19

176 13 3
                                    

Akashi memutuskan untuk membuat pertemuan dengan para anggota Kiseki no sedai hari ini, ia bermaksud ingin mengabari mereka kalau saat ini dirinya sudah baik-baik saja. Dan sepertinya, undangan pertemuannya itu disambut hangat oleh para teman-temannya yang rela izin tidak hadir latihan hanya untuk menghampiri Akashi Seijuro di lapangan basket yang tak jauh dari SMP Teiko.

Dan seperti biasanya, Akashi adalah orang terakhir yang tiba di sana meski awalnya dia duluan yang mengundang mereka. Dengan tenang, Akashi menghampiri kerumunan teman-temannya itu tanpa merasa bersalah sambil tersenyum ramah. Setidaknya keramahan Akashi salah satu hal yang masih sangat dihormati oleh teman-temannya.

Terkecuali Kagami dan Aomine yang sontak berdiri kesal, bukan hanya karena terlalu lama menunggu Akashi tetapi mereka juga merasa marah kepada Akashi yang mengurung diri selama beberapa Minggu ini tanpa kabar.

"Kau selalu saja lama seperti biasanya, Akashi. Kau tahu, kami sampai rela bolos latihan demi mu!" beritahu Aomine yang malah lebih terkesan keluhan.

"Hei, Akashi! Kau kemana saja selama ini? Bisa-bisanya kau meninggalkan Kamp latihan dan bersembunyi di Rumah mewahmu itu, padahal kau loh yang mengundang kami." Kagami ikut menimpali keluhan Aomine.

Anehnya Akashi sama sekali tidak mengamuk, ia malah tersenyum sambil meneteskan air mata untuk kali pertama dihadapan teman-temannya. Entah kenapa, ia bisa merasakan kehangatan dari pertemanan yang ia ukir bersama para anggota Vorpal Sword ataupun Kiseki no sedai.

Kise yang tak pernah melihat Akashi menangis, jelas saja menjadi terkejut. Bahkan Midorima merasa malu melihat Kaptennya itu meneteskan air mata, sampai membuat Takao tersenyum melihat eksperimen wajah Midorima.

"Akashi...." Kise menepuk bahu Akashi, ia sangat menghormati Akashi sebagai orang yang sangat diakuinya setelah Aomine.

Akashi menghapus air matanya, ia menghela nafas panjang sejenak dan mulai bersikap seperti dirinya yang selama ini dikenal oleh teman-temannya itu. Ia tak mau terlalu lama menunjukkan sisi lemahnya itu, sebab ia tahu mereka tak terlalu terbiasa dengan kepribadiannya tersebut.

"Maafkan aku, kupikir aku terlalu terbawa suasana." Akashi tersenyum.

"Ah iya, jadi siapa yang kemarin memenangkan kamp pelatihan musim panas?" tanya Akashi.

"Tim ku, Akashi. Ya, walaupun kami kesulitan melawan Rakuzan." Aomine membuang pandangannya, ia terlalu malas buat mengakui kehebatan orang lain.

"Bagaimana dengan kalian kuroko, Kagami?" tanya Akashi.

"Kami juara tiga , Akashi. Soalnya kami sedikit kesulitan mengalahkan Kise dan Midorima yang bersamaan mengambil juara Runner-up." Kuroko menjelaskan secara terang-terangan.

"Jadi, intinya Tim Murasakibara yang terakhir?" tanya Akashi.

"Iya, soalnya Murasakibara tidak ikut pertandingan, katanya Ia terlalu lelah untuk bermain dan tak ada Akashi juga rasanya pertandingan tidak seru." Kuroko kembali berbicara mewakili Murasakibara yang lebih sibuk mengunyah snacknya.

"Benar begitu, Murasakibara?" tanya Akashi.

"Tatsuya tidak mempersalahkannya kok, Akashi. Lagian itu cuman latihan kamp doang, bukan pertandingan resmi." Murasakibara mencari pembelaan diri, Akashi juga tak mau memperpanjang masalah jadi dia membiarkan Murasakibara lolos kali ini.

"Ya sudah , kalau memang begitu. Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Akashi.

"Bermain Basket?" tanya Aomine.

"Boleh saja, tapi aku tidak bisa ikut bertanding bareng kalian kali ini."

"Kenapa, Akashi-kun?" tanya kuroko.

"Aku baru selesai tanding dengan anggota Rakuzan lain tadi dan aku menyadari ada beberapa kemampuanku yang belum optimal kembali, aku tak mau mengecewakan kalian dan aku juga gak mau kalian menyadari kekuranganku. Jadi , kupikir untuk latihan sendirian saja beberapa waktu belakangan ini untuk bisa tampil prima kembali." Akashi tersenyum.

"Ya, kami mengerti. Kami juga bakal menunggumu untuk tampil kembali di pertandingan Nasional dengan prima dan optimal." Kagami tampak penuh percaya diri mengatakannya.

"Pasti, aku berharap bisa bertanding kembali dengan kalian semua." Ucap Akashi, disaat yang bersamaan terdengar langkah kaki seseorang yang menghampiri mereka dengan wajah penuh lebam dan pakaian seragam Basket Teiko yang tampak lusuh.

Orang tersebut langsung bersembunyi dibalik badan Murasakibara yang tampak besar, matanya terlihat penuh ketakutan dan gerak-gerik tubuhnya tengah bersembunyi dari sesuatu yang menyeramkan.

Tak beberapa lama, beberapa kerumunan orang asing dengan seragam sekolah Akademi Shiratorizawa menghampiri mereka. Namun, tak ada sekalipun rasa takut dari wajah junior itu terhadap kerumunan Anggota Vorpal Sword yang membuat Aomine dan kagami geram.

"Apa yang kalian lakukan terhadapnya? Kalian pikir kekerasan adalah hal yang benar," ucap Kuroko yang tak senang melihat adik kelasnya diperlakukan tidak baik seperti itu, apalagi saat ini ia adalah alumni dari sekolah Teiko.

"Hei anak SMA! Kalian gak perlu ikut campur urusan kami, biar kami habisin dulu anak SMP Teiko bermulut besar ini."

"Wah, ngajak ribut nih orang." Kagami berdiri didepan, ia memang bukan alumni Teiko tapi dirinya cukup geram diremehkan oleh anak SMP dari Shiratorizawa tersebut.

Untungnya, Kuroko secara cekatan memukul perut Kagami supaya dirinya tenang meskipun menjadi bahan tertawaan anak SMP Shiratorizawa.

"Tenanglah, Kagami-kun. Kau ini tak boleh bermain kekerasan kepada mereka, apalagi mereka masih anak SMP. " Kuroko menasehati Kagami.

"Tapi mereka sudah memukul Junior mu dan bersikap tidak sopan pada kita, Kuroko."

"Aku tahu, Kagami. Tapi tidak semuanya harus dilakukan secara kekerasan. Aku juga sama kesalnya denganmu, bahkan Akashi-kun dan yang lainnya juga sangat kesal tetapi mereka tetap menahan diri saat ini." Kagami dan Kuroko saling beradu pandang usai melihat raut wajah mencekam dari teman-temannya yang lain, termasuk juga Takao yang ikut kesal saat itu.

"Hei, Kagami! Kau harus mendengar Tetsuya kali ini, kita tidak boleh seenaknya memukul mereka. Walaupun aku jauh lebih kesal darimu, karena secara tak langsung mereka sudah menginjak-injak SMP ku dulu." Aomine menepuk bahu Kagami dengan tatapan mencekam, kini Kagami bisa mengerti kalau tenang adalah satu-satunya sikap yang jauh lebih bijaksana untuk dilakukan saat ini.

"Kalian sudah keterlaluan, sikap kalian benar-benar tidak mencerminkan seragam basket Shiratorizawa yang kalian kenakan saat ini." Akashi mulai membuka percakapan yang sempat senyap.

"Bukan urusanmu! Lagian kurang kerjaan banget sih ikut campur urusan anak SMP," keluh seseorang yang sepertinya adalah kapten dari Tim Basket tersebut.

Sementara itu anak Teiko yang berwajah lebam masih bersembunyi dibelakang badan Murasakibara, ia terlalu takut untuk mengatakan apapun.

"Kalian sudah melukai Junior kami, kami takkan tinggal diam saja!" ancam Akashi.

Tapi kaptennya malah ketawa, " Bukan urusanmu! Lagian juga anak itu cuman tim cadangan di Teiko, jadi kehilangan satu anggota tidak menurunkan kekuatan tim Teiko juga kan? Sejak kapan juga Tim Teiko perduli pada anggota bangku cadangan sepertinya," ledeknya lagi yang membuat geram Akashi.

Akashi langsung mencengkram kerah baju kapten basket SMP Shiratorizawa itu yang kebetulan memiliki tinggi yang sama dengannya.

STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang