16

192 18 0
                                    

Pagi ini terlihat jelas mentari mulai memperlihatkan sinarnya yang mampu menyinari suasana hati Akashi, tampak jelas Akashi baru saja selesai mengganti kasa balutan mata dengan penutup mata atau Eye patch untuk menutupi bagian kecacatan pada mata sebelah kirinya. Walau bagaimanapun, ia masih merasa malu untuk menunjukkan kekurangannya kepada orang lain ditambah lagi ia belum terbiasa menggunakan kekuatan barunya itu dan rasanya cukup pegal setiapkali usai menggunakan absolute eyes.

Dengan suasana hati yang sangat membaik ibarat mentari pagi yang memancarkan di langit biru, Akashi berjalan menuju meja makan untuk mengisi energinya. Dan kedatangannya untuk kali pertama setelah beberapa Minggu belakangan ini disambut hangat oleh para pelayan yang tampak sangat mengkhawatirkan keadaan sang majikan tersebut, apalagi mereka sudah lama menemani Akashi selama ini pastilah mereka tak bisa menyembunyikan perasaan sayang mereka kepada sang majikan. Terutama Chef Tsubasa yang telah menganggap Akashi sebagai cucunya sendiri, ia bahkan sudah menganggap mendiang ibunya Akashi sebagai putrinya selama ini.

"Selamat pagi, Tuan muda Akashi!" sapa Chef Tsubasa yang langsung memperlihatkan Senyuman bahagianya, Akashi hanya tersenyum saja membalas sapaan Chef Tsubasa tanpa mengatakan apapun.

Sementara itu, Ushijima yang berada di ujung kursi meja makan langsung menyudahi sarapan paginya dan bergegas pergi dari meja makan itu. Tak ada sapaan ataupun teguran apapun dari Ushijima, Selain bunyi kursi yang didorong Ushijima saat dirinya akan berdiri yang bisa terdengar ditelinga Akashi. Lalu langkah kaki yang tenang mulai berlalu perlahan-lahan menyisakan dirinya diatas meja makan itu dengan ditemani oleh Chef Tsubasa.

Namun sepertinya, Akashi tidak terlalu memperdulikan Ushijima. Ia bahkan tak keberatan menyantap sarapan pagi sendirian kembali seperti ini, baginya berada sendirian di ruang makan jauh lebih menenangkan dibandingkan harus beramai-ramai tanpa ada percakapan sekalipun seperti yang biasanya dilakukan oleh Akashi dan Ayahnya.

"Menu sarapannya Ayam goreng?" tanya Akashi yang sebenarnya hanya bergumam saja, tetapi Chef Tsubasa yang sudah terlanjur mendengarkan perkataan Akashi tampak sedikit ketakutan dan meminta maaf.

Akashi sedikit mengernyitkan dahinya, " Tidak, saya tidak marah kepada anda kok. Saya hanya merasa kaget saja, kenapa anda bisa memasak makanan yang saya mimpikan?"tanya Akashi.

Chef Tsubasa mulai lega, ia langsung berdehem panjang dengan senyuman lebarnya. " Iya, Tuan Muda. Soalnya kemarin Tuan Muda Ushijima meminta saya untuk memasakkan Ayam Goreng sebagai menu hari ini. Saya juga sebenarnya heran sih, sebab setahu saya Tuan Muda Akashi dan Ushijima, Tuan dan Nyonya juga gak terlalu suka sama Ayam Goreng."

"Ushijima-san?" tanya Akashi yang dibalas anggukan oleh Chef Tsubasa.
Youy6666
"Ya sudah, kalau gitu kamu balik saja mengerjakan pekerjaan kamu yang lain." Chef Tsubasa menurut, sedangkan Akashi mulai menyantap sarapan paginya dengan penuh antusias. Matanya seperti memancarkan pantulan kebahagiaan saat menyantap potongan sayap pada ayam goreng tersebut, tak terasa pula akhirnya dua potong Ayam telah habis disantap Akashi.

Sepertinya Akashi merasa lega telah memuaskan keinginannya pagi ini, ia sudah lama tak mencoba ayam goreng selama beberapa bulan ini dan kini keinginannya mulai terpuaskan.

"Sudah pukul tujuh pagi, aku harus berangkat sekarang." Akashi bergumam pelan, lalu ia berjalan pergi meninggalkan ruang makan usai sarapan menuju Mobil.

Singkat cerita, begitu ia tiba disekolah. Sontak saja Akashi langsung menjadi pusat perhatian para siswa SMA Rakuzan yang tampak kaget sekaligus kasihan dengan penampilan Akashi, mungkin beberapa diantaranya yang sudah mendengarkan kabar tidak mengenakan mengenai Akashi akan merasa kasihan pada sang ketua OSIS.

"Akashi!" panggil Hayama yang tak kalah kaget melihat sosok Akashi berada dihadapannya saat ini, ia tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya dan berlari mendekati Akashi. Lalu, ia pukul pelan kepala juniornya itu yang selama ini sangat ditakutinya.

"Kau sudah membuat kami bertiga mengkhawatirkanmu," keluh Hayama yang hanya dibalas tawa saja oleh Akashi.

"Jadi, apa nanti siang kita akan mula latihan serius lagi?" tanya Hayama, tapi sebelum Akashi memberikan respon apapun terkait ucapannya barusan. Hayama kembali melanjutkan perkataannya, " Jangan salah sangka dulu, selama kau tidak ada biasanya kami lebih sibuk melatih para anggota lain yang seangkatan denganmu. Dan, kau juga gak perlu khawatir sih, soalnya Mibuchi sudah membuat resep latihan untuk semua tim Rakuzan selama beberapa Minggu kedepan. Jadi, kau tidak perlu repot lagi untuk memikirkan tentang Resep latihan lagi, karena kami sudah berjanji pada diri kami sendiri untuk jadi Senpai yang bisa kau andalkan."

Akashi sangat terharu mendengarkannya, ia merasa beruntung berada diantara para Senior yang selama ini mampu diandalkan olehnya.

"Terimakasih, Senpai. Maafkan aku sudah membuat susah kalian," ucap Akashi seraya membungkuk sekilas kepada Hayama.

"Sudahlah, kau tak perlu berlebihan kayak gini Akashi." Telinga Hayama tampak memerah, ia terlihat malu dianggap sebagai senior oleh Akashi.

"Baik, Senpai. Oh iya, Mibuchi Senpai dan Nebuya Senpai dimana?" tanya Akashi.

"Mereka sedang mengerjakan tugas di kelas, maklumlah kami tidak sepintar dirimu dalam hal akademik." Hayama menyengir pelan.

"Ya sudah, kalau gitu aku kembali dulu ke kelas ya. Ada beberapa tugas yang harus kuselesaikan sekarang, kebetulan aja tadi aku membeli beberapa snack untuk mengganjal perutku dan tak sengaja melihatmu disini." Hayama menunjukkan sebuah plastik hitam ditangannya.

"Baik, Senpai. Sampai ketemu latihan nanti sore," ucap Akashi yang membiarkan Hayama pergi, tapi tak lupa sebelum Hayama pergi dirinya berpesan agar Akashi tak perlu memperdulikan tatapan aneh yang diberikan oleh teman-teman seangkatannya yang lain.

Akashi sendiri juga sebenernya sudah biasa menjadi pusat perhatian, tapi rasanya pusat perhatian kali ini terasa sangat berbeda seperti sebelumnya. Jika sebelumnya ia menjadi pusat perhatian karena kemampuan dan prestasinya, namun kali ini ia harus menerima wajah kasihan sekaligus merendahkan dari balik tatapan teman sekolahnya.

Tapi ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak memperdulikan hal tersebut, jadi dengan perasaan yang bercampur aduk Akashi berjalan tenang melewati barisan para siswa yang tak berhenti menatapnya dengan penuh keberanian. Tanpa ia sadari, kalau saat ini ada seseorang yang tengah diam-diam memperhatikannya dari kejauhan dan memastikan kalau Akashi tak memperoleh perlakuan yang lebih buruk lagi dari yang saat ini dirasakannya. Orang tersebut terlihat lega usai memastikan Akashi telah masuk kedalam sekolah dan tidak membuat kekacauan apapun, biasanya sih Akashi akan membuat hal kejam bila mendapatkan tatapan merendahkan dari orang lain, salah satu hal yang sangat dibenci olehnya sejak dulu.

"Bisa kita berangkat ke sekolah sekarang, tuan Ushijima? Saya tak mau anda telat, soalnya jarak sekolah anda dari sini kan cukup jauh juga." Seorang lelaki paruh baya berpakaian setelan hitam menghampiri Ushijima dengan gerak-gerik yang sangat sopan.

"Ah iya, kau benar Pak. Sepertinya kita bisa berangkat sekarang, aku rasa Anak itu juga telah baik-baik saja." Ushijima langsung berbalik dan berjalan menuju mobil yang ada beberapa meter darinya.

"Saya yakin tuan muda Akashi akan baik-baik saja, karena tuan muda adalah anak yang sangat pemberani dan kuat seperti tuan Akashi sendiri. Tapi, satu hal yang sangat membuat saya senang hari ini ialah melihat anda sangat mengkhawatirkan Tuan muda Akashi. Saya yakin Tuan muda Akashi akan sangat bahagia bisa memiliki Kakak laki-laki sebaik anda, tuan Ushijima."

Ushijima yang mendengarkannya langsung malu, "Aku tak mengkhawatirkannya, anda jangan sampai berpikiran seperti itu! Lagian dia bukanlah adikku, aku hanya merasa bersalah saja padanya. Jadi, tolong rahasiakan semua ini darinya dan jangan sampai siapapun tahu termasuk dia."

"Baik, Tuan Ushijima. Saya akan memastikan kalau Tuan Muda Akashi atau siapapun itu gak bakal tahu kalau saat ini anda sedang berusaha untuk menjaga dan melindungi tuan muda Akashi. Dan semoga saja perasaan bersalah itu bisa berubah menjadi ikatan persaudaraan yang kuat seperti layaknya seorang abang-beradik," ucap Sang pelayan yang membuat Ushijima hanya bisa tertegun saja dan mengalihkan dirinya dengan membaca majalah terbaru mengenai kesehatan diri selama dalam perjalanan di mobil.

STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang