🌼 41

785 100 31
                                    

"Kalo niat ke sini cuman buat maen hape doang, mending gak usah ke sini aja sekalian. Aku bisa sendiri!"

Kalimat sarkas penuh dengan sindiran Lisa lontarkan untuk sang suami yang sedari tadi terus memainkan ponselnya di sofa. Entah apa yang tengah suaminya itu lakukan, Lisa tidak tahu, tapi apa yang dilakukan oleh suaminya itu sungguh membuat Lisa cengah. Bayangkan saja dari sejak datang ke ruangan ini--lima belas menit yang lalu, Jungkook terus sibuk dengan ponselnya sendiri, dan terkesan mengabaikannya. Istri mana coba yang tidak kesal?

Menyimpan ponselnya ke dalam saku celana, Jungkook beranjak mendekati sang istri, ia baru menyadari kekesalan sang istri. "Maaf, tadi Ayah cuman ngabarin Luna kalo kita gak pulang."

Lisa mendecih dan membuang pandang ke arah lain. Ia masih malas melihat wajah suaminya itu. Bertambah malas lagi saat tahu bahwa sedari tadi Jungkook sibuk dengan ponselnya karena bertukar pesan dengan istri mudanya.

"Bunda ada butuh sesuatu? Biar Ayah bantu."

"Gak ada! Udah sana maen hape aja lagi. Kirim-kiriman pesan terus sama istri muda." Lisa membelakangi tempat di mana Jungkook berdiri. Wanita itu menarik selimutnya dan memejamkan mata. Tidak memerdulikan keberadaan Jungkook. Wanita itu ingin balas dendam karena Jungkook juga tadi tidak memerdulikan dirinya.

Omong-omong di ruangan itu sekarang hanya tersisa Lisa dan Jungkook saja. Semuanya sudah pulang dari setengah jam yang lalu, begitu juga dengan Sienna yang ikut pulang bersama Soraya. Awalnya Sienna tidak mau ikut pulang, gadis kecil itu bersikeras ingin menginap di rumah sakit, katanya ingin menemani bundanya. Tapi tentu saja Jungkook dan Lisa melarang, bagaimanapun keduanya tahu kalau rumah sakit kurang bagus untuk anak kecil. Dengan segala bujuk rayu, akhirnya gadis itu mau ikut pulang bersama Soraya.

Jungkook mendengus, istrinya ini masih saja menyimpan amarah padanya. Tidak ingin berdebat karena hari sudah sangat larut, laki-laki itu memutuskan untuk kembali duduk di sofa yang sudah tersedia dan mengecek kembali ponselnya. Ternyata masih tidak ada pesan balasan dari Aluna di sana padahal sudah sedari tadi Jungkook mengirimkan pesannya.

Jungkook hanya ingin bersikap adil dan terbuka, bagaimanapun Aluna adalah istrinya juga. Sudah sepatutnya gadis itu mengetahui keberadaannya.

Lagipula Jungkook takut Aluna bertanya-tanya mengenai dirinya, Lisa, dan Sienna yang tidak pulang ke rumah hari ini, sekaligus memberitahu bahwa Lisa mengalami kecelakaan dan meminta pengertiannya karena lagi-lagi Jungkook tidak menepati janjinya untuk bersikap adil. Yah, meski kemarin ia juga sudah meminta izin untuk bersama dengan Lisa sampai istrinya yang tengah hamil itu kondisinya membaik.

"Mau ke mana kamu, Bun?" Atensi Jungkook teralih pada Lisa yang kini tengah menyampirkan selimutnya dan sedikit demi sedikit bergeser--hendak turun dari brankar.

"Mau ke kamar mandi." Lisa membalas dengan ketus.

"Biar Ayah bantu, ya?" Tawar Jungkook sembari berdiri mendekat.

"Gak usah aku bisa sendiri!" Tolaknya.

Jungkook tidak langsung berinisiatif untuk membantu Lisa, lelaki itu berdiam diri sejenak dan memehatikan istrinya yang tengah kesusahan untuk turun. Sengaja ingin tahu sampai di mana istrinya itu mempertahankan keras kepalanya.

Namun tidak sampai satu menit, Jungkook beranjak berdiri. Ia mendengus samar seraya mendekati sang istri. "Kamu itu perlu bantuan, Bun. Jangan keras kepala."

"Aku bisa sendiri!" Lisa tetap bersikukuh menolak, ia sangat kesal dan tidak mau disentuh oleh suaminya.

"Yaudah coba aja kalo bisa," tantang Jungkook.

Jungkook berdiri tepat di depan Lisa yang masih berusaha untuk turun dari ranjang, dengan tangan yang di lipat di depan dada.

"Ahh ..." Lisa berhasil turun, namun tiba-tiba perutnya terasa ngilu. Wanita itu memegangi perutnya dengan tangan kanan sementara tangan kirinya memegang botol infus. Wanita itu tampak meringis kesakitan.

Sigap, Jungkook menaruh ponsel di tangannya ke atas nakas, ia mengambil alih botol infus dan memegangnya tinggi-tinggi.

"Gak usah, aku bisa sendiri!" Lisa menolak bantuan dari sang suami.

"Bisa gimana sih? Sakit 'kan tadi juga? Udah sih Bun jangan ngebantah mulu omongan suami. Ayah bantu aja."

Jungkook memapah Lisa ke kamar mandi, yang untungnya tidak menerima penolakan lagi dari istrinya itu.

Sebetulnya Jennifer sudah memasang kantong urine, tapi Lisa tidak betah dan meminta Jungkook untuk melepasnya, tadi siang. Lisa risih memakai alat itu, merasa jijik saja, meski itu urinenya sendiri.

"Udah sana ke luar!" Usir Lisa begitu sudah sampai di dalam kamar mandi.

"Ayah tungguin aja, sekalian pegangin botol infusnya. Liat nih, kamu kebanyakan gerak darahnya jadi naik." Kata Jungkook.

"Itu 'kan ada gantungan, tinggal gantungin aja di sana. Aku mau kencing ini udah gak tahan."

"Yaudah tinggal kencing aja sih. Ayah juga udah sering lihat kok, ngapain malu?"

"Siapa juga yang malu." Lisa mendelik kesal. "Yaudah terserah!" Masa bodolah mau dilihatin juga, Lisa sudah tidak tahan ingin segera buang air kecil.

Namun baru saja membuka celana dalamnya, mata Lisa membelalak ketika melihat sesuatu di sana. "Aduh ngflek lagi ..."

Sudah pasti Jungkook juga melihatnya, karena sedari tadi pria itu terus memerhatikan sang istri.

"Itu fleknya dari tadi, apa kamu baru sadar?" Tanya Jungkook sembari memerhatikan noda coklat di celana dalam Lisa.

"Baru kayanya soalnya tadi siang gak ada." Jelas Lisa. Wanita itu mendadak jadi khawatir, takut terjadi sesuatu pada kandungannya.

"Yaudah kencing aja dulu, ntar Ayah tanya ke Jenni."

Lisa mengangguk, kali ini ia sama sekali tidak membantah perintah sang suami. Wanita itu segera menuntaskan buang air kecilnya, kemudian bergegas ke ranjang dengan terus dibantu oleh Jungkook.

Lisa cukup khawatir sebenarnya, takut terjadi sesuatu pada kandungannya, apalagi sedari tadi perutnya terus terasa ngilu. Ia jadi menyesal karena telah membantah omongan Jungkook. Apa ini teguran untuknya karena tidak mendengarkan ucapan sang suami? Jika iya, Lisa kapok, ia tidak mau mengulanginya lagi dan ia berjanji akan meminta maaf pada Jungkook setelah ini.

Namun agaknya semesta tidak merestui niat baik Lisa untuk berdamai dengan suaminya. Sebab baru saja Lisa sampai di sisi ranjang, netranya menangkap sesuatu dari ponsel Jungkook yang sebelumnya memang di taruh di atas nakas.

[Aku baik-baik saja, Mas. Kamu juga jangan tidur terlalu malam, ya.]

Itu sederet pesan yang Lisa lihat dari bubles notifikasi pada ponsel Jungkook. Melihat itu seketika musnah sudah niatan yang ingin berbaikan. Amarah Lisa kembali membumbung tinggi.

Lisa menyingkirkan kasar tangan Jungkook yang berada di pundaknya. "Udah! Aku bisa sendiri. Udah sana urus aja istri muda kamu!"

Jungkook mengerut dahi bingung, istrinya ini kenapa hobi sekali marah-marah sih?

Jungkook mengerut dahi bingung, istrinya ini kenapa hobi sekali marah-marah sih?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Garis Takdir | Lizkook ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang