Akashi memasuki rumahnya dengan tenang, hari itu suasana rumah lumayan sepi karena Ayah dan ibu tirinya tengah menikmati bulan madu berduaan di paris usai menugaskan assitennya untuk mempersiapkan Kamp Pelatihan Musim Panas yang akan diadakan lusa oleh kedua anak-anaknya itu. Dan saat ini, Akashi sendiri sengaja pulang lebih cepat dari Kafe untuk mempersiapkan barang bawaan yang akan dibawanya pada saat Kamp Pelatihan nanti.
Memang sih Akashi memiliki banyak pelayan yang bisa saja menggantikan tugasnya untuk membereskan barang bawaan, tapi sepertinya untuk kali ini ia hanya ingin melakukannya sendiri. Hal ini semata-mata karena ia adalah orang yang sangat teliti, jadi ia tak mau sampai ada satupun barang yang tertinggal kalau di bereskan oleh orang lain.
"Selamat datang kembali, Tuan Muda." Berbagai seruan sopan dari para pelayan yang melihat kedatangan Akashi, tak membuat Akashi merasa terganggu. Hal ini jelas terjadi karena ia memang selalu mendapatkan perlakuan istimewa sejak kecil setiapkali ia berjalan diarea rumahnya.
"Saya sudah membuatkan hidangan cemilan untuk Tuan Muda, apa Tuan Muda ingin mencicipinya sekarang?" tanya salah satu Pelayan yang menjadi juru masak di Rumah Akashi. Memang biasanya cemilan adalah hidangan wajib yang diharuskan ada setiap sore berdasarkan peraturan keluarga Akashi, meski sekalipun tak ada yang menyentuh hidangan tersebut akhir-akhir ini. Bahkan, Akashi sendiri hampir tidak pernah memakan hidangan cemilan tersebut karena jadwal latihannya yang padat selama ini dan Ayahnya sendiri bukanlah orang yang akan keluar dari ruangan bila belum usai menyelesaikan tumpukan berkas bisnisnya. Selama ini kehidupan rumah itu benar-benar tampak menyuramkan, pantas saja Akashi selalu merasa kesepian dalam kesendiriannya sebagai anak tunggal, ia juga bukan tipe orang yang diijinkan bergaul secara bebas Karena beban yang dilimpahkan oleh Ayahnya untuk membuatnya menjadi orang yang sempurna dan bisa melakukan segalanya. Makanya saat ini, ia merasa terasa canggung melihat perubahan yang terjadi dari sang Ayah. Bahkan ia tampak tak suka mendapati Ayahnya memberikan kebebasan kepada Ushijima dan dirinya yang sekarang, ia merasa semua waktu yang terbuang selama ini benar-benar terasa menyakitkan. Dan semua kesempurnaan yang berusaha diraihnya selama ini juga tak berarti apa-apa lagi sekarang. Padahal jika diingat-ingat, ia hampir merasa gila untuk memenuhi semua keinginan sang Ayah dan terpaksa bersembunyi dalam kegelapan dari dirinya yang lain.
"Aku sedang tidak lapar, " ucap Akashi yang menolak hidangan tersebut, sebelum akhirnya ia berjalan melewati koridor ruangan yang dihiasi oleh aksesoris mewah dengan harga jual yang bernilai milik Ayahnya.
Hingga langkah kakinya terhenti tatkala saat ia berpapasan langsung oleh Ushijima yang berjalan berlawanan arah dengannya, sepertinya Ushijima ingin segera pergi hari ini dengan penampilan seragam Olahraga kebanggaan sekolahnya.
"Aku sudah mendengar semua hal tentangmu, Akashi!" beritahu Ushijima.
Akashi tersenyum, "Aku sama sekali tak terkejut, sudah kuduga kalau kau akan mencari informasi tentangku."
"Jelas saja semua orang mengenalmu, kau baru saja dikalahkan oleh anggotamu sendiri. Atau lebih tepatnya, sekolah unggulan seperti Rakuzan dikalahkan oleh SMA baru seperti Seirin dalam kejuaraan Winter Cup lalu. Apa tak ada bibit unggul disekolahmu atau memang kepemimpinanmu yang sangat berantakan, Kapten Akashi Seijuro?" tanya Ushijima yang benar-benar menusuk hati.
"Ternyata Informasi seperti itu yang kau cari, Ushijima-San. Kau benar, aku memang dikalahkan oleh Kuroko Tetsuya dan Kagami Taiga, tapi karena itulah aku mulai mendapatkan banyak hal yang selama ini tak pernah kumiliki. Lagian tak selamanya kegagalan itu membuatmu pantas menilaiku sebagai Kapten yang buruk ataupun menganggap Rakuzan tak memiliki bibit unggul sedikitpun," ucap Akashi seraya tegas, tapi terasa sangat tenang kali ini.
"Terlepas dari penilaianku padamu, kau memang baru saja mengatakan hal yang benar, tapi jangan terlalu naif. Kau pikir aku tak muak mendengarkan fakta kalau kau seenaknya memimpin para senior, itu bukan suatu hal yang baik untuk junior sepertimu." Ushijima menyampaikan apa yang memang dipikirannya dengan lugas, ia memang sangat menjunjung tinggi senioritas yang berlaku dalam sebuah organisasi.
"Kau bisa melihatku dalam kamp pelatihan nanti, kalau memang kau tak bisa mempercayaiku sama sekali." Akashi menghela nafas panjang, rasanya terlalu lelah berbicara dengan Ushijima.
"Aku tak menjamin punya waktu untuk melihatmu, sebab tak ada satupun yang menarik perhatianku selain bermain Voli." Ushijima kembali menggerakkan kakinya untuk maju kedepan, ia melewati Akashi begitu saja tanpa menoleh sedikitpun pada sang adik.
"Mau taruhan denganku, Ushijima-San?" tanya Akashi tanpa menoleh sedikitpun kepada Ushijima yang ada di belakangnya.
"Kau terlalu naif, Memangnya apa yang ingin kau jadikan taruhan? Kita adalah atlit yang berada di cabang olahraga berbeda," ucap Ushijima yang sangat menolak hal tersebut.
Akashi tersenyum, "Ternyata benar sekali, kau terlalu tertarik pada Voli sampai membuatmu sulit berpikir jauh." Ledekan tajam yang diberikan Akashi kepada Ushijima, lalu ia terdiam sejenak untuk melanjutkan kembali perkataannya.
"Mungkin, kita bisa taruhan untuk mendapatkan kemenangan terbanyak pada Kamp Pelatihan Musim Panas nanti. Kau bisa berusaha keras dengan Timmu untuk mendapatkan kemenangan terbanyak di bidang Voli sedangkan aku akan memenangkan kemenangan terbanyak di bidang Basket. Lagian jumlah sekolah yang kita undang itu sama, jadi akan sangat adil bila kau ataupun aku melakukan taruhan seperti ini."
Ushijima tertarik dengan apa yang disampaikan Akashi, "Aku terima taruhanmu."
"Baiklah, kalau gitu kuharap kau bisa berusaha lebih keras lagi untuk mengalahkan jumlah kemenanganku Ushijima-San." Akashi tersenyum puas, lalu ia berjalan pergi dari koridor tersebut bersamaan juga dengan Ushijima yang berjalan menuju keluar pintu utama dengan wajahnya yang tampak datar tanpa senyuman tetapi hatinya sangat membara.
***
Sejak sore tadi, Akashi sibuk mengulas kembali mata pelajaran yang ada disekolah semester lalu. Padahal saat ini sedang libur semester, tetapi ia selalu menyibukkan dirinya untuk belajar dan latihan basket bersama teman-temannya.Hingga akhirnya bunyi deringan Video Call dari teman-temannya membuat ia terpaksa menghentikan sejenak kegiatan belajar tersebut tatkala saat ia mengetahui ada panggilan video call dari grup Reguler Basket Rakuzan.
"Ada apa, Senpai?" tanya Akashi.
"Sei-chan, kami baru sadar kalau kita hanya berempat saat ini untuk tim Reguler. Apa kau sudah menemukan Anggota baru untuk diajak dalam Kamp Pelatihan musim panas lusa?" tanya Mibuchi, selaku wakil kapten Tim Rakuzan sekaligus orang yang sangat dekat dengan Akashi.
"Benar, Akashi." Sambung Hayama yang sangat bersemangat seperti biasanya, padahal saat itu ia sedang menyusun pakaian kedalam kopernya.
"Kalian tidak usah khawatir, Aku sudah menemukan orang yang tepat untuk melengkapi Tim kita." Akashi tersenyum dan membuat wajahnya jadi menggemaskan, ia memang adik kelas kesayangan para Senpai nya saat ini.
"Siapa itu, Akashi?" tanya Nebuya yang masih terus mengunyah ramen disalah satu warung, hal ini terbukti dengan banyaknya mangkok ramen yang terlihat jelas diatas meja Nebuya.
"Kalian pasti bakal tahu sendiri nantinya, pokoknya Senpai gak perlu khawatir lagi."
"Baguslah kalau begitu, Sei-chan. Kalau gitu aku tutup ya teleponnya. Selamat malam Sei-chan," ucap Mibuchi.
"Dah, Akashi." Sahut Hayama juga yang langsung mengakhiri semua panggilan telepon. Sementara itu Akashi langsung menghubungi seseorang yang tampaknya akan menjadi pemain baru dalam Tim yang akan dibawanya ke dalam Kamp Pelatihan Musim Panas ini.
***
Wah, kira-kira siapakah orang tersebut?
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
Teen FictionSemua ini berawal dari tragedi yang terjadi dalam program kamp pelatihan musim panas yang diselenggarakan oleh Akashi Masaomi untuk Tim Volly dan Basket kepada Akashi Seijuro yang merupakan putra kandungnya dan Ushijima Wakatoshi yang telah menjadi...