72

69 9 3
                                    

Akashi tahu bahwa percuma saja dirinya meminta penjelasan apapun dari para pelayannya, bahkan melampiaskan kekesalan pada mereka bukanlah suatu hal yang benar.

Jadi ia memutuskan pergi dari ruangan itu, kakinya membawanya menuju arah gudang yang biasanya menyimpan barang-barang bekas. Bahkan seingatnya juga, barang milik ibunya ada disana dan tidak pernah sekalipun dibuang oleh sang Ayah.

Dia membanting pintu dengan kuat, siapapun yang berada di dekat dapur pasti akan mendengarkan bunyi pintu yang dibuka keras itu. Tapi tak ada satupun yang berani menghampiri Akashi yang sedang marah, Meski jarak antara dapur dan gudang saling berdekatan.

Dengan pikiran kalut, Akashi menggeledah seluruh barang milik ibunya. Tak perduli sebanyak apa debu yang mulai menempel ditangannya, beberapa kali ia sampai bersin karena debu yang enggan dihiraukannya.

"Yuki? Siapa itu Yuki? Dimana kau sekarang?" tanya Akashi berulangkali pada dirinya, ia masih terus mencari kesana-kemari. Matanya sampai berair dan perasaannya tak karuan.

Hingga akhirnya dia menemukan sebuah bingkai foto yang langsung membuat drop Akashi.

"Ah, ini ternyata wajahmu." Akashi bergumam pada dirinya sendiri, hatinya terasa sedikit merasa puas akan sosok Yuki yang sedang berfoto dipangkuan kedua orangtuanya. Tampaknya saat itu Akashi belum terlahir di Dunia ini, makanya ia bisa melihat senyuman indah diwajah kedua orangtuanya dalam foto itu.

"Akashi!" teriak Ushijima yang agak sedikit ngos-ngosan seperti habis berlari, kayaknya beberapa pelayan sengaja membangunkan Ushijima untuk menenangkan Akashi. Apalagi mereka tahu bahwa akhir-akhir ini hanya Ushijima yang memiliki hubungan dekat dengan Akashi.

"Ushijima-san, aku benar-benar marah saat ini." Akashi menoleh kepada Ushijima, matanya masih sembab dan sepertinya ia tidak sadar saat mengatakan hal tersebut.

"Akashi, tadi Pak Tsubasa memintaku untuk memenangkanmu. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Ushijima sambil berjalan mendekati Akashi. Dia ambil foto dari genggaman Akashi dan diletakkannya foto itu kembali dalam kotak.

"Aku tidak tahu mengapa aku benar-benar saat ini, Ushijima-san. Nama Yuki benar-benar membuatku marah." Akashi tidak berhenti mengalihkan pandangannya pada Ushijima.

Ushijima sendiri tidak mengatakan apapun, ia hanya memeluk tubuh Akashi untuk menenangkannya. Baginya, Akashi tidak membutuhkan ucapan apapun saat ini.

"Kau bisa melampiaskan kemarahanmu sekarang, tolong jangan memendam apapun lagi. Lampiaskan saja padaku," bisik Ushijima. Dia tahu bahwa menyimpan sesuatu kekecewaan dalam hati bukanlah hal yang benar, kejadian mengenai Eijun sudah menjadi pelajaran berharga baginya. Apalagi Akashi memiliki riwayat kepribadian ganda yang bisa berbahaya bagi dirinya sendiri, ia tidak mau kejadian itu terulang lagi.

Akashi tidak mengatakan apapun setelah Ushijima mengatakan hal tersebut, ia terlihat benar-benar syok saat ini dan tanpa sadar mendadak saja dirinya kehilangan kesadaran dalam pelukan Ushijima saking syoknya karena tidak mampu memahami semua fakta yang mengejutkan ini.

Jelas saja Ushijima langsung panik, ia buru-buru merebahkan Akashi dilantai sambil menepuk pipinya berkali-kali.

"Akashi! Bangunlah, kau tidak apa-apa?" tanyanya. Suaranya yang terdengar panik ikut mengundang Chef Tsubasa dan beberapa pelayan yang lain datang menghampiri dan membantu membopong Ushijima. Mereka terlihat sama khawatirnya seperti Ushijima, tidak biasanya Akashi menjadi selemah ini.

****
Sejak tadi siang, Akashi belum sadarkan diri. Malahan suhu tubuhnya menjadi panas dan meriang  seperti orang yang sedang demam. Dan membuat Ushijima terpaksa mengunjungi Sekretaris Keita buat memanggilkan Dokter untuk Akashi.

Untungnya keadaan Akashi tidak apa-apa, ia hanya mengalami syok saja yang membuatnya Demam. Tapi tetap saja, Ushijima masih sangat mengkhawatirkan adiknya itu. Dia tidak menduga bahwa mengalami syok berat seperti tadi yang menandakan bahwa dirinya memang belum siap untuk menerima kebenaran terkait hal yang didengarnya, bahkan Ushijima malah jadi penasaran apa yang sebenarnya diketahui Akashi sampai mengalami hal seperti ini.

Makanya ia memberanikan diri untuk bertanya pada Sekretaris Keita yang baru saja selesai berbicara pribadi dengan Para Pelayan. Wajahnya seperti tidak senang yang mengatakan jelas bahwa ia tidak mengharapkan kenyataan bahwa Akashi sudah mengetahuinya.

Dan mendadak saja, Ushijima teringat pada ucapan tidak disengaja oleh Supirnya waktu itu. Dia mulai menebak-nebak bahwa bisa saja kebenaran itulah yang membuat Akashi menjadi seperti ini.

"Mohon maaf bila menganggumu, tapi boleh aku tanya sesuatu?" tanya Akashi yang beruntungnya masih disambut baik oleh Sekretaris Keita.

"Ya, silahkan." Sekretaris Keita tidak terlihat ramah, tapi ia juga tidak sombong dan angkuh. Dia hanya tidak terlalu suka berinteraksi dengan orang asing dan baginya Ushijima hanyalah orang asing yang telah ditakdirkan hidup disini.

"Aku pernah dengar soal orang yang bernama Yuki. Dan tadi juga Akashi menyebut nama itu, Siapa sebenarnya dia?" tanya Ushijima.

"Ini bukan urusanmu, kau tidak perlu penasaran tentang itu. Biar aku yang handle semuanya," ketus Sekretaris Keita yang terkejut mendengar Ushijima yang mengetahui nama tersebut.

"Aku juga tidak ingin mengurusi urusan orang lain, tapi kesedihannya tadi membuatku sadar bahwa Akashi membutuhkanku. Dan aku perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi untuk bisa membantu Akashi," tukas Ushijima.

"Dan kalau Pak Keita masih bersikeras tidak ingin memberitahuku, maka aku akan tanyakan sendiri pada Masaomi-San." Ushijima mulai mengancam Sekretaris Keita yang merasa tidak senang, ia sama sekali tidak ingin Masaomi tahu hal ini.

"Kau memang orang yang licik, apa kau mempelajarinya dari keluarga ini?" tanya Sekretaris Keita.

"Aku rasa begitu. Jadi, katakan padaku sekarang semuanya. Bahkan sekecil apapun information itu harus kau ceritakan padaku," ancam Ushijima lagi.

Cukup lama mereka saling berbincang satu sama lain, entah apa yang saat itu disampaikan Sekretaris Keita padanya sampai membuat Ushijima berkali-kali kaget bukan main. Bahkan saat Sekretaris Keita telah pergi untuk mengantarkan Dokter menuju keluar rumah, Ushijima masih terus terhanyut dalam informasi yang baru saja diperolehnya secara gratis.

Kini perasaan kasihan terhadap Akashi mulai memenuhi hati nuraninya, ia sampai memilih mendatangi kamar Akashi kembali.

"Aku takkan membuatmu melakukan hal bodoh apapun, kau berhak marah. Tapi kemarahanmu tidak boleh sampai merugikan siapapun, termasuk dirimu sendiri." Ushijima menempelkan punggung tangannya di dahi Akashi yang masih hangat dan tak berhenti menggigil kedinginan disaat yang sama.

Dengan cekatan, Ushijima langsung menutup jendela dikamar Akashi dan mematikan AC didalam kamarnya. Dia juga tak lupa menyeret sofa yang ada dikamar Akashi ke dekat ranjang dan memutuskan untuk duduk disana sembari menjaga Akashi, Padahal saat itu Ushijima baru saja sembuh.

Sejenak ia kembali teringat pada apa yang disampaikan Sekretaris Keita tadi padanya. Dan diantara semua informasi yang diperolehnya, ada satu ucapan dari Sekretaris Keita yang masih terbayang-bayang dalam pikirannya. Dimana Sekretaris Keita mengatakan hal tersebut dengan sorotan mata penuh penyesalan dan suara yang lantang.

"Seijuro hanyalah pion yang sangat disayangi Ayahnya. Bagi Masaomi-San, dia sudah seperti miniatur yang sempurna dalam mewarisi seluruh kekayaan dan identitas Keluarga Akashi. Tapi sampai kapanpun, Seijuro tidak akan pernah mendapatkan kasih sayang sebagai ayah-anak dimata Masaomi. Dari awal juga Masaomi tidak pernah menyayanginya sebagai seorang anak,   dia hanyalah bayi mungil yang sengaja dilahirkan untuk menyelamatkan Yuki." 

***
Wah, tak menyangka sudah chapter 70 an ya. Kira-kira kalian masih sanggup gak buat membaca chapter selanjutnya nih🤭 oh iya, kira-kira kalain keberatan gak sih kalau Author buat hubungan persaudaraannya lebih intens atau tetap pada batas wajar aja? Btw intens itu bukan BL ya, tapi bromance aja.

STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang