🌼 38

630 75 62
                                    

Lisa mulai gelisah, pasalnya hampir setengah jam dari terakhir Jungkook meminta izin ke kamar madunya, namun sampai saat ini suaminya itu belum juga kembali.

"Bukannya cuman minta izin saja ya? Kenapa bisa lama banget? Seharusnya lima belas menit sudah cukup."

Wanita yang kini tengah hamil tiga bulan itu lantas beranjak dari kasur dan berjalan ke sana kemari. Perasaannya tidak henti bergerak gelisah, ia was-was memikirkan apa yang tengah suaminya lakukan di sana bersama istri mudanya.

"Gak, gak bisa kaya gini. Kayanya aku harus nyusul ke sana!"

Sesungguhnya Lisa belum menyiapkan hatinya untuk sesuatu yang akan ia lihat, tapi ia juga tidak bisa hanya berdiam diri saja. Lisa sudah terlampau penasaran, ia harus mengetahui penyebab mengapa suaminya tidak kunjung kembali. Maka dari itu Lisa harus memastikannya sendiri.

Dengan dada yang terus berdentum kencang, selangkah demi selangkah Lisa membawa tungkai kakinya ke kamar sang madu.

Namun beberapa menit kemudian Lisa merutuki diri sendiri, menyalahkan keputusannya yang bodoh. Seharusnya Lisa tidak perlu menuruti rasa penasarannya. Seharusnya Lisa sabar--tetap diam di kamar menunggu Jungkook kembali. Sebab sesuatu yang kini ia lihat dengan mata kepalanya sendiri, sungguh-sungguh membuat hatinya kembali terores, bahkan semakin dalam.

Kerena kau tahu? Di sana, di ruang kamar madunya yang terbuka itu, Lisa bisa melihat dengan jelas jarak suaminya dengan sang madu yang begitu dekat. Mungkin hanya dengan memajukan wajah sedikit saja, belah bibir Jungkook dan Aluna akan langsung menempel dan bertaut.

Tanpa dikomando, air mata Lisa lantas berjatuhan dengan deras, pun dengan lututnya yang tiba-tiba melemas. Lisa menutup mulutnya, meredam isaknya yang semakin keras.

Wanita itu membalik tubuhnya, dengan susah payah ia melangkah kembali menuju kamar. Mengunci diri dan menangis sejadi-jadinya.

Memukul-mukul dadanya sendiri berupaya meredam rasa sakit dan sesak, namun sama sekali tidak berpengaruh. Sakit karena pengkhianatan memang begitu luar biasa dan Lisa sama sekali tidak sanggup.

Momen tersebut terlihat dan terekam dalam memori Lisa begitu cepat, mungkin sampai kapanpun ia tidak akan pernah melupakan kejadian pahit yang ia saksikan tadi. Namun ada yang tidak sempat Lisa lihat dan ketahui, tepat ketika wanita itu kembali ke kamar dan mengurung diri. Bukan memajukan wajah dan membiarkan belah bibir itu menyatu, seperti apa yang Lisa pikirkan. Justru yang terjadi adalah sebaliknya. Jungkook menjauh hingga membentangkan kembali jarak diantara ia dan istri keduanya.

"M-maaf Luna saya tidak bisa."

Jungkook menunduk merasa bersalah pada sang istri pertama karena ia hampir saja tidak bisa mengontrol diri, juga merasa bersalah pada istri keduanya karena sampai detik ini dirinya sama sekali belum bisa memberikan nafkah batin pada istri keduanya itu.

"Kenapa Mas? Kenapa tidak bisa? aku juga istrimu."

Aluna menatap sang suami dengan sendu, sakit rasanya menerima penolakan seperti ini. Ia merasa terhina dan tidak diinginkan. Aluna sadar jika sejak awal dirinya memang tidak pernah diinginkan oleh Jungkook. Tapi apa sampai detik ini, tidak ada secuilpun niatan dalam diri suaminya itu untuk membuka dan menerima Aluna sebagai istrinya juga?

Aluna maklum meski hatinya tetap merasa sakit, ketika pertama kali Jungkook memilih untuk tidur di sofa ruang kamar ini. Iya benar, selama ini meski suaminya itu tidur dalam ruangan yang sama, Jungkook sekalipun tidak pernah tidur dalam satu ranjang dengan Aluna. Laki-laki tersebut lebih memilih tidur di sofa.

Jika kemarin-kemarin ada yang beranggapan bahwa mereka pernah melakukan hubungan layaknya suami-istri sungguhan, kuberitahu kalian sudah salah besar. Karena nyatanya sampai detik ini Jungkook tidak pernah sekalipun menyentuh Aluna (dalam konteks intim).

Bukan karena penyakit yang Aluna derita, Jungkook yakin Aluna masih bisa melayaninya, tapi hal tersebut disebabkan karena hatinya sendirilah yang selama ini enggan untuk dilayani karena ia selalu memikirkan bagaimana perasaan istri pertamanya.

Jungkook tidak bisa mengkhianati Lisa lebih dalam lagi. Sudah cukup dengan adanya pernikahan keduanya, dan tanggungjawabnya yang telah terbagi, ia tidak ingin membagi yang lainnya. Yah, meski dengan itu ia harus menyakiti hati istri keduanya.

Mendongak, membalas tatapan sang istri kedua, Jungkook lalu berucap. "Sudah saya katakan padamu bahwa saya tidak bisa menyakiti hati istri saya."

"Lalu bagaimana dengan aku? Aku juga istrimu, Mas. Aku juga berhak memilikimu dan mendapatkan hakku sebagai seorang istri. Apa Mas tidak pernah berpikir kalau hatiku juga sakit?"

Dua tetes air mata meluncur begitu saja di pipi gadis yang malam ini sudah mati-matian berdandan untuk menyenangkan suaminya, namun bukannya pujian yang ia dapat malah sebuah penolakan kembali.

Sia-sia sudah apa yang ia lakukan beberapa hari ini. Belajar berdandan, mencari tahu bagaimana menyenangkan suami dari sang mami. Semuanya telah gagal bahkan diawal percobaan.

Rasa bersalah semakin besar Jungkook rasakan. Namun sebesar apapun rasa bersalahnya pada Aluna, masih kalah besar jika dibandingkan rasa bersalahnya pada istri pertamanya, Lisa.

Jungkook tetap tidak goyah, meski air mata Aluna sudah menetes semakin deras di sana. Laki-laki itu kemudian berdiri, dan sekali lagi berucap sebelum ia pergi. "Sekali lagi saya minta maaf Luna. Saya tetap tidak bisa."

Aluna semakin tergugu, rasanya ia tidak mampu menahan rasa sakit itu. Apalagi ketika Jungkook menghentikan langkah dan kembali menambahkan. "Untuk waktu yang belum bisa ditentukan, saya tidak bisa tidur di sini. Lisa sedang hamil dan membutuhkan perhatian lebih. Saya harap kamu bisa memaklumi."

Kali ini Jungkook benar-benar pergi dari sana dan menutup pintunya.

"Sakit ... Kenapa sesakit ini rasanya mencintai," Gumam Aluna dengan tangis yang semakin pecah.

Entah mungkin karena tidak mampu menahan rasa sakit di hatinya, sampai-sampai kepalanya juga ikut merasakan sakit yang begitu hebat. "Argh ..." Aluna meringis sembari menjambak-jambak rambutnya. Kemudian terasa ada sesuatu yang mengalir dan menetas dari hidungnya. Aluna menyekanya dan seketika netranya membola ketika melihat cairan merah pekat yang ke luar dari kedua lubang hidungnya.

"Darah."

***

Ke luar dari kamar Aluna, Jungkook tidak langsung menuju kamar Lisa. Laki-laki itu memilih menuju ruang tamu dan mendudukkan diri di sana.

Jungkook juga memerlukan waktu sendiri dulu untuk menetralkan suasana hatinya.

Entah sudah berapa kali ia menanyakan hal ini, tapi Jungkook selalu ingin menanyakannya lagi.

Kenapa? Kenapa hal ini harus terjadi padanya. Kenapa harus dirinya yang berada diposisi ini?

Jungkook tidak ingin menyakiti hati siapapun, apalagi orang yang ia cintai. Namun keadaan yang malah memaksanya.

"Tuhan mengapa enggau menggariskan takdir seperti ini padaku? Aku tidak ingin menyakiti siapapun, apalagi istriku."

Jungkook memejamkan matanya, mengistirahatkan sejenak pikiran. Setelah ia sudah mulai merasa membaik, ia segera menuju kamar istri pertamanya.

Namun malang, ketika Jungkook ingin masuk, pintu itu tidak bisa di buka. Berulang kali Jungkook mencoba membukanya, namun hasilnya masih tetap sama.

Menyerah, akhirnya ia mengetuk pintunya. "Bunda ... Kenapa pintunya dikunci? Buka Bun, Ayah mau masuk."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Garis Takdir | Lizkook ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang