🌼 40

843 90 14
                                    

"Untung guncangannya gak terlalu keras, jadi si baby gak kenapa-kenapa. Tapi tetap harus nginep di rumah sakit dulu selama satu malam ya? Besok baru boleh pulang." Jelas Jennifer.

Seperti yang sudah dijelaskan oleh Jennifer, keadaan Lisa dan bayinya baik-baik saja. Kecelakaan tadi hanya mengakibatkan sedikit lebam dibeberapa bagian tubuh Lisa, dan juga shock kecil.

Beruntung tempat kecelakaan Lisa tidak jauh dari rumah sakit, jadi Lisa bisa dengan cepat mendapat penanganan. Sekarang Lisa bahkan sudah sadar dan sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.

Di sana Lisa memberikan anggukkan.

"Yaudah kalo gitu istirahat ya?" Kata Jennifer pada Lisa, dan lagi-lagi hanya anggukkan yang Lisa berikan. "Jung, jagain bini lo! Gue balik tugas dulu." Lanjutnya pada suami Lisa--yang sedari tadi terus menemani.

"Iya. Thanks ya Jen,"

Jennifer mengangguk lalu undur diri dari ruangan tersebut, meninggalkan sepasang suami-istri itu di sana.

Setelah Jennifer benar-benar pergi, Jungkook lebih mendekat pada sang istri. "Gimana Bun, enak? Masih mau gak nurut sama suami, gak?" Meski nada bicara Jungkook terdengar biasa saja, namun semua orangpun pasti tahu di dalam ucapan tersebut tersirat kekesalan yang luar biasa.

"Berisik!" Balas Lisa jengah, ia tahu suaminya itu pasti tengah meledeknya karena telah membantah.

Jungkook mengambil duduk di sisi ranjang. Ia menatap istrinya serius. "Kenapa sih Bun, gak dengerin Ayah? Kalau udah kejadian kaya gini 'kan kamu juga yang ngerasain sakitnya. Untung gak parah. Kalau kamu sama adek sampai kenapa-kenapa gimana? Kalau Senna juga ikut, gimana? Kamu mikir sampai situ, gak?"

Jungkook itu tergolong jarang sekali marah, Lisa sangat hapal seperti apa suaminya. Maka ketika mendengar nada bicara Jungkook seserius ini, bisa dipastikan kalau Jungkook benar-benar kesal dan kecewa padanya. Lisa tahu, ia sadar dan mengakui kalau dirinya memang salah, tapi Lisa tidak mau disalahkan sepenuhnya, sebab ia bisa seperti ini, karena ulah suaminya juga.

Baru saja Lisa ingin memberikan pembelaan atas tindakannya, tapi Jungkook sudah lebih dulu berbicara lagi. "Awas ya, Bun, kalau sekali lagi kamu ngebantah ucapan Ayah. Ayah bakal jual mobil sama motor kamu. Biarin aja, biar gak bisa ke mana-mana."

"Ck apaan sih! Jangan kaya gitu dong! itu 'kan udah kamu beliin buat aku. Jangan seenaknya, ya!"

Lisa tidak bisa membayangkan kalau Jungkook benar-benar mengambil semua fasilitas yang telah laki-laki itu berikan padanya. Bagaimana nanti kalau Lisa ingin berpergian atau mengantar-jemput Sienna? Tidak mungkin 'kan Lisa harus menggunakan kendaraan umum setiap kali ia hendak berpergian?

"Biarin aja! Abisnya Bunda gak nurut. Ayah ngelarang Bunda bawa motor atau mobil buat kebaikan Bunda juga, lagian cuman sampai Bunda melahirkan doang kok, setelah itu Ayah bakal izinin lagi."

"Jangan lebay deh! Aku itu bawa motor atau mobil udah lama, bukan cuman baru-baru ini aja, jadi pasti aman." Balas Lisa.

"Aman gimana, hm? Ini buktinya kamu kecelakaan."

"Tapi--"

Jungkook langsung menyela. "Udah pokoknya kali ini Ayah gak mau dibantah. Nurut, atau selamanya gak diizinkan bawa kendaraan?"

Lisa mendesah malas. Kalau sudah begini ia tidak bisa lagi bernegosiasi dengan suaminya itu. Akhirnya dengan terpaksa ia mengangguk daripada selamanya ia tidak boleh membawa kendaraan lagi.

Jungkook mengusak rambut sang istri, meski harus disuguhi oleh wajah istrinya yang cemberut dan masam, tapi tidak mengapa, karena ia memang harus tegas demi kebaikan istri dan anaknya. Sekalipun Jungkook tidak ingin kejadian seperti ini terulang kembali.

"Bunda, hiks ..."

Sienna berlari mendekati ranjang Lisa, di belakangnya diikuti Soraya dan juga Jisa. Soraya diberitahu kecelakaan yang dialami Lisa oleh Jungkook saat wanita itu menghubungi ponsel Lisa yang  justru ada di tangan adik iparnya. Tadinya wanita itu ingin langsung datang ke rumah sakit, namun Jungkook melarangnya dan meminta Soraya untuk menjemput Sienna lebih dulu dan membawakan baju ganti untuk Lisa.

"Aduh anaknya Bunda, jangan nangis sayang, Bunda gak kenapa-kenapa kok. Sini, sini deket Bunda."

Jungkook membantu putrinya naik ke atas ranjang sang istri. Gadis kecil itu semerta-merta memeluk bundanya dan menumpahkan tangisnya.

Lisa mengusap-usap lembut punggung sang putri. "Udah jangan nangis lagi. Bunda beneran gak apa-apa kok, besok juga Bunda udah bisa pulang." Lisa terus menenangkan Sienna, ia tahu putrinya ini pasti sangat mengkhawatirkan dirinya.

Sementara itu, Soraya bertanya pada adik iparnya. "Gimana kondisi Lisa dan kandungannya, Jung?"

"Gak kenapa-kenapa Kak, cuman shock aja. Tapi nunggu sampai keadaanya bener-bener baik jadi harus nginep di sini dulu semalam."

Soraya menghela napas lega. "Syukur deh kalo gitu. Kakak gak tahu kalau Lisa perginya bawa mobil sendiri, Kakak kira dianter sama kamu. Kalau tahu gitu, mending tadi Kakak jemput aja."

"Jungkook udah larang, Jungkook juga udah nawarin buat nganter, tapi Lisa malah keras kepala, pergi sendiri." Jungkook tahu Soraya tengah menyindir dirinya. Pembelaan yang Jungkook berikan bukan karena ia tidak mau disalahkan, tapi lebih agar kakak iparnya itu tahu bahwa Lisa memang keras kepala. Jungkook berharap Soraya bisa membantu dirinya untuk mengingatkan dan menasehati istrinya.

Terbukti, setelah Jungkook mengucapkan kalimat tadi, Soraya langsung beralih pada adiknya. "Kenapa gak dengerin omongan suami kamu sih, Dek? Jadi kaya gini 'kan?"

Lisa mendelik pada suaminya, yang sekarang malah tersenyum-senyum karena telah berhasil membuat dirinya kembali dimarahi.

"Marahin aja Kak, sama Jungkook suka gak didenger soalnya." Kompornya lagi.

Lisa benar-benar memberikan tatapan mematikan pada Jungkook, suaminya itu malah dengan senangnya mengompori. Dalam hati Lisa membatin. 'Awas kamu ya, Ayah!'

Seolah ingin mencuci tangan, Jungkook kembali berujar. "Kak, aku masih ada beberapa visite lagi. Minta tolong titip Lisa dulu ya, nanti malem Jungkook yang jaga."

"Oh yaudah, Kakak juga lagi gak ada urusan, jadi bisa jagain Lisa di sini." Balas Soraya.

"Makasih kak." Jungkook lalu mendekati Sienna yang kini ikut tiduran di ranjang sembari memeluk Lisa, masih terdengar isak tangis dari belah bibir sang putri. Jungkook mengusap kepala Sienna dan kemudian menciumnya. "Ayah kerja dulu ya nak, jangan nangis lagi, Bunda-nya gak apa-apa kok."

Jungkook sudah sampai di depan pintu, namun pria itu malah kembali berbalik. "Jangan lupa Kak marahin adeknya."

Lisa menggeram, emang benar-benar ya suaminya ini. Ia melotot sementara suaminya malah puas tertawa sembari berlalu pergi.

"Lain kali jangan kaya gini lagi, Li. Kamu itu lagi hamil. Semarah apapun, sekesal apapun kamu sama Jungkook jangan pernah ngebantah omongannya. Omongan suami itu sama kaya omongan orang tua, apalagi itu demi kebaikan kamu." Kata Soraya.

"Iya Kak." Lisa hanya sanggup menjawab demikian.

"Perlu Kakak kasih tahu Mama gak kalau kamu masuk rumah sakit?"

"Eh jangan-jangan kak, jangan kasih tahu Mama." Dengan panik Lisa berucap. Bisa berabe kalau Mamanya sampai tahu. Ia bisa dimarahi habis-habisan. Sudah cukup ia dimarahi oleh Suami dan kakaknya, Lisa tidak mau dimarahi juga oleh mamanya.

 Sudah cukup ia dimarahi oleh Suami dan kakaknya, Lisa tidak mau dimarahi juga oleh mamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Garis Takdir | Lizkook ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang