90

109 10 2
                                    

Sekretaris Kenta hanya diam saja  tanpa menjawab pertanyaan Akashi. Jelas saja membuat Akashi merasa tidak nyaman dan malu sendiri. Tidak biasanya dia bersikap memalukan seperti itu.

"Lupakan semua yang kukatakan, aku hanya mengatakan hal yang aneh saja. Kurasa gak ada lagi yang mau dibicarakan, kita bisa mengakhiri panggilan ini." Telinga Akashi sudah memerah, ia terlanjur malu dan tak seharusnya ia lunak semudah itu. Entahlah sikapnya yang lembut ini merupakan sebuah perkembangan yang baik atau malah keterpurukan.

"Kau ini benar-benar keponakanku yang aneh, terkadang kau sangat sadis dan terkadang kau berubah menjadi menggemaskan." Sekretaris Kenta malah mengeluarkan keluhannya pada sikap Akashi selama ini.

"Jadi, apa yang baru saja kau lihat? Apa kau iri dengan kehangatan keluarga Ushijima Wakatoshi?"

"Ya, aku rasa begitu. Mereka memperlihatkanku arti keluarga sesungguhnya. Sama halnya seperti para member Kiseki No Sedai yang memperlihatkanku arti persahabatan dan Kuroko Tetsuya yang memperlihatkanku rasanya sebuah kekalahan."

Tawa Sekretaris Kenta bergema ditelinga Akashi, "Kakakku pasti bangga melihat anaknya bisa memiliki kehidupan normal, kuharap buang jauh-jauh rasa irimu itu dan setidaknya kau sudah bisa mengenal lebih jauh tentang arti sebuah persahabatan, kekalahan dan keluarga yang sebenarnya."

"Berhenti menceramahiku," keluh Akashi.

"Ya, kau memang orang yang keras kepala. Dan aku semakin penasaran padamu, Seijuro. Kenapa orang sekeras kepala dirimu bisa luluh saat diajak pergi dengan Wakatoshi?"

"Kau pasti bertanya-tanya alasanku memilih ikut dengannya untuk kabur dari rumah, kan?" tanya balik Akashi.

"Ya, aku sangat butuh jawabanmu. Demikian juga dengan Ayahmu, ia sampai terkejut melihat pewaris tunggalnya berbuat sekejam itu sampai meninggalkan dirinya."

Akashi menghela nafas panjang, "Aku hanya mengikuti kata hatiku, lagipula Mama pasti melakukan hal yang seperti yang dilakukan Ushijima-San. Dia takkan rela membiarkanku terus disiksa oleh Papa, aku hanya ingin menghargai Hidupku seperti halnya Mama yang telah memberikanku kehidupan."

"Lalu, Kenapa kau seperduli itu pada Wakatoshi? Dia tidak punya hubungan darah denganmu, harusnya orang yang kau perdulikan itu Yuki."

"Karena aku sudah menganggap Ushijima-San seperti kakak kandungku sendiri, dia adalah satu-satunya keluarga yang telah menyayangiku sejak kepergian Mama.  Dan aku tidak pernah menganggap Yuki sebagai bagian dari keluargaku."

"Oke, kalau memang begitu. Kau yakin Wakatoshi bakal terus menyayangimu sebagai adiknya? Kau itu hanyalah adik tirinya, bisa saja Ibunya akan segera bercerai dari Ayahmu. Lalu, apa hubungan persaudaraan kalian akan tetap ada? Dan dia juga sudah bertemu dengan kedua adiknya yang memiliki hubungan satu darah dengan Ayahnya. Apa kau yakin kau bakal menjadi satu-satunya adik yang disayangi oleh Ushijima Wakatoshi?"

Pertanyaan Sekretaris Kenta membuat Akashi terdiam sejenak. Belum lagi Akashi mampu menjawab pertanyaan itu, malahan Kenta kembali menghujani Akashi dengan pertanyaan lain.

"Dan setahuku, Ushijima tidak tahu tentang kepribadian aslimu yang sangat menyebalkan. Kau hanya bersembunyi dibalik tempurungmu yang keras dengan bersikap seolah-olah orang dewasa. Tapi, kau hanyalah anak remaja yang haus kasih sayang dan anak yang posesif. Kau jelas tahu itu, Seijuro. Apa kau yakin kalau Ushijima menyukai adik yang menyebalkan sepertimu?"

"Diamlah! Aku sudah muak denganmu, Paman." Akashi mulai kehilangan kesabaran. Namun, amarahnya belum sampa8 menggebu-gebu tatkala bersamaan dengan suara Ushijima yang memanggil namanya.

"Sepertinya Ushijima-san memanggilku, aku akhiri panggilan ini."

"Ya. Dan aku akan mempertimbangkan kembali keinginanmu sebelumnya," beritahu Sekretaris Kenta yang membiarkan Akashi mengakhiri panggilan itu.

"Kau menelepon siapa?" tanya Ushijima.

"Sekretaris Kenta, ada apa?" tanya balik Akashi, tapi handphonenya malah dirampas oleh Ushijima yang terdengar berteriak kepada Sekretaris Kenta.

"Berhenti mengancamnya dengan mengatasnamakanku sebagai targetmu, Kenta-San. Aku takkan pernah mengampuni orang yang mengganggu adikku, camkan itu baik-baik!" bentak Ushijima pada layar handphone yang telah mati. Mungkin saja ia berpikir kalau panggilan tersebut masih tersambung.

"Kau sedang apa? Panggilannya sudah terputus sebelum kau merampasnya dariku, Ushijima-San." Akashi mentertawakan Ushijima yang berubah malu detik itu juga.

Dia memukul tengkuknya saking malunya. Lalu, ia kembalikan lagi handphone itu kepada Akashi.

"Aku sudah mengantuk, Ayo tidur! Kita besok sekolah," ucap Ushijima yang duluan berjalan. Sementara itu, Akashi tak bisa berhenti tersenyum lebar bila mengingat keperdulian Ushijima kepadanya.

Namun senyum itu langsung memudar, tatkala mendaratkan kakinya di dalam kamar. Ia teringat dengan perkataan Sekretaris Kenta yang membuatnya tak nyaman. Ditambah lagi, dalam sekejap saja ia merasa tidak nyaman dan sangat kepanasan, udara dikamar ini benar-benar berbeda dari kamar pribadinya. Belum lagi, ia bisa merasakan nyamuk yang bernyanyi gembira di telinganya.

"Aku tidak akan bisa tidur nyenyak malam ini," gumamnya yang tengah berdialog pada diri sendiri.

"Kau ngapain bergumam sendiri didepan pintu? Cepat masuk dan tutup pintu, sebelum nyamuk semakin banyak nantinya." Ushijima yang telah terbiasa sudah membentangkan kasur di lantai. Niatnya sih biar Akashi yang tidur di ranjang dan dia akan tidur di lantai Menggunakan kasur tambahan dari Ayahnya.

"Ushijima-san! Aku benar-benar merasa tidak beres dengan kamar ini, banyak sekali nyamuk yang bersenandung ditelingaku. Kayaknya mereka ingin menggigit darah kita kalau sampai kita tertidur," beritahunya sambil mendekat di sebelah ranjang Ushijima.

"Lalu?"

"Lalu, udara kamar ini malah panas banget saat malam. Mungkin karena Jendelanya tertutup rapat dan angin tidak bisa masuk, ditambah lagi gak ada AC ataupun Kipas disini. Aku bisa yakin kalau aku takkan bisa tidur malam ini."

"Baru kali ini aku melihatmu mengeluh, Akashi Seijuro." Ushijima memperlihatkan wajah tak percayanya. Dia bisa melihat aura dan sikap  yang berbeda dari seorang Akashi hanya dalam satu malam.

"Aku tidak mengeluh, Ushijima-San. Aku hanya mengeluarkan keluh kesahku tinggal dikamar Ayahmu yang sangat kecil dan sederhana ini."

"Jadi, apa maumu? Cuman ini satu-satunya tempat yang bisa kita tinggalin sekarang. Dan tolong berhenti menghina rumah Ayahku," pungkas Ushijima.

"Memang kenyataannya seperti yang kubilang kok, pantas saja ibumu tidak betah tinggal bersama Ayahmu. Rumah Ayahmu saja benar-benar terlalu sederhana yang membuatnya tidak nyaman, apalagi aku yang seorang Akashi Seijuro. Kau harusnya paham tentang posisiku itu, Ushijima-San."

"Kau sudah berlebihan! Kau tahu aku sudah kelelahan bermain dengan adik tiriku, tolong jangan buat perkara lagi denganku. Lagipula, kau ini kenapa sih? Biasanya kau bisa bersikap dewasa tanpa kuminta, apa masalahmu?"

Ushijima menekankan suaranya yang sengaja ia coba tetap tenang dan meski ia sendiri kesulitan menahan ekspresi wajahnya. Dan saking tidak kuasanya, ia sampai terduduk di atas kasur.

"Maafkan aku, lupakan saja perbuatanku barusan benar-benar menyebalkan." Akashi langsung pindah ke ranjangnya dan berbaring disana. Ia sampai membelakangi Ushijima tanpa mengatakan apapun.

Kini, keadaan kamar menjadi sepi tanpa suara. Dia juga berniat ingin tidur dan memejamkan matanya. Hingga ia kehilangan rasa nyamannya saat mendengarkan Akashi yang tidur grasak-grusuk karena digigit nyamuk.

Ushijima yang merasa tidak nyaman dengan perilaku adiknya itu langsung mengambil selimut di dalam lemari dan melemparkannya pada Akashi.

"Kau pakai saja selimutnya, biar gak digigit nyamuk. Meskipun kau bakal lebih kepanasan, setidaknya kulitmu gak akan bentol digigit nyamuk."

"Tidak perlu," pungkas Akashi yang langsung membuang selimut itu kebawah dan pura-pura memejamkan mata kembali.

"Apa sih masalahmu, Akashi?" tanya Ushijima yang mendapati selimutnya dibuang tepat ke kakinya.

****
Wah, kira-kira Akashi kenapa ya?

STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang