83

58 8 0
                                    

"Lebih baik kita pergi dari sini sekarang, Kau sudah lihatkan keadaannya." Ushijima menarik paksa Akashi, tapi Kapten Rakuzan itu langsung menyingkirkan tangan Ushijima darinya.

Ia benar-benar terlalu fokus menatap Yuki, begitu juga dengan langkah kakinya yang terus berjalan mendekati Yuki. Tubuh Yuki memiliki ukuran yang Jauh lebih tinggi dari Akashi dan hampir setara dengan Ushijima, tapi sedikit lebih kurus yang membuat Berat badannya tidak Ideal sama sekali.

"Kau adalah Yuki-san?" tanya Akashi, seraya mengambil buku catatan Ibunya dari Ransel.

"Ya, kalian siapa?" tanyanya yang langsung membuat Ushijima terkejut, sebab awalnya ia menyangka bahwa Yuki sama sekali tidak memiliki kemampuan berbicara sedikitpun, makanya ia langsung mengajak Akashi pergi dikarenakan percuma juga berada disana berlama-lama dengan keadaan Yuki yang tidak bisa merespon sama sekali.

Akashi meletakkan buku itu di pangkuan Yuki, ia melihat sekeliling ruangan dan buku yang sedang dibaca oleh Yuki mengenai Biografi dari seorang Atlet Nasional. Entah siapapun itu, tapi sepertinya daya tarik sang Ibu terhadap olahraga juga diwariskan pada Yuki.

"Aku adalah Seijuro. Kau bisa tanyakan saja pada Papa kita atau baca saja buku itu, kalau kau ingin tahu tentangku." Akashi mulai melirik kepada Taksonomi yang masih tersambung dibagian perut Yuki, ia langsung menyadari bahwa Taksonomi itu sudah berisi cairan kuning yang pastinya bau Pesing.

"Kau benar-benar menyedihkan, aku sudah menyia-nyiakan waktuku buat membencimu." Akashi tersenyum seolah mentertawakan dirinya, ia menyesal sudah membiarkan hatinya di hiasi oleh kebencian yang mulai terasa melelahkan.

"Kau benar, Ushijima-san. Tidak ada gunanya menatap masa lalu yang menyedihkan, Mari kita pulang saja!" ajak Akashi yang mulai membalikkan badan, tapi sepertinya Yuki tidak senang atas sindiran tajam Akashi tersebut.

Dia berbicara pelan, tapi kalimat yang diucapkannya mampu menghentikan langkah Akashi. "Kau bisa ngomong seperti itu, karena kau tidak tumbuh menyedihkan sepertiku.Kalau saja aku bisa mengakhiri hidupku tanpa beban dari Papa dan nenek, sudah kulakukan sejak awal."

"Yuki-san!" panggil Akashi yang enggan berbalik badan, ia tundukkan kepalanya cukup lama sembari menahan semua emosinya dalam kepalan tangan.

"Aku jadi penasaran dengan apa yang kau pikirkan selama ini, boleh aku tanyakan  sesuatu?" tanya Akashi yang berusaha tetap sopan.

"Memangnya apa yang ingin kau tanyakan pada orang cacat sepertiku? Bahkan hidup saja rasanya aku sudah tidak punya harapan lagi," gumam Yuki yang terdengar seperti orang yang telah pasrah.

Akashi mengambil nafas dalam-dalam, ia coba acuhkan omongan Yuki sebelumnya.

"Seberapa besar kau menghargai hidupmu sendiri?" tanya Akashi yang membuat Yuki tertawa geli sampai batuk berdarah.

Ushijima langsung sigap membantu Yuki, ia ambil tisu dari meja untuk membersihkan darah di baju Yuki. Tampaknya ia masih membiarkan keduanya saling berbincang satu sama lain selama Akashi masih sanggup membatasi diri untuk tidak berlebihan.

"Terimakasih, tapi aku rasa kau tidak perlu membantuku. Kau tidak boleh mengkhianati kawanmu sendiri," ucap Yuki pada Ushijima.

"Dia bukan Temanku, dia adalah Adikku. Anggap saja aku adalah orang yang netral diantara kalian," bantah Ushijima pada pendapat Yuki tentangnya. Sebelum akhirnya, ia kembali berdiri di depan ambang pintu yang masih tetap terbuka dan menunggu disana.

"Kalian terlihat kompak, aku iri rasanya." Yuki mendorong kursi rodanya agak lebih maju untuk mendekati Akashi.

"Dan untuk pertanyaanmu, Aku sudah lama tidak menghargai hidupku. Lebih tepatnya setelah Mamaku tidak pernah lagi menjengukku, ia seperti orang asing yang sudah menganggapku mati. Nenek bilang Mama berubah karena kehadiran si Pengkhianat, aku tidak tahu siapa yang dimaksud nenek. Tapi, kurasa bisa saja Mama bermain api di belakang Papa." Yuki kembali batuk-batuk, tapi tidak sampai mengeluarkan darah. Tampaknya ia tidak terlalu sanggup berbicara panjang lebar, tapi entah kenapa rasanya ini adalah kali pertama ia sengaja berbicara panjang dengan orang asing seperti Akashi.

STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang