin dosa Luna pada kalian berdua sangatlah besar dan tidak termaafkan. Apalagi pada Kak Lisa, Luna pasti sudah sangat menyakiti hati Kakak. Namun jika diizinkan, Luna ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya. Maaf karena telah sengaja menyisipkan diri ke dalam rumah tangga kalian."
"Sekarang Luna sadar kalau perasaan yang Luna miliki pada Mas Jungkook bukanlah perasaan cinta melainkan obsesi semata. Luna terlalu memaksakan kehendak agar bisa mendapatkan Mas Jungkook. Padahal Luna tahu bahwa cinta Mas Jungkook pada Kak Lisa sangatlah besar dan mustahil untuk menggoyahkannya."
"Maaf selama ini Luna sudah menjadi menghalang cinta kalian berdua." Lanjut Aluna lagi, napasnya sudah tersengal-sengal. Semuanya menatap khawatir, Tama bahkan sudah selangkah lebih maju--berupaya meminta agar sang anak tidak berbicara lagi dan kembali memakaikan selang oksigennya, namun Aluna tetap kukuh tidak ingin memakai benda itu dan ia berusaha sekuat tenaga mengatur napasnya seraya menyunggingkan senyum. "L-luna tidak apa, Pi." Ucap Aluna.
Lagi-lagi Tama dan yang lainnya menurut. Mereka tidak bisa berbuat banyak.
Jungkook menghela napas dalam, sebelum mulai membalas. "Saya juga minta maaf sama kamu, Luna. Saya juga salah, seharusnya saya bisa lebih menerima kamu dan bersikap adil padamu. Selama ini saya juga pasti sudah sangat menyakitimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir | Lizkook ✓
Romance[M] Manusia hanya mampu berencana--merancang sedemikian rupa agar hidupnya dapat berjalan dengan sempurna. Tapi kau tahu? Semua itu akan terkesan sia-sia jika Tuhan telah menetapkan garis takdirnya. Karena sejatinya rencana Tuhanlah yang lebih inda...