🌼 26

1.2K 117 16
                                    

Adil? Sebuah kata yang terdiri dari empat huruf. Sangat mudah untuk dilapalkan, namun begitu sulit untuk diimplementasikan. Apalagi bagi seorang Jungkook Bramantyo. Ia tahu arti adil itu seperti apa, tapi sungguh Jungkook belum mampu untuk melakukannya. 

Namun begitu Jungkook tetap berusaha 'adil' meski dengan versinya. Ia memang tidak bisa berlaku adil sepenuhnya, sebab hatinya yang memang masih begitu condong untuk yang pertama.

Keadaan seperti ini bukan ingin Jungkook, keadaan ini juga terlalu tiba-tiba. Maka wajar apabila Jungkook masih sangat kesulitan.

Duduk disalah satu kursi di ruang makan, merupakan bentuk adil yang bisa Jungkook lakukan. Ia sudah menghabiskan waktu berjam-jam bersama istri pertama dan putrinya, jadi menemani sang istri kedua untuk menyantap makan malamnya, sudah cukup adil bukan? Walau ia tidak ikut makan karena perutnya sudah kenyang.

"Makasih ya Mas, kamu sudah mau menemani aku makan malam." Ucap Aluna setelah menelan habis suapan pertamanya. 

Jungkook mengalihkan pandangannya yang semula fokus pada ponsel menjadi menatap Aluna. Ia kemudian menaruh ponselnya tersebut ketika Aluna kembali berbicara.

"Eung Mas ... Aku minta maaf soal yang semalam. Aku tidak berniat untuk membuat hubungan Mas dan Kak Lisa merenggang. Aku ..." Aluna menundukkan kepalanya." Aku hanya kurang nyaman saja saat melihat kemesraan kalian."

Jungkook menghembus napas kasar. "Saya mengerti dengan perasaanmu. Tapi saya tidak bisa begitu saja menuruti keinginanmu." Jungkook menjeda kalimatnya sejenak untuk kembali menarik napas. "Karena sebelum ada kamu, saya dan Lisa memang sudah terbiasa seperti itu."

"Lagi pula saya pikir, yang lebih tersakiti di sini dan paling dirugikan dalam hubungan kita ini adalah istri saya. Lisa."

Sejujurnya ada rasa nyeri yang mulai merambat ke ulu hati Aluna manakala mendengar kalimat yang baru saja Jungkook ucapkan. Namun sekuat tenaga Aluna mencoba meredamnya. Lagi pula ia sadar bahwa rasa sakit yang kini ia rasakan terjadi karena ulahnya sendiri. Karena keinginannya, karena kesediaannya untuk menjadi yang kedua.

Ini merupakan risiko yang memang harus Aluna terima.

"Sekarang saya malah merasa bersyukur karena Lisa masih mau mempertahankan pernikahan kami, dan masih mau bersikap seperti biasa."

"Meski saya tahu keadaan ini pasti sangat berat untuk Lisa, bahkan juga untuk kamu, dan untuk saya sendiri, pastinya. Tapi yah, mau bagaimana lagi? Mungkin ini sudah menjadi garis takdir kita. Yang bisa kita lakukan, ya menjalaninya saja."

Lagi dan lagi Aluna merasakan rasa sakit ketika kalimat-kalimat tersebut ke luar dari belah bibir Jungkook dan menerobos masuk ke dalam Indra pendengarannya. Entah mengapa Aluna merasa Jungkook seperti sedang menyesali pernikahan keduanya. Aluna merasa Jungkook seperti tengah menyalahkannya atas keadaan yang sekarang terjadi diantara mereka. Padahal Aluna tidak tahu menahu perihal terjadinya pernikahan mereka.

Ingat 'kan saat itu Aluna sedang tidak sadarkan diri, dan tahu-tahu ketika sadar ia malah mendapati kenyataan bahwa ia sudah menyandang status sebagai istri dari laki-laki yang begitu ia cintai.

Jelas saja saat itu Aluna merasa senang-senang saja mendapati fakta tersebut. Ia tidak berpikir bahwa di atas kebahagiaan yang tengah ia rasakan ada wanita lain yang justru tersakiti, ia juga tidak berpikir bahwa hubungan mereka akan sangat rumit untuk dijalani. Yang Aluna pikirkan saat itu--yang terpenting ia bahagia bisa memiliki laki-laki yang ia inginkan, tanpa mempertimbangan segala kemungkinan yang akan terjadi dikemudian hari.

Tapi semuanya kini sudah terjadi 'kan? Benar kata Jungkook, jalani saja. Toh jika Aluna ingin mundur pun rasanya sangat sulit, sebab hati Aluna sudah begitu terpatri kuat pada Jungkook.

"Saya harap kamu bisa mengerti dan belajar menerima keadaan kita. Sama seperti saya dan Lisa yang juga tengah belajar menerima keadaan ini." Kata Jungkook. "Saya tidak bisa begitu saja menuruti keinginan kamu karena saya juga harus menjaga perasaan Lisa."

"Tapi kamu tenang saja, saya akan berusaha untuk adil pada kamu dan juga Lisa." Lanjut Jungkook.

Yah memangnya apa yang bisa Aluna harapkan dari pernikahan yang terjadi karena paksaan? Memangnya apa yang bisa Aluna harapkan dari seorang laki-laki yang begitu sangat mencintai istrinya? Namun karena Jungkook sudah berbicara akan berusaha adil, itu sudah cukup membuat perasaan Aluna kembali berbunga. Meski Aluna tidak tahu adil seperti apa yang dimaksud oleh Jungkook.

Aluna lantas mengangguk dan membalas. "Iya Mas." Tapi tidak ada salahnya 'kan jika Aluna ingin bertanya untuk memperjelas? Maka Aluna bertanya walau sedikit ragu. "Eum, berarti malam ini kamu akan tidur di kamarku lagi?"

"Iya," jawab Jungkook. "sampai satu minggu ke depan saya akan tidur di kamarmu. Setelah itu, saya akan tidur di kamar Lisa. Dan begitu seterusnya."

***

"Astaga Ayah! Ngapain di depan pintu?" Seru Lisa terkejut.

Bagaimana wanita itu tidak terkejut? Jika baru saja membuka pintu kamar langsung mendapati presensi sang suami yang tahu-tahu sudah berdiri tepat di depan pintu ruang kamarnya, padahal kini waktu masih menunjukkan pukul lima pagi. Huh untung saja Lisa tidak memiliki riwayat penyakit jantung!

"Ya Ayah mau ke kamar. Mau mandi." Jawab Jungkook dengan tidak berdosanya. 

Lisa menatap datar, ia hendak melangkah pergi tapi dengan sigap Jungkook mencekal tangannya. "Eh Bunda mau ke mana?"

"Mau ke dapur, mau masak. Nyiapin sarapan buat kita." Jawab Lisa sedikit kesal.

Nyaris hampir satu Minggu ini--sejak Jungkook memutuskan untuk membagi jadwal tidurnya, selama itu juga Lisa mendiaminya. Wanita itu selalu menghindar bahkan sampai tidak melayani Jungkook seperti biasa.

Ketika pagi-pagi Jungkook pindah ke kamarnya utama, ia selalu mendapati sang istri yang masih terlelap, padahal biasanya Lisa selalu bangun pukul lima pagi untuk menyiapkan segala keperluan Jungkook dan juga Sienna.

Pernah waktu itu Jungkook membangunkan Lisa untuk membantunya menyiapkan pakaian, tapi istrinya itu malah marah-marah dan beralasan masih mengantuk.

Jungkook jelas tahu bahwa bukan itu alasan utama Lisa enggan melayaninya, Lisa seperti itu sebab bentuk kecewa wanita itu karena belum menerima keadaan. Jungkook memaklumi, maka dari itu Jungkook tidak pernah menggaungkan protes.

Namun mendapati hari ini Lisa sudah terbangun pagi dan juga kembali melakukan aktifitas seperti biasa, hal tersebut sontak membuat Jungkook senang. Jungkook berpikir mungkin Lisa sudah mulai menerima keadaan.

"Masuk dulu yuk, bentar." Kata Jungkook. Mumpung istrinya itu sudah kembali seperti semula, ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk mencuri satu atau dua ciuman. Sudah rindu juga soalnya.

"Yuk Bun, sebentar aja." Imbuhnya lagi karena Lisa malah diam saja.

Lisa menghempaskan tangannya hingga membuat cekalan itu terlepas. Ia melotot galak. "Ck apa sih? Jangan aneh-aneh deh." Lisa lantas pergi dari sana dengan terburu-buru sebelum suaminya itu berhasil mencekal tangannya kembali.

Jungkook mendesah lemah. "Padahal cuman mau minta morning kiss aja susah banget." Ia masuk ke dalam kamar utama dengan lesu.

" Ia masuk ke dalam kamar utama dengan lesu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Garis Takdir | Lizkook ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang