"Anda tidak apa-apa, Tuan muda?" tanya Kento yang merupakan supir keluarga Akashi sekaligus supir pribadi Akashi.
"Tidak apa-apa, Kento-san. Terimakasih sudah mengantarkanku dan Anda tidak perlu menjemput saya, nanti saya bakal naik taksi saja." Akashi tersenyum.
"Baik, Tuan muda Akashi." Akashi langsung turun dari mobil dengan perlahan-lahan dan bergerak memasuki gerbang universitas tanpa menunggu kepergian mobil pribadinya.
Akashi memang bukanlah orang yang suka menunggu, karena menunggu adalah pekerjaan yang sangat meresahkan dan buang-buang waktu saja. Dan ia juga bukan orang yang suka minta maaf bila terlambat dan membuat orang lain menunggu untuk dirinya.
Dan saat ini, Akashi sudah terlambat 10 menit dari jam yang sudah dijanjikan. Tapi, hal tersebut tak sedikitpun menjadi masalah besar baginya yang malah berjalan santai menyusuri universitas.
Untungnya ia memiliki pemikiran yang cerdas untuk anak seusianya, sehingga ia tak perlu buang-buang waktu lagi untuk menambah keterlambatannya. Dimana dengan bermodalkan alamat yang tertulis di potongan kertas, ia berhasil menemukan tempat itu tanpa sedikitpun kendala. Walaupun disana sudah ada Mayuzumi yang tengah mengobrol dengan salah seorang rekannya yang mengenakan seragam olahraga dan sebuah tongkat bantu di genggaman tangannya.
"Kau selalu saja datang terlambat, Akashi!" keluh Mayuzumi yang langsung menyadari kedatangan Akashi.
"Aku takkan meminta maaf atas keterlambatanku, Senpai."
Mayuzumi menghela nafas panjang, "Aku tahu itu, sudahlah tak usah dibahas lagi. Sia-sia juga mengeluh di hadapan orang sepertimu, kalau saja kau bukanlah mantan kaptenku dulu pasti aku takkan perlu lagi memperdulikanmu."
Pemuda berpakaian olahraga itu tersenyum, lalu berbicara keras ditelinga Mayuzumi sampai terdengar jelas ditelinga Akashi.
"Kau masih saja malu untuk mengakui keperdulianmu dengannya, Mayuzumi."
"Diamlah, Rei!" tukas Mayuzumi yang langsung berdehem dan mengalihkan topik.
"Oh iya, Akashi. Perkenalkan temanku ini bernama Rei Tsubaki, salah satu Atlit Judo nasional paralimpiade yang berhasil meraih juara 2 di ajang nasional beberapa bulan lalu." Mayuzumi membantu Rei untuk menyalami tangan Akashi.
"Salam kenal, namaku Rei Tsubaki. Senang berkenalan denganmu, Akashi Seijuro. Mayuzumi telah menceritakan banyak hal tentangmu," ucap Rei seraya tersenyum ramah.
"Mayuzumi-senpai bercerita apa tentangku?" tanya Akashi kepada Rei, lalu dialihkannya pandangannya kepada Mayuzumi. "Dan apa maksudnya semua ini, Mayuzumi Senpai?"
"Kau ingin menjelaskannya atau aku saja yang menjelaskannya, Mayuzumi?" tanya Rei.
"Biar aku saja," jawab Mayuzumi yang langsung meletakkan ransel dan buku novelnya di salah satu bangku kosong yang ada didekat mereka.
"Aku sudah dengar dari Mibuchi, Hayama dan Nebuya, kalau kau masih ragu untuk berlatih bersama kembali dalam tim. Dan tujuanku sekarang ingin mengenalkanmu dengan Rei, mungkin saja Rei bisa menjadi contoh baik untukmu lebih percaya diri lagi terhadap semua hal yang telah direnggut darimu. Selain itu, Rei juga bakal memberikanmu bekal untuk meningkatkan kemampuanmu." Mayuzumi menepuk bahu Rei, seolah-olah memberikan isyarat untuk Rei berbicara.
"Benar, Akashi. Kau tidak akan sia-sia datang kesini hari ini, karena aku akan membantumu untuk bangkit kembali dan memberikanmu sedikit bekal. Apalagi kita ini sama-sama penyandang kebutaan, walaupun kau masih beruntung memiliki satu mata yang berfungsi. Tapi kupikir, tak ada alasan untuk calon atlet seperti kita menyerah hanya karena tidak lagi normal seperti orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
Teen FictionSemua ini berawal dari tragedi yang terjadi dalam program kamp pelatihan musim panas yang diselenggarakan oleh Akashi Masaomi untuk Tim Volly dan Basket kepada Akashi Seijuro yang merupakan putra kandungnya dan Ushijima Wakatoshi yang telah menjadi...