🌼 48

748 92 43
                                    

"Ayah, Bunda. Tante Luna ini tidak punya rumah ya? Kok menginap terus di rumah Senna sih?"

Hening.

Semuanya terdiam dan atmosfer-nya berubah canggung.

Tidak ada yang memprediksi bahwa kalimat tersebut akan terlontar dari bibir mungil anak kecil seperti Sienna.

Sampai dalam beberapa saat masih belum ada yang bereaksi apapun. Lisa dan Jungkook selaku orang tua pun hanya bisa terdiam saja. Keduanya tidak bisa serta-merta menegur apalagi memarahi Sienna, karena putrinya itu masih kecil dan polos. Sienna pasti belum mengerti apa yang diucapkannya itu akan menyakiti hati orang lain.

"Tante Luna kasian ya, Bun? Ayah?" Sienna berceloteh lagi.

Tapi kali ini, Lisa mencoba menanggapi. Ia khawatir anaknya itu akan terus berbicara hal macam-macam. Maklum, Sienna memang agak cerewet anaknya. "Sayang, gak boleh ngomong begitu. Tante Luna punya rumah kok." Ucap Lisa.

"Kalo punya rumah kenapa kok tinggal di sini terus?" Sienna bertanya lagi. Selain cerewet, Sienna juga memiliki tingkat keingintahuan yang tinggi. Semakin ditanggapi malah akan semakin banyak pertanyaan yang terlontar. Lisa melirik pada sang suami, bermaksud untuk meminta bantuan.

Jungkook tanggap mengerti, namun begitu, jungkook bingung harus menjelaskan bagaimana pada putrinya.

Sedang pusing memikirkan caranya, Aluna kemudian membuka suara lebih dulu. "Tante Luna memang punya rumah. Tapi rumah Tante sangat sepi, tidak seperti rumah Senna yang ramai. Makanya Tante suka tinggal di sini."

"Kalo gitu kenapa Tante gak minta adik saja sama Papa dan Mamanya Tante? Senna juga kesepian, tapi Senna langsung minta adik ke Bunda dan Ayah. Tadi Senna juga minta lagi. Iya 'kan Bun, Yah?"

"Sayang, jangan bilang begitu." Akhirnya Lisa menegur. Ia merasa tidak enak, apalagi menemukan raut wajah Aluna yang semakin pias.

"Emangnya kenapa? Senna 'kan cuman nanya Bunda,"

"Iya tapi jangan bilang gitu, gak sopan sayang." Lisa beralih pada Aluna. "Maaf ya Luna. Senna belum mengerti, tolong jangan dimasukan ke hati."

Tak di sangka, Aluna malah tersenyum meski hanya satu garis. "Gak apa-apa Kak, aku maklum." Kemudian melanjutkan setelah sempat menghirup napas dalam. "Orang tua Tante sudah tua, mereka tidak bisa kasih Tante adik lagi. lagian kedua orang tua Tante juga sibuk. Maaf ya, kalo keberadaan Tante selama ini membuat Senna bingung. Tante di sini hanya, agar Tante tidak kesepian."

Setelah mengatakan kalimat itu, Aluna berdiri dari duduknya. Ia melanjutkan. "Maaf ya, Kak, Mas, aku sudah mengganggu kalian. Lebih baik aku ke kamar saja. Sekali lagi, maaf." Tidak menunggu tanggapan dari Jungkook ataupun Lisa, dengan cepat Aluna bergerak ke kamarnya.

Di sana Lisa dan Jungkook, saling tatap tidak enak. Sementara Sienna sama sekali tidak berpengaruh dengan ucapan Aluna, karena bocah itu memang tidak mengerti.

"Yah," panggilan Lisa.

Jungkook tahu Lisa pasti merasa tidak enak, begitupun dengan dirinya. Namun sekali lagi keduanya tidak bisa begitu saja menyalahkan Sienna.

"Ayah gak susul dia?" Tanya Lisa lagi, karena suaminya hanya diam saja, tidak melakukan apa-apa.

Walaupun Lisa sangat tidak menyukai Aluna, tapi melihatnya yang seperti itu membuat Lisa merasa kasihan. Di tambah lagi, sejak kehadiran Aluna, tidak ada perubahan yang signifikan pada rumah tangganya. Malah saat Lisa hamil, justru suaminya itu semakin perhatian padanya.

Tidak seperti kebanyakan pernikahan poligami yang Lisa ketahui--yang di mana si suami pasti lebih mencintai dan mengutamakan istri kedua. Poligami yang dilakukan oleh Jungkook sama sekali tidak begitu. Justru Lisa malah merasakan Jungkook semakin mencintai dirinya.

Entah mengapa mendengar ungkapan hati Aluna yang kesepian, untuk pertama kalinya membuat Lisa menjadi semakin kasihan. Mungkin saja benar, Aluna bersikeras ingin menikah dengan suaminya, karena gadis itu tidak ingin kesepian saja.

Lisa juga ingat akan penyakit yang di derita gadis itu. Rasa iba di hati Lisa semakin membesar. Ia bertanya-tanya pada diri sendiri. Apakah mulai hari ini, Lisa harus mencoba mengikhlaskan berbagi suami? membiarkan suaminya memberikan perhatian pada Aluna, seperti yang selama ini Jungkook lakukan padanya? Lisa berpikir keras.

Hal seperti itu, tidak bisa diputuskan dengan terburu-buru mengingat dampak yang akan ditimbulkan tidak main-main. Agaknya Lisa harus memikirkannya lagi.

Maka ketika Jungkook menjawab. "Nanti saja. Kasih dia waktu untuk sendiri." Lisa tidak berusaha untuk membujuk suaminya.

***

Sekarang waktunya makan malam, semua makanan sudah tersaji di atas meja, pun dengan orang-orang yang akan menyantapnya.

Namun masih ada yang kurang, karena di sana hanya ada tiga presensi saja, sedangkan penghuni rumah itu berjumlah empat orang.

Kau pasti sudah bisa menebak, siapa yang belum ada 'kan? Ya, benar, Aluna. Dari siang tadi, gadis itu tidak ke luar dari kamarnya sama sekali.

"Ayah panggil Luna dulu ya, Bun? Biar kita makan sama-sama."

Jungkook baru saja akan berdiri, namun Lisa mencegahnya.

Ia membalas. "Biar Bunda aja yang panggil, Yah."

Jungkook sedikit terkesiap, pasalnya baru kali ini Lisa mau berinteraksi lebih dulu dengan Aluna, padahal sebelumnya jika Jungkook berbicara sedikit saja tentang Aluna, Lisa akan langsung marah. Tapi kali ini, Lisa sendiri yang menawarkan diri. Ini suatu kemajuan yang bagus, dan Jungkook senang. Sebagai suami yang mempunyai dua istri, sudah pasti Jungkook ingin istri-istrinya akur.

Jungkook lantas mengangguk, dan membiarkan sang istri pertamanya memanggil istri keduanya.

Sepanjang hari ini, Lisa sudah memikirkan masak-masak, dan ia sudah memutuskan untuk belajar menerima semuanya.

Lisa berharap semoga pilihannya ini benar, dan ia tidak akan menyesal dikemudian hari.

Setelah sampai di depan kamar Aluna, Lisa lantas mengetuk pintunya. "Luna, sudah waktunya makan malam. Kita makan bersama."

Satu kali, dua kali, Lisa melakukan hal tersebut tapi sama sekali tidak ada jawaban. Lisa juga sudah mencoba membuka pintunya, tapi sayangnya terkunci.

Tiba-tiba saja, perasaan Lisa menjadi tidak enak. Entah mengapa ia mengkhawatirkan madunya itu. Tidak ingin membuang-buang waktu karena takut terjadi sesuatu, Lisa lantas memanggil Jungkook.

"Yah ... Ke sini, Yah!"

Tak lama, Jungkook datang menghampiri. Ia bertanya. "Kenapa Bun? Mana Luna-nya."

"Dari tadi Bunda udah panggil-panggil tadi gak di jawab. Pintunya juga dikunci. Bunda takut terjadi sesuatu yah." Jawab Lisa, wajahnya tampak khawatir.

Jungkook lalu mencoba menggedor dan berusaha membukanya, namun benar kata Lisa, pintunya terkunci. "Lun, buka Luna. Kamu gak kenapa-kenapa 'kan? Maaf kalo saya banyak salah. Tapi tolong buka pintunya." Terus Jungkook melakukan hal tersebut. Tapi seperti Lisa tadi, tidak ada jawaban sama sekali dari Aluna.

"Ayah coba dobrak ajak pintunya." Usul Lisa.

Jungkook mengangguk dan saat itu juga, Jungkook mengambil langkah mundur untuk ancang-ancang, dalam tiga kali percobaan, akhirnya ia berhasil mendobrak pintu tersebut.

Namun alangkah terkejutnya Jungkook dan Lisa, ketika sepasang mata mereka menangkap tubuh Aluna yang tergeletak di lantai dengan hidung yang mengeluarkan darah.

"Aluna ..."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Garis Takdir | Lizkook ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang