62

59 6 0
                                    

"Mari kita bertanding habis-habisan, Wakatoshi!" teriak Eijun seraya tersenyum licik dibawah Ring.

Ushijima yang merasa muak dengan senyuman itu mulai mencoba mendribble bola yang ada di genggamannya, walaupun benar-benar tidak menggambarkan seorang pemain basket pemula tapi ia berusaha tetap tenang. Dan beberapa kali bolanya jatuh meleset dari tangannya, sampai membuat Eijun tertawa meledek. Akan tetapi, Ushijima berusaha tetap tenang dan mencoba sekali lagi sambil berjalan menghampiri ring Eijun.

Hingga pada titik batas kesabaran, Ushijima tidak lagi mencoba dribble bola karena rasanya sia-sia saja. Eijun sama sekali tidak bergerak, ia hanya memberikan tatapan yang tengah menganggap Ushijima sebagai lawan yang rendahan.

Ushijima semakin muak, ia genggam erat bola basket dengan kedua tangannya dan menghentikan langkah kakinya. Kini, ia berdiri di tengah lapangan dan tak berhenti menatap tajam pada Eijun.

"Kau bilang kalau aku boleh melakukan cara apapun, kan?" tanya Ushijima kembali.

"Ya, kau bisa melakukan cara apapun untuk mencetak angka dariku. Aku tidak akan memaksamu untuk mendribble bola yang takkan pernah bisa kau kuasai," tukas Eijun.

Lantas Ushijima pun langsung merubah posisi badannya, ia tersenyum dengan keadaan yang jauh lebih nyaman saat ini.

"Kalau begitu aku akan tunjukkan gaya permainanku untuk mencetak angka darimu," teriak Ushijima yang langsung melemparkan bola lebih tinggi dari kepalanya dan mulai meloncat dengan tangan kanan yang mulai mengayun dan memukul bola itu dengan kekuatan penuh menuju arah Ring.

Kecepatan bola tersebut benar-benar patut diperhitungkan, Eijun sampai tercengang melihat pukulan hebat yang bertenaga dari Ushijima, baginya ini adalah kali pertama melihat pukulan bola secara langsung dari Ushijima.

Untungnya bola tersebut meleset dan hanya memantul di tiang ring saja, sebelum akhirnya gagal memasuki lubang ring dan terpantul kebawah.

Dengan tersenyum kesal, Eijun mengambil kembali bola itu dengan sedikit membungkuk kebawah dan melemparkannya kembali kepada Ushijima.

"Kau benar-benar punya pukulan yang bagus, tapi sayangnya momen itu takkan terjadi lagi mulai detik ini. Aku akan membuatmu hancur dan menyerah!" ketus Eijun yang kembali berdiri sedikit lebih jauh dari ring Basketnya. Ia sepertinya telah siap menerima pukulan Bola dari Ushijima sekali lagi, tanpa mempedulikan bagaimana caranya Ushijima memcetak angka yang sama sekali tidak mencerminkan seorang pemain Basket.

Dan saat pukulan kedua itu diberikan,     Eijun tersenyum puas seakan sudah menebak arah bola itu akan mendarat, sebab ia telah menggunakan Emperor Eyes-nya untuk membaca gerakan apa yang dilakukan oleh Ushijima selanjutnya dan bisa membaca arah bola yang akan dipukul oleh Ushijima.

Bukan hanya itu saja, ia juga sama sekali tak bergeming dari posisinya meski ia tahu bahwa bola itu akan masuk kedalam ring kali ini. Tak ada sedikitpun rasa takut dalam dirinya, seolah masa depan bukanlah hal yang perlu ditakutkan ataupun diatasi dengan susah payah.

Dengan senyuman licik, ia menatap bola yang melambung dihadapannya itu seraya bergumam pelan. Ushijima bisa mendengar jelas apa yang dikatakan Eijun, ia juga bisa melihat sebuah pantulan putih bersinar di dalam bola mata Eijun. Dimana sebelumnya, ia bisa melihat pantulan cincin merah berbentuk lingkaran yang bersinar setiapkali Eijun menggunakan Emperor Eyes.

"Berbelok!" gumamnya, tak perlu hitungan detik saja bola itu langsung berbelok sebelum sempat melewati atas kepala Eijun, ia seperti bisa mengendalikan benda mati tersebut dengan mudah. Beberapa pula dengan Akashi yang harus beradu pandang dengan mata lawannya dan hal itu pun sama sekali tak bisa dilakukan dengan benda mati, seperti yang dilakukan Eijun barusan.

"Sayangnya bolamu berbelok, padahal kau punya kesempatan untuk memasukkan bola kedalam ring ku." Tawa Eijun yang merasa dirinya telah memenangkan permainan tersebut.

Ushijima yang masih tercengang tak bisa berkata-kata apapun, ia langsung berlari mengambil kembali bolanya dan mulai memukul dari awal lagi. Saat ini ia belum menyadari apapun tentang kekuatan Eijun dan tak ada alasan baginya untuk memikirkan hal lain selain mencetak angka.

Sejak saat itu, ia berkali-kali menghabiskan tenaganya untuk memukul bola agar mengarah ke ring. Tapi, entah bagaimana usahanya selalu saja digagalkan oleh Eijun dengan mudah. Belum lagi semakin lama permainan Ushijima semakin menguras tenaga, ia sampai tak lagi memikirkan kontrol kecepatan dan kekuatan bolanya, satu-satunya yang dipikirkan oleh Ushijima ialah memukul secepat dan sekuat mungkin agar bisa memenangkan permainan ini.

Hingga keringat semakin bercucuran membasuhi bajunya, belum lagi jam tangannya berulangkali berbunyi untuk memperingatkan Ushijima agar segera datang latihan hari ini, tapi tetap saja ia berusaha untuk tidak teralihkan dan fokus dalam tantangan yang ada dihadapannya saat ini.

"Sekali lagi," gumamnya yang sudah tersengal-sengal akibat kelelahan, entah berapa kali ia melompat dan memukul sejak tadi. Namun yang jelas telapak tangan kirinya telah memerah akibat terlalu banyak memukul bola, apalagi bola yang digunakannya adalah bola basket yang jauh lebih berat dibandingkan bola voli pada umumnya.

"Kau sudah terlihat kelelahan? Apa kau ingin berhenti, Wakatoshi?" tanya  Eijun yang tak sedikitpun berkeringat sama sekali.

"Kau benar-benar menyebalkan," ucap Ushijima yang mulai melompat. Sayangnya belum sempat ia melompat , mendadak saja kakinya yang sudah tak sanggup lagi menahan tumpuan berat badan Ushijima langsung merusak keseimbangan Ushijima.

Dengan posisi hampir terduduk, ia berusaha berdiri kembali meski kedua kakinya mulai gemetaran hebat. Ditambah lagi sinar matahari di siang hari mulai menyilaukan pandangannya dan semakin menguras tenaganya.

"Kau semakin membuatku kesal, Akashi Seijuro!" teriak Ushijima yang berusaha bangkit kembali dengan penuh tekad seraya menatap penuh kemarahan kepada Eijun yang seolah-olah menunjukkan kemarahan tersebut kepada Akashi Seijuro.

"Aku takkan... Aku takkan pernah menyerah padamu. Tidak perduli bagaimana pandanganmu padaku, aku juga tidak berharap bisa menjadi orang yang diandalkan olehmu. Tapi...."Ushijima terjatuh kembali, ia berusaha bangkit sekali lagi dengan menekan tangannya di lutut sampai urat nadi di sekitaran lehernya terlihat jelas.

"Tapi aku akan membuktikan padamu bahwa kau tak pernah sendiri. Dan untuk kali ini, aku ingin kau melihatku dan bisa menilai sendiri betapa kerasnya aku mencoba melindungimu! Berterimakasihlah padaku kali ini," teriak Ushijima yang semakin berusaha keras untuk berdiri kembali dan mulai berlari kearah Eijun.

"Mau seberapa keras kau mencoba menenangkan permainan ini, kau hanya akan jatuh kedalam lubang yang sama. Kau takkan bis mengalahkan kekuatan Emperor Eyesku dan kemampuan Telekinesis dari Absolute Eyesku, Wakatoshi!" teriak Eijun yang langsung mengarahkan tatapan matanya kepada Ushijima.

Dalam seperkian detik, tiba-tiba Dunia ini terasa berhenti berputar bagi Ushijima. Tubuhnya terasa kaku untuk digerakkan dan bulu kuduknya mulai merinding dengan aura kejam yang diberikan Eijun. Belum sempat ia berkedip, tiba-tiba saja tubuh Ushijima terpental jauh kebelakang dan menabrak tiang ring miliknya sampai menimbulkan bunyi yang cukup keras.

Rasanya benar-benar menyakitkan, ia hanya bisa menjerit kesakitan dan membiarkan bagian bawah tubuhnya menyentuh tanah duluan. Rasanya tubuhnya benar-benar remuk saat ini, ia sampai harus memejamkan mata untuk membiarkan rasa sakit itu menjalar disekujur tubuh.

Hingga tetesan darah segar menetes perlahan-lahan di belakang kepalanya, ia bisa merasakan denyut menggila dibagian tersebut dan pandangan yang mulai sedikit buram.

Ditengah penderitaan tersebut, ia bisa melihat jelas Eijun yang berjalan mendekatinya sambil membawa sebuah bola basket. Dengan setengah jongkok, Eijun mengembalikan bola itu lagi kepada Ushijima dengan wajah yang tersenyum puas.

"Menyerahlah dan akui kekalahanmu, lalu obati lukamu. Kuharap, mulai saat ini kau harus belajar menerima kehadiranku sepenuhnya." Eijun berdiri dan berjalan pergi, sebelumnya Ushijima masih bisa melihat rambut Eijun yang hampir setengahnya berubah menjadi putih.

Namun sebelum sempat Eijun pergi dari hadapannya, ia langsung menarik kaki Eijun sampai terjungkal ketanah seperti yang pernah dilakukannya pada Akashi saat pelatihan musim panas yang lalu.

STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang