🌼 3

989 75 0
                                    

Sudah dua hari Aluna pulang ke rumah. Tapi bukannya merasa bahagia karena setidaknya ia sudah bisa terlepas dari selang infus yang tertancap di lengannya selama berbulan-bulan, atau merasa bersyukur karena sudah tidak tidur di atas ranjang rumah sakit lagi, (yah walaupun ia masih harus meminum obat-obatan secara rutin demi menunjang hidupnya) namun di sana gadis itu malah terlihat sangat murung dan seperti tidak ada gairah hidup sama sekali. 

Sekedar informasi, sejak kecil Aluna memang sudah sering sakit-sakitan. Setiap sebulan sekali ia harus bolak-balik menginap di rumah sakit. Untung saja kedua orang tuanya merupakan seorang pembisnis sukses--yang memiliki kekayaan yang begitu banyak sehingga tidak pusing dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatannya. 

Tapi sayangnya, karena hal itu membuat Aluna menjadi kehilangan waktu kebersamaan dengan orang tuanya. Sebab demi membuat bisnisnya semakin besar, tak jarang ayah Aluna harus pergi ke berbagai negara untuk menjalin kerjasama. Tentu saja Ibu Aluna selaku istri harus selalu mendampingi kemanapun sang suami pergi. Namun begitu, sesibuk apapun mereka dan bagaimanapun keadaan sang anak, ayah dan ibu Aluna sangat menyayangi anak semata wayangnya itu.

Karena penyakit yang dideritanya pula, kini Aluna tumbuh menjadi gadis pendiam yang cenderung introvert. Ia sangat menutup diri dengan dunia luar, Aluna juga tidak memiliki seorangpun teman, karena semasa sekolah orang tuanya memilihkan home schooling sebagai tempat Aluna menimba ilmu, mengingat kondisi Aluna yang tidak memungkinkan untuk sekolah umum. 

Selama ini, keseharian Aluna hanya dilakukan di dalam rumah besarnya. Untuk mengusir bosan dan sepi selepas belajar, Aluna akan melakukan berbagai kegiatan yang disukainya seperti; melukis, bernyanyi sambil memainkan piano, membaca novel dan masih banyak hal lainnya.

Seringnya ia melakukan hal-hal tersebut sendirian. Yah, walau kadang juga suka ditemani oleh si bibi, asisten rumah tangganya sih, tapi itu sangat jarang sekali.

"Sedang apa kamu sayang?" Tanya sebuah suara yang sontak membuat Aluna menolehkan pandangan--yang semula sedang menatap ke arah luar jendela kamar beralih ke sumber suara.

"Oh, ini Luna cuman lagi lihat kupu-kupu itu, Mi." Jawabnya sambil menunjuk sepasang kupu-kupu yang tengah menari-nari di luar sana. 

Kamar Aluna memang terletak di lantai bawah. Hal tersebut dipilih kedua orang tua Aluna karena mereka begitu khawatir pada kondisi sang anak, dan tidak ingin sesuatu terjadi pada Aluna jika harus menaik-turuni tangga apabila gadis itu ingin ke luar kamar. 

Aluna sendiri tidak keberatan dengan keputusan orang tuanya, bahkan ia malah senang karena orang tuanya memberikan kamar yang begitu luas dan bersebelahan dengan taman bunga yang begitu indah, yang terletak di samping kanan rumah. 

Tania--mami Aluna tersenyum seraya mendudukkan diri di sisi ranjang. Wanita itu mengelus surai Aluna dengan sayang. 

"Mi.. " Panggil Aluna

"Iya nak.. "

"Luna ingin menjadi seperti kupu-kupu itu deh." Ucapnya, netranya kembali melihat sepasang kupu-kupu yang masih menari--seolah mereka tengah bersuka cita karena dapat hidup dengan bebas dengan pasangannya.

Tania mengenyitkan dahi. "Kenapa begitu sayang?"

"Luna iri dengan sepasang kupu-kupu itu," Ujarnya. "Mereka terlihat bahagia sekali di luar sana dan dapat menemukan pasangan mereka." Kemudian Aluna menundukkan wajahnya dan bercicit pelan. "Tidak seperti Luna yang selalu sendirian."

Garis Takdir | Lizkook ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang