"Halo Bunda.." Sapa Jungkook begitu panggilnya pada sang istri diterima.
Tidak ada yang dapat ia lakukan. Tama sudah mengancamnya agar tidak pergi untuk meninggalkan Aluna, kalau Jungkook sampai membantah keselamatan Lisa dan Sienna akan terancam.
Maka yang bisa Jungkook lakukan hanyalah memberi kabar via sambungan telepon saja.
"Iya halo Ayah. Ayah di mana? Kenapa tadi gak dateng yah? Kenapa hape Ayah juga gak bisa dihubungi? Ayah gak kenapa-kenapa 'kan?" Lisa tidak kuasa menahan diri untuk segera memberondong sang suami dengan banyak pertanyaan. Rasa khawatir yang sedari tadi terus mengikat kuat batinnya, kini sedikit mengendur karena suaminya tersebut akhirnya menghubungi juga.
Terdengar suara helaan napas berat diseberang sana. "Ayah gak apa-apa. Maafin Ayah, Bun. A-ayah ada pasien yang harus di operasi segera, m-makanya Ayah puter balik ke rumah sakit lagi." Ucapnya dengan begitu gugup. Sungguh, bukan maksud Jungkook ingin membohongi sang istri. Namun ia pun tidak mempunyai pilihan lain. Pria itu masih belum siap memberitahu yang sebenarnya terjadi.
"Kenapa gak kasih tahu yah? Senna nangis terus loh, dia kecewa banget kamu gak dateng."
"Iya Bun maaf. Ayah gak sempat. Sekarang Senna-nya mana? Ayah mau bicara, Ayah mau minta maaf."
"Dia baru aja tidur. Mungkin kecapekan karena nangis terus. Kenapa gak pulang aja sih yah? Minta maaf langsung."
"Gak bisa Bun, Ayah gak bisa pulang sekarang."
Lisa refleks mengerutkan dahinya. "Lho Kenapa memangnya? Operasinya sudah selesai 'kan? Jadi Ayah sudah bisa pulang dong?"
Sebenarnya keadaan seperti ini bukan kali pertama mereka alami. Selama Jungkook menjadi dokter, beberapa kali Jungkook harus terpaksa meninggalkan acara penting keluarga. Pekerjaannya sebagai dokter yang mengharuskan Jungkook untuk selalu sigap memenuhi panggilan darurat dari rumah sakit, kapanpun dan di manapun.
Lisa cukup memahami itu, ia juga tidak pernah melayangkan protes. Tapi biasanya seusai urusan Jungkook di rumah sakit selesai, suaminya itu akan segera pulang. Namun kenapa sekarang tidak bisa? Hal wajar bukan jika Lisa bertanya-tanya.
"I-iya, tapi Ayah gak bisa pulang sekarang. Hhmm .... dan mungkin sampai beberapa hari ke depan."
"Sebentar aja yah. Kasian anak kita."
"Tapi Ayah bener-bener gak bisa pulang sekarang Bun."
"Aku tahu kamu sangat mencintai pekerjaan kamu. Tapi aku mohon pulanglah sebentar, kasian Senna, dia benar-benar sedih dan kecewa karena kamu gak dateng ke ulang tahunnya." Lisa sampai memohon dan memelas agar sang suami memahami kondisi sang anak saat ini. Hal yang baru pertama kali Lisa lakukan sebetulnya. Sebab selama ini Jungkook adalah sosok suami dan Ayah yang penyayang, laki-laki itu selalu berusaha memenuhi kebutuhan keluarga, entah dari segi finansial maupun perhatian.
"Ayah tahu, Ayah minta maaf. Tapi tolong mengertilah Bun, sekarang Ayah benar-benar gak bisa pulang."
"Apa sebegitu gak pentingnya Senna buat kamu, yah? Senna itu anak kita, anak kamu!" Lisa geram karena sikap suaminya kali ini. Ini seperti bukan Jungkook.
"Maaf Bun. Ayah gak bisa pulang sekarang, tapi Ayah janji akan pulang secepatnya."
"Ck! Terserah." Setelah itu panggil terputus karena Lisa yang memutuskan terlebih dulu.
"Halo Bun, Bunda!" Jungkook menjambak rambutnya frustasi.
***
Sudah tiga hari berlalu semenjak terakhir Jungkook yang menghubungi Lisa. Pria itu sama sekali belum pulang ke rumah, kendati begitu ia tetap selalu berusaha untuk menghubungi Lisa. Namun sayang, ponsel sang istri malah sulit sekali untuk dihubungi.
Sepertinya Lisa sangat kecewa dengan sikap Jungkook yang terlalu mementingkan pekerjaan ketimbang anaknya sendiri, sehingga Lisa memilih untuk menonaktifkan ponselnya.
Lisa tidak butuh penjelasan dan kata maaf melalui sambungan telepon. Yang Lisa dan Sienna butuhkan adalah kehadiran Jungkook.
"Sayang bangun yuk, hari ini kamu 'kan harus sekolah nak." Ucap Lisa terdengar sangat keibuan sekali. Membangunkan Sienna untuk pergi sekolah memang sudah menjadi kegiatan rutin yang dilakukan oleh Ibu satu orang putri itu.
Tapi karena tidak kunjung ada respon dari sang anak, Lisa lantas melangkah masuk ke dalam kamar bernuansa pink dan di dominasi oleh boneka tersebut. Kemudian ia mendekati ranjang Sienna--mencoba untuk membangunkannya dengan menggoyangan pelan tubuh sang putri. Namun baru saja telapak tangan Lisa menyentuh lengan Sienna, rasa hangat tiba-tiba saja ia rasakan.
"Astaga, badan kamu panas sekali, nak." Lisa lantas menyentuh seluruh permukaan wajah Sienna untuk lebih memastikan.
"A-ayah, Senna mau ketemu Ayah.." Dengan mata yang tertutup rapat, gadis kecil itu mengigau. "Senna kangen Ayah..."
Hati Lisa mencelos mendengar ucapan dari bibir pucat sang anak. Orang tua mana yang tidak sedih melihat keadaan anaknya yang seperti ini. "Apa segitu kangennya kamu sama ayah nak, sampai demam gini." lirih Lisa.
Tanpa berpikir lagi, Lisa segera mengambil ponsel disaku celananya, ia mengaktifkannya terlebih dahulu sebelum membuat panggilan pada Jungkook. Meski sebetulnya ia masih enggan untuk menghubungi Jungkook karena rasa kesal dan kecewa. Tapi demi Sienna, Lisa rela mengenyampingkan semua itu, karena Lisa yakin hanya kehadiran Jungkook-lah yang mempu membuat anaknya sembuh.
Tidak butuh waktu lama panggilan tersebut mendapat jawaban. "Halo Bunda, ada apa Bun?"
"Senna sakit. Cepet pulang!" Lisa langsung mengatakan maksudnya.
"Apa Senna sakit? Sakit apa Bun? Apa gejalanya?" terdengar suara Jungkook yang begitu panik.
"Badannya panas tinggi, dia juga terus manggil-manggil kamu."
Setelah mendengar penjelasan dari sang istri mengenai kondisi Sienna. Jungkook menghela napas lega. Pasalnya, setidaknya tidak terjadi hal buruk pada sang anak. Dari gejala yang disebutkan oleh Lisa, Jungkook sudah dapat menyimpulkan bahwa anaknya tersebut hanya mengalami demam biasa. Ia lantas menjawab dengan nada suara yang terdengar lebih tenang. "Oh, itu Senna demam Bun. Tolong kompres pake air hangat terus kasih obat penurun panas. Gak akan lama panasnya pasti turun. Maaf Ayah masih belum bisa pulang, masih banyak pas--"
"Anak kamu itu sakit gara-gara dia kangen sama kamu!" Lisa memotong dengan kesal. "Dia pengen ketemu sama kamu. Dalam keadaan kaya gini, bisa-bisanya kamu masih mentingin pasien-pasien kamu itu!" Lisa menggeleng tidak habis pikir.
"Kamu benar-benar keterlaluan!" Lagi-lagi Lisa memutuskan panggilannya sepihak.
Kini Lisa sungguh-sungguh sangat kecewa.
Namun bertepatan dengan itu, tiba-tiba saja tubuh Sienna mengalami kejang-kejang. Sebagai orang tua yang melihat keadaan anaknya seperti itu, sudah pasti Lisa terserang panik dan khawatir berlebih. Ditambah lagi Sienna baru kali ini mengalami hal tersebut. Jadi tanpa pikir panjang, Lisa segera membawa Sienna ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir | Lizkook ✓
Romance[M] Manusia hanya mampu berencana--merancang sedemikian rupa agar hidupnya dapat berjalan dengan sempurna. Tapi kau tahu? Semua itu akan terkesan sia-sia jika Tuhan telah menetapkan garis takdirnya. Karena sejatinya rencana Tuhanlah yang lebih inda...