🌼 20

1.2K 94 19
                                    

Karena rasa kesalnya pada Jungkook. Seusai makan malam dan menidurkan Sienna, Lisa lantas pergi ke kamar dan menguncinya dengan rapat.

Agaknya wanita itu memerlukan lebih banyak waktu untuk sendiri dulu. Bagaimanapun juga bukan hal yang mudah untuk menjalani pernikahan seperti ini. 

Mungkin karena terlalu lelah akibat menyetir selama tiga jam dari rumah orang tua menuju rumahnya, alhasil tak lama setelah itu, Lisa pun tertidur.

Namun kini, ketika waktu menunjukkan pukul sebelas malam, Lisa malah terbangun. Dan tiba-tiba saja rasa haus menyerang tenggorokannya.

Wanita itu lantas meraih gelas yang terdapat di atas nakas.  "Ck kosong lagi." Mau tak mau Lisa beranjak dari tidurnya, ia melangkah menuju dapur.

Setelah tenggorokannya kembali segar. Ia berniat kembali menuju kamar. Namun ketika hendak membuka pintu, netranya tak sengaja melihat ke arah ruang tamu yang terang benderang. Semula Lisa tidak begitu menyadarinya, mungkin karena tadi nyawanya belum sepenuhnya kumpul. 

Lisa mengerutkan kening, merasa heran. Biasanya lampu ruang tamu dan ruang TV selalu dimatikan. Tapi kenapa sekarang masih menyala? Karena penasaran Lisa lantas melangkah menuju ruangan tersebut.

Ia cukup terkejut ketika mendapati presensi suaminya tengah duduk menghadap sebuah laptop. Seperti tengah mengerjakan sesuatu. "Ayah?"

Jungkook sontak menoleh pada sumber suara. "Eh Bunda, belum tidur Bun?"

"Kebangun," Lisa menghampiri Jungkook dan duduk disebelahnya. "Lagi ngerjain apa sih? Kaya gak ada waktu lagi aja."

"Laporan bulanan rumah sakit Bun. Di minta cepat soalnya." Balas Jungkook. Laki-laki itu kembali fokus pada laptopnya. 

Lisa berdecak lalu tanpa sadar ia malah memerhatikan wajah Jungkook. Namun ia menemukan sedikit ada yang berbeda pada wajah suaminya itu. Padahal baru sekitar seminggu Lisa meninggalkan sang suami, tapi mengapa wajah itu sekarang terlihat lebih kusam bahkan di area bawah hidung dan dagu juga ditumbuhi bulu-bulu halus. "Ayah." Panggil Lisa lagi.

"Iya Bunda." Jungkook menyahut tapi kali ini fokusnya masih pada laptop di depannya. 

Lisa menangkup wajah Jungkook dengan kedua tangan, lalu menariknya guna meneliti wajah sang suami. "Kenapa muka kamu jadi kusem banget? Ini lagi ada kumisnya segala."

"Kan Ayah udah bilang, sabun cuci muka Ayah abis. Ayah gak tahu belinya dan gak ngerti juga. Biasanya 'kan yang urusin semua keperluan dan kebutuhan Ayah, Bunda."

Jungkook itu memang tipikal suami yang segala sesuatunya harus istri yang menyiapkan. Jadi tidak heran apabila baru ditinggalkan sang istri beberapa hari saja sudah seperti ditinggalkan berbulan-bulan. Benar-benar tidak terurus. 

Ya habis bagaimana dong? Selama ini Lisa memang senantiasa merawatnya dengan baik, dari ujung kaki sampai ujung kelapa. Jadi jangan salahkan Jungkook kalau ia sangat bergantung pada istrinya itu. 

"Ck!" Lisa berdecak seraya mendorong pelan pipi suaminya. "Suruh tuh istri muda kamu buat ngurusin. Jangan mau enaknya aja. Emang dia pikir, kamu bisa ganteng kaya gini tuh berkat siapa yang urus? AKU."

"Bunda jangan mulai lagi deh."

"Suka-suka aku!" Lisa lalu pergi dari sana.

Jungkook menghembus napas besar. Memang nasib, baru saja baik sedikit sudah marah lagi. Huh. Agaknya ia harus mulai membiasakan diri dengan situasi ini. 

Namun tanpa Jungkook duga, sepersekon berikutnya, Lisa kembali menghampiri dirinya yang masih duduk di sofa ruang tamu. Tapi sekarang istrinya tersebut membawa serta sesuatu di tangannya.

Garis Takdir | Lizkook ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang