"Ini aku, Wakatoshi-kun. Dimana kau?" tanya Tendou.
"Hei Tendou, apa Hanna sudah pergi dari sisimu sekarang?" tanya Ushijima yang masih berjalan tenang.
"Iya, dia sudah kembali ke kelasnya. Kau sebenarnya dimana? Tumben banget kau melewatkan Ulangan Azuma Senpai?" tanya Tendou.
"Aku ada urusan tadi, masalah ulangan nanti akan kuurus sendiri. Tapi bisa gak kau lakukan sesuatu untukku sekarang?" tanya Ushijima.
"Apa itu, Wakatoshi-kun?"
"Bawakan kotak P3K ke gedung lapangan Voli sekarang, aku bakal tiba disana beberapa menit lagi. Dan jangan lupa bawakan Menu latihan untuk hari ini, aku akan menyempatkan diri untuk membuat strategis buat kita."
"Wah, Wakatoshi-kun! Kau ini sudah membolos tapi masih saja memerintahku. Lagian, apa kau gak takut dihukum kalau sampai kelihatan guru?" tanya Tendou.
"Tenang saja, aku bakal kesana secara sembunyi-sembunyi. Jadi, bawakan saja apa yang kuperintahkan padamu. Aku habis berkelahi, kau pasti tidak ingin kaptenmu ini kehabisan darahkan? Jadi, cepat datang lah!" perintah Ushijima.
"Baiklah, tapi kau berhutang satu hal padaku. Begitu kau menginjakkan kakimu di gedung lapangan Voli, kau harus menceritakan semuanya padaku. Mengerti?"
"Baiklah, tenang saja tendou. Kau itu sahabatku dan aku tak mungkin merahasiakan apapun padamu," ucap Ushijima yang tanpa disadari telah membuat Tendou tersenyum bahagia.
"Baiklah, Satori Tendou siap melaksanakan tugas dari sahabatnya." Tendou langsung bergerak saat itu juga, bahkan ia langsung mematikan panggilan telepon Ushijima saking semangatnya tanpa sekalipun bertanya-tanya alasan Ushijima memerlukan P3K sama sekali.
****
Disebuah ruangan kerja yang tampak tertata rapi dengan penerangan yang hanya mengandalkan cahaya matahari dari jendela saja. Terlihat jelas Masaomi yang sedang duduk di kursi kerjanya sambil beradu pandang dengan Akashi yang tengah berdiri di hadapannya."Lain kali, aku takkan memaafkanmu lagi apabila kau melakukan tindakan bodoh seperti kemarin."
"Aku paham, maafkan aku." Akashi sama sekali tidak bergeming ataupun menghindari tatapan mata sang Ayah yang menandakan kalau Akashi tak pernah takut pada Ayahnya, hanya saja ia menyadari posisi dan perannya sebagai seorang Akashi yang membuatnya merasa tidak pantas untuk melawan Ayahnya sendiri.
"Baguslah kalau kau menyadarinya, kau harus tetap ingat kalau kau adalah anakku. Kau harus selalu ingat tanggung jawabmu sebagai anakku, jangan pernah sekali lagi kau membuatku malu!" tukas Masaomi.
"Aku paham," jawab Akashi.
"Sekarang ceritakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi kemarin?Siapa mereka?" tanya Masaomi. Setidaknya ia adalah ayah yang mau mendengarkan anaknya, meskipun wataknya yang keras dan bermain kasar untuk memberikan pelajaran terhadap Akashi.
"Mereka adalah orang-orang yang merasa sakit atas tindakanku dulu," beritahu Akashi.
Masaomi menaikkan sebelah alis matanya, "Memangnya apa yang telah kau lakukan, Seijuro?"
"Aku telah mempermalukan timnya saat kejuaraan seleksi nasional Basket SMP, kau pasti sudah tahu bagaimana kelakuan Kiseki no Sedai dulu."
"Dan sekarang, mereka merasa sakit hati kepadamu? Lucu sekali, anak-anak ingusan itu terlalu kekanak-kanakan. Harusnya mereka belajar untuk memperbaiki diri saat dihina olehmu, bukannya malah bermain kekerasan kepada pewaris sepertimu." Masaomi terlihat kesal, ia berkali-kali meremukkan dokumen yang ada di atas mejanya. Sebelum akhirnya ia menghela nafas panjang dan meraih telepon di meja.
"Apa yang ingin kau lakukan, Pa?" tanya Akashi yang buru-buru menahan tangan Masaomi yang berniat ingin menelepon seseorang.
"Memberikan pelajaran kepadanya, lagipula akan lebih adil bila mereka juga diberikan pelajaran seperti kau yang mendapatkan pelajaran dariku kemarin malam. Jadi, jangan halangi aku!" tegas Masaomi.
"Jangan berlebihan, Pa! Ini hanyalah masalah kecil, biar aku yang mengurus masalah ini sendiri. Jangan buang waktu dan tenagamu untuk orang rendahan seperti mereka," ucap Akashi yang langsung melepaskan tangannya dari sang Ayah.
"Ini adalah masalahku, tolong jangan ikut campur. Aku mohon."
"Baiklah, masalah kali ini kau yang akan membereskannya sendiri. Kalau saja sampai terdengar ditelingaku lagi, akan kuhilangkan semua keturunan orang-orang yang sudah membuatmu mempermalukan keluarga kita."
"Aku paham," ucap Akashi seraya mengangguk pelan.
"Kalau begitu kembalilah ke kamarmu sekarang! Jangan lupa kompres kembali luka di punggungmu,ku harap besok kau bisa kembali bersekolah."
"Baik, Pa." Akashi langsung pergi dari sana, langkahnya sedikit tak beraturan karena menahan rasa nyeri di kaki dan betis. Dan ditambah lagi punggungnya masih terasa nyeri bila tersentuh kaos yang dikenakannya, sepertinya cambukan dari Masaomi terlalu keras kemarin karena saking emosinya.
Tapi, hal tersebut sama sekali tak membuat Akashi membenci Ayahnya. Baginya, kehidupan seorang anak yang terlahir dari keluarga kaya seperti keluarga Akashi adalah sebuah takdir yang harus dijalani tanpa sebuah penyesalan. Bahkan, kematian sang ibu juga bukanlah suatu hal yang membuatnya berlarut-larut dalam kesedihan.
"Tuan muda Akashi!" panggil salah seorang petugas keamanan di Rumah mewah itu.
"Ada apa?" tanya Akashi seraya bertumpu memegang dinding rumahnya.
"Ada tamu yang mencari anda, tapi barusan dia telah pergi dan menitipkan pesan untuk tuan muda."
"Apa bapak tahu namanya? Lalu apa isi pesannya?" tanya Akashi.
"Kalau gak salah sih namanya Mayuzumi, Dia berpesan kalau dia membuat janji temu dengan tuan muda di alamat ini. Tapi saya sudah beritahu kepadanya kalau saat ini tuan muda sedang sibuk, jadi -" belum sempat Sang keamanan menyelesaikan kalimatnya, Akashi langsung memotong perkataan beliau.
"Sepertinya saya akan usahakan untuk datang, boleh saya lihat alamatnya?" tanya Akashi yang langsung meraih kertas alamat dari tangan Bapak petugas kemanan.
Sekilas ia langsung menyadari kalau alamat yang diberikan Mayuzumi adalah alamat sebuah kampus, sepertinya itu adalah alamat dari kampus Mayuzumi sendiri. Dan anehnya, dalam rangka apa seorang Mayuzumi ingin bertemu dengan Akashi dikampusnya sendiri sama sekali membuat Akashi bingung.
"Ya sudah, kalau begitu bilang sama Kento-san untuk menyiapkan mobil!" perintah Akashi yang langsung diturutin pria penjaga keamanan itu tanpa banyak tanyak.
Akashi sendiri langsung kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap terlebih dahulu, ia juga tak mungkin pergi keluar rumah dengan penampilan seperti saat ini. Dia tak akan membiarkan penampilannya tidak mencerminkan identitasnya sebagai seorang pewaris tahta keluarga Akashi dan keturunan orang terkaya di Jepang yang sangat dihormati. Tanpa ia sadari kalau saat ini ada seseorang yang sedang berkelahi demi dirinya. Seseorang yang telah merasa bersalah kepadanya, seseorang yang juga telah menjadikannya sebagai prioritas utama bagi orang tersebut. Dan tak lupa juga, seseorang yang mengaku telah menganggap Akashi sebagai adiknya sendiri dan hampir terluka untuk mengancam orang lain demi membalas semua yang telah menimpa Akashi kemarin. Dan pastinya siapapun bakal tahu kalau orang itu adalah Ushijima Wakatoshi sendiri.
****
Bagaimana menurut kalian part kali ini? Apa pendapat kalian tentang Masaomi? Dan bagaimana menurut kalian tentang kehidupan Akashi Seijuro?
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
Teen FictionSemua ini berawal dari tragedi yang terjadi dalam program kamp pelatihan musim panas yang diselenggarakan oleh Akashi Masaomi untuk Tim Volly dan Basket kepada Akashi Seijuro yang merupakan putra kandungnya dan Ushijima Wakatoshi yang telah menjadi...