47

88 9 0
                                    

"Aku sudah bersikap manis padamu, aku sudah memanggilmu Oniichan."

"Hufftt.. terserahmu saja, Akashi. Lalu apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya Ushijima.

"Aku hanya ingin mengambil Handphoneku, kembalikan!" pinta Akashi.

Ushijima langsung merogoh saku ranselnya dan memberikan handphone tersebut kepada Akashi, ia tak menyadari ada sedikit retak di handphone Akashi akibat perkelahian sebelumnya.

"Kenapa layar Handphoneku bisa retak?" tanya Akashi.

"Tadi handphonemu terjatuh bersamaan denganku, kalau memang gak senang ya beli baru aja. Biasanya orang kaya sepertimu takkan rugi untuk beli handphone baru," ucap Ushijima yang agak terkontrol perkataannya.

"Kau berkelahi dengan siapa?" tanya Akashi yang malah semakin curiga dengan sikap aneh Ushijima. Belum lagi Ushijima mengatakan apapun untuk menyembunyikan kebenarannya, Akashi langsung membuka histori panggilan dari handphonenya dan mendapati nomor asing yang lupa dibersihkan oleh Ushijima.

"Ini panggilan dari siapa, Ushijima-San?" tanya Akashi, ia mulai kesal dipermainkan seperti ini.

"Panggilan dari penipu," jawab Ushijima yang entah Bagaimana langsung  kepikiran untuk mengatakan hal tersebut.

Namun sepertinya kecurigaan Akashi tak berhenti begitu saja, ia langsung menghubungi nomor tersebut yang sontak saja membuat Ushijima panik dan buru-buru menghampiri Akashi untuk merampas handphonenya.

Bersamaan pula dengan bunyi panggilan yang masih berdering menambah kepanikan Ushijima, sampai tak sengaja ia membanting handphone tersebut ke sudut kamar sampai layarnya terlepas dan mati total.

Jelas saja Akashi langsung kesal, ia melotot tajam kepada Ushijima. Masalahnya kemarahannya ini bukan karena handphone tersebut, melainkan perilaku Ushijima yang jelas sangat kelihatan tengah menyembunyikan sesuatu darinya.

"Berhenti menatapku secara tak sopan, Seijuro!" bentak Ushijima yang  masih bisa merasakan dadanya berdegup kencang karena panik. Lalu ia meletakkan genggaman tangan kanannya keatas kepala Akashi yang memiliki ukuran tubuh jauh lebih pendek darinya.

"Masalah handphonemu akan kuganti, lupakan saja masalah ini dan maaf kalau perbuatanku barusan membuatmu kaget." Ushijima berkali-kali menahan rasa sakit dari bahunya yang tadi agak tergesek.

"Kau benar-benar menyembunyikan sesuatu dariku, Ushijima-San." Akashi menyingkirkan tangan Ushijima dari kepalanya, lalu ia mendongak keatas untuk membalas tatapan Ushijima.

"Apapun yang sedang kau sembunyikan telah melukai harga diriku, kau bersikap seolah-olah aku tak sanggup menyelesaikan masalahku sendiri. Dan siapapun orang yang ada dibalik panggilan itu, kau kelihatan sekali berusaha menjauhiku darinya. Atau jangan-jangan dialah yang menyebabkan kau terluka dua kali?" tanya Akashi tajam.

"Mari lupakan masalah itu, aku hanya berusaha melindungimu. Kau adalah adikku," lirih Ushijima setengah jujur karena merasa ingin sekali mengakhiri perdebatan ini, belum lagi ia masih lemas dan ingin segera beristirahat diranjang.

Akashi tersenyum dibalik sudut bibirnya, ia membuang muka selama beberapa saat dan mengambil kembali handphonenya yang telah rusak.

"Lain kali jangan ikut campur dengan masalahku, aku tak ingin menanggung kebencian siapapun kalau sampai terjadi sesuatu padamu.  Dan untuk luka yang kau terima hari ini maupun beberapa waktu yang lalu, aku takkan meminta maaf ataupun berterimakasih sedikitpun. Sejak awal aku sama sekali tak memintamu menyembunyikan apapun dariku demi melindungiku." Akashi langsung pergi dari kamar, Ushijima hanya bisa tertegun sejenak, sebelum akhirnya kedua kakinya tumbang yang membuat ia terduduk di lantai kamar.

Keringat mulai bercucuran di sekujur tubuhnya, padahal saat itu suhu ruangan cukup sejuk dan tak semudah itu ia bisa berkeringat. Namun, rasa sakit yang diterimanya dari perkelahian hari ini menyebabkan keringat masih terus mengucur dan membuat Ushijima merasa kelelahan.

Berbeda halnya Dengan Akashi yang masih sangat kesal dan tak menghiraukan beberapa sapaan hangat dari para pelayan, ia bahkan melewati keberadaan ibu tirinya yang tengah memanggil namanya. Kebetulan malam ini Tuan Masaomi ada kesibukkan diluar kota yang menyebabkan dirinya harus absen pada makan malam keluarga dan meninggalkan anak dan istrinya di rumah.

Memang sih Akashi sudah janji sebelumnya untuk bersikap baik kepada Nyonya Ushijima dan menemani Ushijima dan ibu tirinya makan malam saat sarapan pagi tadi. Akan tetapi, kemarahannya kali ini membuatnya sulit berpikir dan terus berjalan menuju halaman depan rumah.

"Segera siapkan mobil, Pak!" perintah Akashi kepada salah seorang pelayannya yang kebetulan tengah berbincang dengan satpam keamanan.

Dan selagi Akashi sedang menunggu supirnya datang membawa mobil, ia masih tetap berdiri didepan rumah sampai nyonya Ushijima datang dengan sedikit kekhawatiran.

"Seijuro, kamu mau kemana? Ada apa, nak?" tanya Nyonya Ushijima.

Akashi masih terus mengacuhkan ibu tirinya itu, ia berkali-kali mencengkram keras handphone yang ada ditangan kanannya. Akan tetapi, Nyonya Ushijima terus-menerus mendekatkan diri dan bertanya penuh kekhawatiran seolah-olah berusaha menjadi ibu pengganti untuk Akashi sampai membuat Akashi menjadi muak.

"Singkirkan tangan anda dari saya sekarang!" celutuk Akashi yang menoleh tajam kepada nyonya Ushijima.

Jelas saja wanita itu menjadi kaget dan sedikit melangkah mundur menjauhi Akashi. Dan secara lembut ia bertanya kembali kepada Akashi, "Apa Mama buat salah denganmu, nak?"

"Berhenti bersikap berlebihan kepadaku, kau benar-benar melukai harga diriku. Kau pikir selama ini aku kekurangan sosok seorang ibu, makanya kau bersikap baik seperti ini? Berhenti memikul tanggung jawab penuh untuk menggantikan peran ibu didalam kehidupanku, kau tidak seharusnya mengkhawatirkanku secara berlebihan."

Perkataan Akashi benar-benar sudah keterlaluan, ia sampai membuat Nyonya Ushijima menatap tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya dari anak tirinya itu.

"Orang yang seharusnya kau khawatirkan adalah anak kandungmu sendiri, ia telah terluka parah karena berkelahi dengan alasan ingin melindungiku. Jadi, lebih baik lakukan peranmu sebagai seorang ibu terhadap anak kandungmu dahulu sebelum padaku! Aku sudah mendapatkan banyak kasih sayang dari mendiang ibuku, kau tidak perlu khawatir." Akashi masih memperlihatkan tatapan matanya yang penuh ledakan kemarahan. Bersamaan pula dengan suara roda mobil yang datang menjemput Akashi.

"Ibu dan anak sama-sama merepotkan," gumam Akashi sebelum akhirnya naik kedalam mobil dan meminta supirnya untuk mengantarnya ke toko terdekat yang bisa memperbaiki handphonenya.

Bukan karena ia tak sanggup beli handphone baru, melainkan ia ingin mengetahui siapa orang yang ada dibalik nomor misterius itu. Rencananya ia akan membalas kembali perbuatan orang tersebut yang telah berani-beraninya berurusan dengan dirinya dan melukai Ushijima.

Meskipun ia masih kesal dengan Ushijima yang telah melukai harga dirinya, tapi ia sangatlah menghormati Ushijima. Dan ia bersungguh-sungguh akan membalas semua luka yang diterima Ushijima dan melampiaskan kebencian dan kemarahannya terhadap Ushijima kepada orang misterius itu.

"Tuan muda, ada panggilan telepon dari tuan Masaomi!" beritahu sang Supir ditengah perjalanan.

"Tidak usah angkat, biar nanti aku yang menanggung semua kemarahan Papa. Anda tidak perlu khawatir," pinta Akashi yang masih terus memejamkan matanya dan berusaha menenangkan kemarahannya. Dan ini adalah kali pertama ia menolak panggilan dari Tuan Masaomi, ia benar-benar telah kehabisan kesabaran dan berada di titik paling gelap diantara kegelapan yang sebelumnya pernah ia jelajahi.

Bukan karena ketakutan akibat kekalahan dan perasaan takut tidak dihargai seperti sebelumnya, melainkan kali ini ia memutuskan untuk kembali kedalam kegelapan karena alasan lain yang sulit sekali untuk bisa didefinisikan. Perasaan bimbang atas keraguan terhadap pengorbanan dan kekhawatiran orang lain terhadapnya, harga diri yang terluka karena merasa dibohongi, serta ketidaksukaan dirinya dengan sikap orang lain yang berusaha mencampuri urusannya dan menganggap dirinya tak mampu menyelesaikan masalah sendiri.  Mungkin ketiganya lah yang menjadi pemicu Akashi memutuskan untuk kembali menyusuri ruang gelap itu sekali lagi.

***
Apa yang terjadi pada Akashi? Jangan lupa ditunggu update selanjutnya

STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang