Akashi berjalan meninggalkan kamarnya menuju Meja makan, ia tampak jauh lebih rapi dibandingkan saat baru bangun tidur sebelumnya. Bahkan, ia tak lupa memakai Eyes Patch dan topi putih. Sepertinya penggunaan Topi jauh lebih efisien untuk mencegah rambutnya menutupi mata, ia juga jadi terlihat jauh lebih rapi dan tampan.
"Selamat pagi, tuan muda." Chef Tsubasa langsung menyambut kedatangan Akashi, padahal saat itu ia sedang membantu Ushijima membersihkan dapur yang tadinya berantakan.
"Pagi, Chef." Akashi tersenyum, sepertinya suasana hatinya sudah membaik sejak tadi malam. Ia langsung meneguk susu peninggi badan yang sudah disediakan Chef Tsubasa dan mulai menyantap Nasi goreng sebagai sarapan pagi.
Dan begitu Chef Tsubasa kembali lagi ke dapur, giliran Ushijima yang mulai menghampiri Akashi dengan membawa sebuah bekal ditangannya. Cukup lama ia melirik kearah dapur, berharap tak ada yang melihatnya saat itu.
"Ini bekalmu," ucap Ushijima yang langsung memberikan bekal tersebut kepada Akashi.
"Kau benar-benar membuatkannya?" tanya Akashi seraya tertawa geli, Ushijima hanya berdehem saja.
"Aku sudah mengikuti aturan permainanmu, kau juga harus mengikutinya. Kalau begitu aku mandi dulu," tukas Ushijima yang belum juga pergi, seperti tengah menunggu Akashi untuk mengucapkan terimakasih.
Akashi meletakkan kembali sendok dan garpunya, "Terimakasih."
"Kau tidak tulus," keluh Ushijima yang sebenarnya berniat membalas Akashi kembali usai membuatnya repot memasak pagi ini, lagipula ia merasa kalau dirinya sangat pantas mendapatkan ucapan terimakasih dari Akashi.
"Oke." Akashi menghela nafas, ia berusaha mengumpulkan nyali untuk mengatakannya dengan tulus kepada Ushijima. "Terimakasih, Ushijima-San."
"Bukan seperti itu, biasanya kau menyebutku Oniichan. Kenapa hari ini kau tidak menyebutku Oniichan?" tanya Ushijima yang malah semakin menggoda Akashi.
"Kemarin itu aku sedang menggodamu, moodku sedang jahil. Lagian kau pikir gampang mengatakannya secara tulus," keluh Akashi yang mulai berhenti tersenyum.
"Kalau begitu belajar, sudahlah... Aku mau mandi dulu. Kau masih punya hutang denganku, aku akan menagihnya nanti." Ushijima langsung pergi, ia sebenarnya tidak kecewa tapi hanya terasa sedikit tidak senang saja melihat usahanya tidak diapresiasi oleh Adiknya sendiri. Ia sendiri juga tidak tahu alasan kenapa ia seingin itu untuk dihargai oleh Akaashi, padahal hal tersebut bukanlah sesuatu yang dibutuhkannya saat ini.
Sementara itu, Akashi masih mengeluh dalam batinnya. Ia langsung memasukkan bekalnya kedalam ransel dan meneguk susu kembali. Tak beberapa lama usai kepergian Ushijima, kedua orangtuanya pun menghampiri meja makan untuk sarapan pagi.
Dan terlihat jelas wajah ramah yang penuh kasih sayang dari Nyonya Ushijima, ia langsung mencoba mengakrabkan diri kembali dengan Akashi. Akashi sendiri tak keberatan menerima keramahan Ibu tirinya itu, tapi ia juga tidak terlalu ingin dekat dengan sang ibu tiri disaat yang bersamaan. Baginya terasa risih bila mendapatkan kasih sayang yang berlebihan dari orang lain bila mengingat dirinya telah terbiasa hidup dibawah asuhan sang Ayah.
"Hari ini apa saja schedule kamu, nak?" tanya Nyonya Ushijima seraya memberikan selai cokelat di roti suaminya.
"Biasanya latihan setelah pulang sekolah, tapi kali ini aku harus belajar ekstra untuk kejuaraan kompetisi nanti."
"Oh, kompetisi nasional itu ya. Kebetulan Papa kamu udah memberitahu Mama soal itu. Mama yakin kamu bakal menang kok," ungkap Nyonya Ushijima yang hanya dibalas anggukan oleh Akashi.
"Ya udah, kalau gitu lanjut saja makannya." Nyonya Ushijima meletakkan roti tersebut dipiring Masaomi, lalu ia melirik kearah koridor yang menuju kamar Ushijima.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
Teen FictionSemua ini berawal dari tragedi yang terjadi dalam program kamp pelatihan musim panas yang diselenggarakan oleh Akashi Masaomi untuk Tim Volly dan Basket kepada Akashi Seijuro yang merupakan putra kandungnya dan Ushijima Wakatoshi yang telah menjadi...