"Dimana adikku, Ma?" tanya Ushijima lagi. Nyonya Ushijima sampai terkejut dengan suara tinggi Ushijima.
"Sudahlah, lupakan saja! Kau ini hampir terluka karena Masaomi. Jangan ikut campur urusan mereka, kau harusnya paham." Nyonya Ushijima membentak histeris kepada anaknya itu.
"Jawab saja pertanyaanku, Ma. Dimana Akashi?" tanya Ushijima.
"Akashi terus yang ada dipikiranmu, Kau harusnya memikirkan perasaan Mama."
Ushijima menatap kecewa pada Ibunya, "Kau ini telah menjadi Ibunya juga, harusnya kau sadar peranmu sebagai seorang Ibu. Kalau memang tidak bisa menjadi Ibuku, setidaknya kau harus menjadi Ibu untuk anak itu."
Ushijima sampai meneteskan air mata dihadapannya Ibunya, ia benar-benar terluka pada sikap Ibunya yang selama ini dipendamnya.
"Katakan padamu, Ma. Dimana dia? Apa Pak Masaomi menghukumnya di gedung itu?" tanya Ushijima sekali lagi dan terakhir kalinya ia memberikan kesempatan pada ibunya.
Nyonya Ushijima mengelus lembut pipi anaknya, ia juga terbawa suasana dan ikut meneteskan air mata. Tampaknya, ia mulai merasa malu pada dirinya sendiri. Dia tak bisa mempungkiri bahwa dirinya telah gagal menjadi seorang ibu, baik Ibu yang baik untuk Ushijima maupun Akashi.
"Aku hanya ingin bahagia, maafkan aku yang telah melukaimu." Nyonya Ushijima berjalan menjauhi Ushijima dan membukakan pintu kamar yang tadinya dikunci olehnya sendiri, supaya Ushijima tidak bisa pergi dari sana.
"Suamiku sedang menghukum anaknya di gedung sebelah, kau bisa menghentikannya." Nyonya Ushijima memberitahu anaknya yang membuat Ushijima langsung berlari terbirit-birit menuju gedung kosong yang ada disebelah Rumah. Satu-satunya bangunan yang digunakan Masaomi untuk menghukum Akashi.
Kebetulan Bangunan itu tidak dijaga ketat sama sekali, suasana dari luar juga tampak sepi seperti biasa. Dan tak ada satupun tanda-tanda perlawanan khusus dari Akashi. Jelas saja Ushijima merasa bingung.
Dia langsung membuka paksa pintu itu dan terus berlari mengelilingi setiap sisi ruangan di gedung untuk menghentikan perbuatan Ayah tirinya. Hingga akhirnya, ia berhasil menemukan Masaomi yang sedang menghukum Akashi dengan rotan kayu panjang yang terus mendarat di punggung sang adik.
Kulit punggungnya hampir melepuh terkena pukulan yang bertubi-tubi, memar yang menutupi seluruh punggung dan beberapa diantaranya telah tergores berdarah. Mungkin saja terkena sudut rotan yang tak sengaja membuat luka gores di punggung Akashi.
Saat itu Akashi hanya telungkup saja, tak ada satupun perlawanan darinya selain wajah datar yang tak berperasaan. Bahkan, ia cuman menatap dingin kepada Ushijima.
"Hentikan! Dia bisa mati kalau kau menyiksanya seperti ini terus," bentak Ushijima yang langsung menolak keras Masaomi yang tersenggol Meja kerjanya sendiri.
Lalu, Ushijima membantu Akashi untuk berdiri. Dia menatap bingung pada sikap adiknya yang terlihat pasrah saja. "Kenapa kau tidak melawan? Bukannya kau bilang kalau kau tidak suka harga dirimu tertindas, harusnya kau berikan perlawanan untuk dirimu sendiri."
"Kau tidak seharusnya ikut campur, Wakatoshi. Dia adalah anakku, sudah hakku untuk berkuasa atasnya." Masaomi menggenggam erat Rotan ditangannya, ia merasa tidak senang pada kedatangan Ushijima.
"Mana ibumu? Bukannya dia sudah berjanji untuk menjagamu baik-baik dan mencegahmu ikut campur lagi," keluh Masaomi.
"Kalau kau menganggapnya sebagai anak, perlakukanlah dia sebagai seorang Anak! Kau sama sekali tidak pantas memiliki anak, Pak Masaomi." Ushijima mengambil hiasan dinding yang ada di belakangnya dan mengarahkannya pada Masaomi.
"Lain kali aku akan menghabisimu, kalau kau sampai menyiksa anakmu lagi!" ancam Ushijima yang berniat membawa pergi Akashi. Tapi sayangnya, Akashi menahan dirinya untuk tidak mengikuti langkah Ushijima. Bahkan, ia sampai menahan kakinya saat Ushijima membantunya berjalan.
"Hentikan! Kau sudah terlalu ikut campur urusanku, Ushijima-San. Kau membuat Ayahku semakin membenciku," ungkap Akashi yang langsung menjauh dari Ushijima.
Dia menghela nafas panjang, "Aku tidak seberuntungmu, Ushijima-San. Kau masih punya Ayah yang menjadi Rumah untukmu pulang."
"Kau sepertinya paham posisimu saat ini, Seijuro." Masaomi tersenyum penuh kemenangan, tapi entah kenapa Ushijima merasa muak pada tingkah Akashi dan senyuman hina Masaomi.
Ia tarik kerah baju Akashi dengan tatapan penuh kemarahan, "Kalau begitu ikutlah pulang ke Rumahku sekarang, Bodoh! Kau harusnya sadar kalau kau masih memilikiku, berhenti menganggapku sebagai orang asing lagi. Kita ini bersaudara, kan?"
Akashi tertegun mendengar perkataan Ushijima, "Ya, kita bersaudara."
"Kalau begitu berhenti mengasihani hidupmu yang tampak hina ini, kau tidak boleh melukai harga dirimu lagi hanya untuk dikasihani olehnya. Kalau memang dia menyayangimu, harusnya ia belajar memperlakukanmu dengan baik. Bukankah kau masih berhutang nyawa pada ibumu sendiri?" tanya Ushijima yang semakin mencengkram erat kerah baju Akashi.
"Hiduplah dengan baik demi Ibumu, Akashi Seijuro. Dan hiduplah dengan sempurna seperti yang kau inginkan selama ini," sambung Ushijima lagi yang semakin menyadarkan Akashi.
"Kau benar, Ushijima-san."
"Kau tidak akan kuanggap anak lagi kalau meninggalkan ruangan ini, Seijuro!" ancam Masaomi.
"Maka kau tidak akan pernah memiliki pewaris lagi, Pa." Akashi malah balik mengancam, sebelum akhirnya ia meninggalkan tempat itu dibantu oleh Ushijima yang membopongnya berjalan.
Masaomi yang sangat kesal, tampak melampiaskan kemarahannya dengan menghancurkan semua benda perabot yang ada di ruangan itu. Cukup lama ia berteriak-teriak kesal disana, bahkan ia sampai mengumpat kasar. Padahal, sebelumnya ia selalu mengendalikan dirinya untuk tetap tenang selama ini. Tapi tidak kali ini, emosinya sudah diambang batas kesabaran.
Dengan amarah yang tak kunjung mereda, ia menelepon Sekretaris Keita yang menjadi kepercayaannya. Entah apa yang dibicarakan mereka saat itu, tapi yang jelas Masaomi takkan pernah membiarkan Akashi meninggalkannya. Apalagi Akashi adalah pewaris sah yang akan memegang seluruh kekayaan dan nama baik keluarganya itu. Tak akan semudah itu Masaomi membiarkan Akashi pergi begitu saja.
Disisi lain, Ushijima berhasil membawa Akashi meninggalkan rumah itu. Entah apa yang direncanakan Masaomi, tapi yang jelas kepergian mereka sama sekali tidak dihalang-halangi oleh Masaomi. Bahkan, ia tidak sedikitpun memerintahkan pelayannya untuk mencegah atau menghalangi Akashi yang berniat meninggalkan rumah.
Sepertinya, ia juga tidak sekejam dan sejahat itu. Ia tahu jelas bahwa membawa pulang Akashi seperti kesalahan kedua yang tak seharusnya dilakukan. Dan pengaruh besar Ushijima telah membuat rantai yang telah dikekangnya pada sang anak sudah mulai lepas. Jadi, ia takkan punya kuasa lagi terhadap anaknya saat ini.
"Bertahanlah, kita akan ke fasilitas kesehatan terdekat."
"Jangan lakukan itu, aku tidak mau berurusan dengan Polisi dan Tim Kesejahteraan Anak. Bawa saja aku pergi dari tempat ini, biar nanti aku yang obatin lukaku sendiri." Akashi menolak mentah-mentah untuk dibawa ke Rumah sakit. Ia tahu bahwa Rumah Sakit ataupun klinik bukanlah tempat yang tepat untuknya berobat.
Untungnya Ushijima tak ingin berdebat dengan Akashi, ia hanya menurut saja dan memanggil Taksi yang kebetulan lewat dihadapan mereka. Mungkin, ia akan meminta Ayahnya untuk mengobati Akashi saat sampai dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
Teen FictionSemua ini berawal dari tragedi yang terjadi dalam program kamp pelatihan musim panas yang diselenggarakan oleh Akashi Masaomi untuk Tim Volly dan Basket kepada Akashi Seijuro yang merupakan putra kandungnya dan Ushijima Wakatoshi yang telah menjadi...