"Oh jadi ini pelakornya? Cih biasa banget, gak ada menarik-nariknya. Dasar bodoh kamu Jungkook! Nikahin dia yang jauh di bawah anak saya."Semua yang ada di sana sontak saja terdiam dan suasanya menjadi canggung karena mendengar ucapan Irene yang seolah tengah membanding-bandingkan kedua istri Jungkook tersebut. Hanya dua anak kecil, Jisa dan Sienna--yang memang tidak mengerti apa-apa. Kedua bocah itu tidak terpengaruh oleh ucapan sang nenek dan malah dengan santainya melenggang masuk ke dalam rumah.
"Ma, jangan bicara begitu." Akhirnya Lisa memberanikan diri untuk bersuara lebih dulu, setelah semuanya hanya diam saja. Lisa hanya merasa ucapan yang dilontarkan oleh mamanya itu sudah terlalu kasar dan sangat menyinggung perasaan Aluna. Bukannya Lisa peduli pada perasaan Aluna, hanya saja sebagai manusia, Lisa masih mempunyai rasa kasihan pada sesama. Apalagi, di sana Aluna langsung menunduk dan matanya juga terlihat berkaca membuat Lisa menjadi iba.
"Loh apa yang Mama bilang itu memang benar kok. Dari fisik saja sudah terlihat, lebih cantik kamu ke mana-mana. Mama bingung deh, kok suami kamu ini kenapa bodoh sekali sih, sudah mendapat berlian eh malah mungut batu krikil seperti dia!"
Serius apa yang ke luar dari belah bibir Irene, sungguh-sungguh sudah sangat keterlalu dan kejam sekali. Aluna benar-benar tidak tahan mendengar makian tersebut, gadis itu lantas bergegas pergi dari sana dan masuk ke kamarnya sendiri.
Jungkook sudah ingin melangkah, jujur ia tidak tega melihat istri keduanya di perlakukan seperti itu, namun sayangnya langkah Jungkook tidak berlanjut, karena sang mama mertua sudah kembali bersuara.
"Kalau kamu kejar dia, sekarang juga saya akan bawa Lisa dan Senna pergi dari sini!"
Jungkook tidak sanggup jika harus berjauhan dengan Lisa dan Sienna, mereka berdua seolah bagian penting dalam tubuhnya, dan Jungkook akan sekarat jika harus kehilangan mereka. Maka sudah jelas, bahwa Jungkook lebih memilih menuruti perkata Irene dan kembali mengabaikan perasaan Aluna.
"Bagus. Sekarang cepat bantu saya papah Lisa ke dalam." Kata Irene.
"Lisa bisa sendiri, Ma." Kata Lisa.
"Jangan membantah Li."
Selama ini memang tidak ada yang berani membantah ucapan Irene, sekalipun itu suaminya sendiri. Wanita paruh baya itu memang di kenal tegas dan sedikit bar-bar, jadi tidak ada yang berani membantahnya.
***
"Sekarang ceritain sama Mama, kenapa kamu bisa sampai kecelakaan kaya gini?"
Irene, Lisa, Jungkook dan Soraya sekarang tengah berada di ruang tamu. Meraka, lebih tepatnya Lisa dan Jungkook tengah ditatar--dimintai penjelasan mengenai kecelakaan yang menimpa Lisa. Sementara Sienna, Jisa dan Raina berada di kamar Sienna. Sebetulnya Raina ingin ikut mendengarkan, tapi mama-nya meminta dirinya untuk menjaga anak-anak bermain.
"Jawab Li, Mama tanya kamu!" Irene tidak sabarnya. Gemas rasanya karena Lisa malah terus diam saja.
"Y-ya Lisa juga gak tahu, Ma. Tiba-tiba ada motor yang lawan arah. Lisa kaget, terus banting stir nabrak pembatas jalan."
Irene mengerutkan keningnya, merasa ada yang janggal dari pemaparan sang putri. "Apa? Apa tadi kamu bilang. Kamu kaget terus banting stir?"
Lisa mengangguk, belum paham dengan reaksi sang mama. Sementara Jungkook sudah ketar-ketir di tempatnya. Ia lebih peka dan dapat membaca apa yang akan terjadi beberapa saat lagi. Kalau Soraya, ia hanya diam saja, tidak mau banyak bersuara, karena takut salah bicara dan malah membuat semua menjadi lebih rumit.
"Berarti kamu bawa mobil sendiri?"
Dan di sinilah, Lisa baru tersadar dan menyadari kesalahannya, wanita itu sontak melebarkan matanya. Namun sayang, semuanya sudah terlambat, ia tidak bisa menarik ucapannya lagi. Di sana Lisa melirik ke arah Jungkook yang kini tengah menggelengkan kepala dan memijat pangkal hidungnya. Lisa merasa bersalah, karena pasti sebentar lagi suaminya itu akan mendapat kemarahan dari sang mama.
"Ma, tadi Lisa--"
"Jungkook!" Ucapan Lisa terpotong karena Irene memanggil nama suaminya dengan keras dan tegas.
Jungkook hanya dapat menghela napas kasar. Yah, mau bagaimana lagi sudah menjadi risikonya mempunyai mertua galak. Huh untuk saja anaknya cantik.
"Iya, Ma." Balas Jungkook pasrah. Ia terima saja jika ia harus dimarahi habis-habisan asalkan satu, jangan memisahkan dirinya dengan istri dan anaknya.
"Kamu ngizinin Lisa bawa mobil sendiri saat lagi hamil muda begini?"
"Ma ... Suamiku udah larang, tapi aku-nya yang gak bisa dibilangin." Lisa yang menjawab. Ia tidak tega melihat suaminya dimarahi atas kesalahannya.
"Diam kamu, Li. Mama tanya sama suami kamu, bukan sama kamu." Kata Irene. Kemudian berucap lagi namun sekarang kalimatnya ditujukkan pada Jungkook. "Kenapa kamu tetap ngbiarin Lisa bawa mobil? Kamu bener-bener berbeda Jung. Saat dulu Lisa hamil Senna, kamu selalu protect dia, tapi kenapa sekarang enggak? Kamu sudah gak cinta sama anak saya lagi? Apa kamu terlalu sibuk dengan istri kedua kamu?"
"Gak gitu Ma, Jungkook sudah larang Lisa tapi dia--"
"Seharusnya kamu bisa lebih tegas lagi dong! Kaya waktu Lisa hamil Sienna. Mama jadi berpikir, apa jangan-jangan sebenarnya kamu gak menginginkan kehamilan kedua Lisa? Dan sebenarnya yang kamu mau itu, istri kedua kamu yang hamil?"
"Enggak Ma. Justru Jungkook dan Lisa sudah rencanain punya anak kedua ini sebelum Jungkook menikahi Aluna." Kata Jungkook dan memang begitulah faktanya.
"Tapi kenapa sikap kamu berubah? kamu tidak seperhatian dulu sama Lisa sampai-sampai anak saya harus mengalami kecelakaan seperti ini. Sudah saya beritahu, kalau kamu memang sudah tidak mencintai anak saya lagi, kembalikan dia, dengan senang hati saya akan menerimanya."
"Tapi Jungkook masih sangat mencintai Lisa, Ma. Dan sampai kapanpun rasa cinta Jungkook ke Lisa tidak akan berubah meski sekarang sudah ada Aluna."
Irene mendecih. "Apa buktinya kalau kamu benar-benar masih mencintai anak saya?"
Lama Jungkook terdiam. Jungkook diam bukannya ia ragu akan cintanya pada Lisa. Jungkook terdiam karena ia bingung harus dengan cara apa ia membuktikannya, karena sudah pasti apapun yang ia katakan tidak akan begitu saja diterima oleh mama mertuanya.
"Lama! Sudahlah. Saya akan memberikan kamu kesempatan. Perlakukan Lisa dengan sebaik mungkin, jika sampai hal seperti terulang kembali, saya tidak akan segan-segan untuk membawa Lisa dan cucu saya pergi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir | Lizkook ✓
Romance[M] Manusia hanya mampu berencana--merancang sedemikian rupa agar hidupnya dapat berjalan dengan sempurna. Tapi kau tahu? Semua itu akan terkesan sia-sia jika Tuhan telah menetapkan garis takdirnya. Karena sejatinya rencana Tuhanlah yang lebih inda...